Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dedi Mulyadi Sindir Kinerja Bulog: Beli Tak Mampu, Jual Tak Mampu

Kompas.com - 26/03/2021, 08:36 WIB
Muhammad Idris

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Kemampuan Bulog dalam menyerap gabah hasil panen petani dipertanyakan Anggota DPR RI, padahal sebagai BUMN pangan lembaga itu diberi tugas utama untuk menyerap hasil panen.

Di sejumlah daerah, seperti Indramayu saat ini harga gabah cenderung turun berkisar antara Rp 3.000 hingga Rp 3.500 per kilogram, jauh di bawah harga pembelian pemerintah (HPP) yang ditetapkan oleh pemerintah.

“Bulog seharusnya mampu membeli sesuai HPP yang ditetapkan sehingga harga gabah tidak anjlok," ucap Wakil Ketua Komisi IV DPR RI Dedi Mulyadi dilansir dari Antara, Jumat (26/3/2021).

"Namun, kenyataan di lapangan harga gabah anjlok, tentu layak dipertanyakan kemampuan Bulog dalam membeli atau menyerap gabah dari petani sesuai HPP,” kata dia lagi.

Baca juga: Stok Beras Bulog Capai 923.000 Ton, Buwas Pede Tak Perlu Impor

Mantan Bupati Purwakarta itu bilang, Bulog juga semestinya mampu membeli gabah petani untuk menjaga stabilitas harga serta mengamankan cadangan pangan nasional.

Selain tidak mampu membeli gabah dari petani sesuai harga, Bulog juga disebut tidak mampu menjual beras yang disimpannya selama ini.

Menurut Permendag Nomor 24 Tahun 2020, Bulog hanya bisa menyerap gabah dengan kadar air maksimal 25 persen dan seharga Rp 4.200 per kilogram.

Berdasarkan data Koordinator Nasional Koalisi Rakya untuk Kedaulatan Pangan (KRKP), pertengahan Maret 2021 di Ngawi, Jawa Timur dan Demak, Jawa Tengah harga rata-rata GKP di bawah Rp 4.000 per kilogram.

Baca juga: Buwas: Belum Apa-apa Kok Malah Mau Impor Beras

Menurut Dedi, banyaknya penumpukan beras di gudang lebih disebabkan karena Bulog tidak bisa menjualnya.

“Prinsip dasarnya selain tidak mampu membeli, Bulog ternyata juga tidak mampu menjual berasnya. Akhirnya terjadi penumpukan beras di gudang hasil pembelian tahun 2018,” ungkap Dedi yang juga anggota Fraksi Golkar DPR RI.

Bahkan sekitar 100.000 ton lebih beras Bulog mengalami turun mutu atau bisa disebut busuk karena tidak memiliki gudang penyimpangan yang memadai.

Bulog selama ini hanya mampu menjual atau menyalurkan berasnya saat pemerintah memberikan penugasan terkait program Bantuan Sosial (Bansos) lewat beras.

Baca juga: Pengertian Dana Pensiun, Manfaat, Fungsi, dan Jenisnya

“Problem pada dunia perberasan kita, yaitu harga gabah menjadi turun karena tidak terserap. Selain itu ketersediaan pangan bisa terancam karena cadangan beras di Bulog mengalami penurunan kualitas atau busuk,” kata Dedi.

Buwas enggan impor beras

Sebelumnya, Direktur Utama Perum Bulog Budi Waseso menilai, kebijakan impor beras (beras impor) sebanyak 1 juta ton tak sejalan dengan arahan Presiden Joko Widodo (Jokowi) yang menggaungkan cintailah produk dalam negeri.

Menurut Buwas, sapaan akrabnya, pernyataan Presiden Jokowi itu berarti para pemangku kepentingan harus mengutamakan penggunaan produk dalam negeri, termasuk dalam hal pengadaan beras.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Perputaran Uang Judi Online di RI sampai Rp 327 Triliun Setahun

Perputaran Uang Judi Online di RI sampai Rp 327 Triliun Setahun

Whats New
Bapanas Pastikan Konflik Israel-Iran Tak Pengaruhi Masuknya Komoditas Pangan yang Rutin Diimpor

Bapanas Pastikan Konflik Israel-Iran Tak Pengaruhi Masuknya Komoditas Pangan yang Rutin Diimpor

Whats New
Pasca Akuisisi BPR, KoinWorks Fokus Inovasi dan Efisiensi Tahun Ini

Pasca Akuisisi BPR, KoinWorks Fokus Inovasi dan Efisiensi Tahun Ini

Whats New
Lion Air Bantah 2 Pegawai yang Ditangkap Menyelundupkan Narkoba Merupakan Pegawainya

Lion Air Bantah 2 Pegawai yang Ditangkap Menyelundupkan Narkoba Merupakan Pegawainya

Whats New
Indofarma Akui Belum Bayar Gaji Karyawan Periode Maret 2024, Mengapa?

Indofarma Akui Belum Bayar Gaji Karyawan Periode Maret 2024, Mengapa?

Whats New
Pesetujuan KPR BSI Kini Hanya Butuh Waktu Satu Hari

Pesetujuan KPR BSI Kini Hanya Butuh Waktu Satu Hari

Spend Smart
Bank Sentral Inggris Diprediksi Pangkas Suku Bunga pada Mei 2024

Bank Sentral Inggris Diprediksi Pangkas Suku Bunga pada Mei 2024

Whats New
Cara Membuat Kartu ATM BCA Berfitur Contactless

Cara Membuat Kartu ATM BCA Berfitur Contactless

Work Smart
Pertanyaan Umum tapi Menjebak dalam Wawancara Kerja, Apa Itu dan Bagaimana Cara Jawabnya?

Pertanyaan Umum tapi Menjebak dalam Wawancara Kerja, Apa Itu dan Bagaimana Cara Jawabnya?

Work Smart
Menko Airlangga soal Kondisi Geopolitik Global: Belum Ada Apa-apa, Kita Tenang Saja...

Menko Airlangga soal Kondisi Geopolitik Global: Belum Ada Apa-apa, Kita Tenang Saja...

Whats New
Pasar Perdana adalah Apa? Ini Pengertian dan Alur Transaksinya

Pasar Perdana adalah Apa? Ini Pengertian dan Alur Transaksinya

Work Smart
Apa Dampak Konflik Iran-Israel ke Industri Penerbangan Indonesia?

Apa Dampak Konflik Iran-Israel ke Industri Penerbangan Indonesia?

Whats New
HUT Ke-35 BRI Insurance, Berharap Jadi Manfaat bagi Masyarakat

HUT Ke-35 BRI Insurance, Berharap Jadi Manfaat bagi Masyarakat

Rilis
Menperin Siapkan Insentif untuk Amankan Industri dari Dampak Konflik Timur Tengah

Menperin Siapkan Insentif untuk Amankan Industri dari Dampak Konflik Timur Tengah

Whats New
Respons Bapanas soal Program Bantuan Pangan Disebut di Sidang Sengketa Pilpres

Respons Bapanas soal Program Bantuan Pangan Disebut di Sidang Sengketa Pilpres

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com