JAKARTA, KOMPAS.com - Direktur Utama Perum Bulog Budi Waseso buka-bukaan terkait kebijakan pemerintah untuk membuka keran impor beras sebanyak 1 juta ton pada tahun ini. Bulog memang ditunjuk untuk melaksanakan penugasan impor ini.
Buwas, sapaan akrabnya, mengatakan, pada dasarnya dia tidak tahu terkait keputusan impor beras, sebab dalam rapat kordinasi terbatas (rakortas) yang dihadirinya tak ada pembahasan yang menyinggung impor beras.
Ia menjelaskan, dalam rakortas yang dipimpin Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto dan dihadiri sejumlah menteri, hanya membahas tentang kesiapan jelang bulan puasa dan Lebaran dari segala aspek pangan, termasuk beras.
Baca juga: Stok Beras Bulog Capai 923.000 Ton, Buwas Pede Tak Perlu Impor
Dalam rapat dibicarakan mengenai prediksi panen dan ketersediaan beras. Saat itu pihak Kementerian Pertanian dan Badan Pusat Statistik (BPS) menyatakan Maret-Mei 2021 merupakan masa panen raya sehingga produksi gabah dan beras diproyeksi surplus.
“Waktu rakortas, wacana impor itu enggak ada, karena rapat hanya bicarakan kesiapan jelang puasa dan Lebaran dari segala aspek pangan. Tapi dalam proses perjalanannya sekarang ada kebijakan impor,” kata Buwas dalam webinar PDIP, Kamis (26/3/2021).
Ia mengatakan, Bulog memang memiliki penugasan untuk menjaga stok cadangan beras pemerintah (CBP) dikisaran 1-1,5 juta ton. Kebijakan ini telah diputuskan dalam rakortas 2018 lalu.
Saat itu memang dibutuhkan stok beras yang banyak sebab Bulog terlibat dalam program bansos rastra dengan menyalurkan beras sebanyak 2,6 juta ton per tahunnya.
Sehingga pemerintah memutuskan impor beras sebanyak 1,8 juta ton di 2018, mengingat stok beras di Bulog kala itu hanya sebesar 600.000 ton.
Baca juga: Mendag Janji akan Mundur jika Kebijakan Impor Beras Salah
Namun, pada 2019 program bansos rastra tersebut diganti menjadi bantuan pangan non tunai (BPNT). Bulog pun kehilangan hilir untuk menyalurkan stok CBP.
Adapun stok CBP memang baru bisa disalurkan bila ada penugasan dari pemerintah.
Alhasil, hingga saat ini masih ada 275.811 ton beras hasil impor 2018 yang tersimpan di gudang Bulog, di mana sekitar 106.000 ton diantaranya mengalami turun mutu.
"Setelah rastra hilang, Bulog kehilangan pasar, sehingga jumlah beras yang ada di Bulog tetap besar," katanya.
Melihat kondisi itu, Buwas menilai, penyerapan Bulog seharusnya disesuaikan dengan penyaluran. Saat ini Bulog utamanya menyalurkan lewat operasi pasar ataupun bansos untuk bencana alam.
Ia menjelaskan, sepanjang Januari-Maret 2021 Bulog telah menyalurkan beras CBP untuk operasi pasar sebanyak 123.000 ron, untuk tanggap darurat bencana 1.134 ton, serta untuk golongan anggaran 15.000 ton.
Baca juga: Mengingat Lagi Janji Jokowi Tolak Impor Beras Saat Pilpres
Artinya, dalam tiga bulan terakhir rata-rata penyaluran CBP hanya sebanyak 140.000 ton. atau secara bulanan rata-rata hanya 50.000 ton. Dalam setahun maka diperkirakan penyaluran akan mencapai 600.000 ton.
Dalam perhitungan Buwas, paling banyak Bulog akan menyalurkan beras dari stok CBP sebanyak 800.000 ton per tahun. Menurutnya, ini sudah jauh berbeda dengan kondisi 2018 lalu yang memang angka penyalurannya tinggi.
“Ketentuan Bulog punya CBP 1-1,5 juta ton itu keputusan rakortas 2018. Rakortas itu sifatnya keputusan sementara, bukan keputusan tetap. Tapi ini dipakai sampai sekarang, padahal bansos rastra saja sudah enggak ada,” ungkap dia.
Ia mengatakan, persoalan beras yang menumpuk akibat sisa impor dan penyerapan yang terus dilakukan tiap tahun tetapi penyaluran rendah, telah dikomunikasikannya dalam setiap rakortas. Tapi hingga saat ini belum ada keputusan.
“Persoalan ini tidak pernah selesai di kala saya sampaikan pada forum rakortas, tidak pernah ada keputusan. Tapi kalau soal impor, itu cepat sekali,” papar Buwas.
Baca juga: Impor Beras untuk Siapa?
Stok cukup, tak perlu impor
Buwas pun menyakini, data proyeksi Kementerian Pertanian (Kementan) dan Badan Pusat Statistik (BPS) terkait produksi beras nasional akan surplus pada tahun ini. Oleh sebab itu dinilai tak perlu impor beras.
Adapun BPS menyebut potensi produksi beras sepanjang Januari-April 2021 akan mencapai 14,54 juta ton, naik 3,08 juta ton atau 26,84 persen dibandingkan periode sama di 2020 yang sebesar 11,46 juta ton.
Ia mengungkapkan, sejak masa panen raya atau awal Maret hingga saat ini penyerapan Bulog sudah mencapai 145.000 ton. Per 25 Maret 2021 stok beras di Bulog pun telah mencapai 923.471 ton, terdiri dari CBP 902.353 ton dan beras komersial 21.119 ton.
Baca juga: Buwas: Belum Apa-apa Kok Malah Mau Impor Beras
Buwas memperkirakan, setidaknya hingga April serapan beras hanya untuk CBP bisa mencapai 390.000 ton. Sehingga bila diakumulasi dengan stok saat ini total CPB pada akhir April sudah di atas 1 juta ton.
"Lalu Mei akan serap lagi. Jadi kalau tadi stok (CBP) di Bulog itu harus 1-1,5 juta itu amat sangat bisa (dari dalam negeri), tidak perlu impor," tegas dia.
Buwas memastikan, meski ada penugasan impor Bulog akan terus memaksimalkan penyerapan beras dalam negeri. Pihaknya bakal membeli beras di daerah-daerah yang produksinya melimpah dan akan menyuplai ke daerah-daerah yang defisit beras.
Hal ini guna memastikan seluruh daerah Indonesia terjamin kebutuhannya akan beras.
"Saya ingin menjamin bahwa pangan itu aman, khususnya beras di seluruh Indonesia. Saya berkeyakinan bahwa kita ini bisa swasembada pangan dan tidak perlu buru-buru menyatakan impor," pungkas Buwas.
Baca juga: Pemerintah Mau Buka Impor, Petani Garam Curhat Stok Menumpuk di Gudang
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.