Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Miris, Harga Garam di 3 Sentra Produksi Cuma Rp 100-200 per Kilogram

Kompas.com - 24/03/2021, 17:35 WIB
Fika Nurul Ulya,
Ambaranie Nadia Kemala Movanita

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Harga garam lokal menyentuh level terendah sejak pemerintah berencana mengimpor garam sebesar 3,07 juta ton untuk tahun 2021.

Jumlahnya lebih besar dibanding impor tahun sebelumnya, yakni 2,7 juta ton.

Ketua Umum Pimpinan Pusat Serikat Nelayan NU, Wicaksono mengatakan, harga garam lokal di tingkat petani kini hanya mencapai Rp 100-200 per kilogram.

Baca juga: Impor Garam 3 Juta Ton, Petambak: Pemerintah Berpihak ke Importir dan Asing!

Harga garam yang menyusut itu terjadi di tiga sentra produksi, yakni Indramayu, Madura, dan Nusa Tenggara Timur.

"Setelah melihat dan mendengar di lapangan secara langsung dari para petani garam, mereka menyatakan keresahan terkait produksi garam yang tidak terserap oleh pasar, bahkan di tingkat petani sekarang Rp 100-200 rupiah per kg. Ini tentu sangat meresahkan," kata Wicaksono dalam konferensi pers secara virtual, Rabu (24/3/2021).

Harga garam yang terlalu murah itu membuat petani tak mendapat keuntungan.

Bahkan, para petani di beberapa sentra produksi mengaku hasil panennya hanya bisa untuk membeli 15 kilogram beras.

Agar harganya tidak terus menyusut, dia meminta pemerintah menetapkan harga acuan garam lokal di level Rp 700-1.000 per kilogram.

Baca juga: Susi Pudjiastuti: Impor Garam Harusnya Tak Lebih dari 1,7 Juta Ton

Pasalnya, harga garam impor yang dibeli Indonesia Rp 1.000 per kilogram.

"Bahkan (garam impor) dari china sendiri sekitar Rp 1500 per kg. Sedangkan hari ini harga garam di level petani hanya menyentuh Rp 100-200 kg," ungkap Wicaksono.

Padahal sesuai RPJMN 2021, produksi garam nasional tahun ini mampu mencapai 3 juta ton. Sedangkan kebutuhan nasional berkisar pada angka 4 juta ton.

Dalam perhitungan data internal setelah melibatkan 28 pengurus wilayah NU dan 355 cabang di Indonesia, maka seharusnya maksimal garam impor pada 2021 hanya 1 juta ton.

"Jika impor 3 juta ton, lalu petani kita mau makan apa? Anak-anak mereka mau sekolah pakai apa? Jika dibiarkan terus menerus seperti ini, maka petani akan jadi pihak yang paling dirugikan," pungkasnya.

Baca juga: Dijuluki Pulau Garam, Ini Hasil Produksi Garam di Madura

Sebelumnya diberitakan, Menteri Perdagangan Muhammad Lutfi mengungkap alasan pemerintah berencana impor garam.

Alasan ini tak berbeda dari tahun-tahun sebelumnya, yakni kurangnya kualitas garam lokal.

Kualitas dan kuantitas garam lokal disebut belum sesuai untuk kebutuhan industri. Lutfi menilai, kurang baiknya kualitas dalam negeri seharusnya bisa dilihat pelaku usaha sebagai peluang untuk memperbaiki dan mengembangkan industri garam.

"Garam itu kualitasnya berbeda. Di mana garam kita yang dikerjakan PT Garam dan petani rakyat ini belum bisa menyamai kualitas garam industri tersebut," ujar Lutfi dalam konferensi pers virtual, Jumat (19/3/2021).

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com