KOLOM BIZ
Konten ini merupakan kerja sama Kompas.com dengan Experd Consultant
Eileen Rachman dan Emilia Jakob
Character Building Assessment & Training EXPERD

EXPERD (EXecutive PERformance Development) merupakan konsultan pengembangan sumber daya manusia (SDM) terkemuka di Indonesia. EXPERD diperkuat oleh para konsultan dan staf yang sangat berpengalaman dan memiliki komitmen penuh untuk berkontribusi pada perkembangan bisnis melalui layanan sumber daya manusia.

“Hack Yourself!”, Cara Mengubah Diri Menjadi Lebih Baik

Kompas.com - 27/03/2021, 08:03 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

KITA banyak mengenal istilah hacking yang berarti membobol jaringan, merusak, bahkan merampok. Dalam dunia sistem keamanan, banyak lembaga menyewa hackers untuk mencoba kekebalan sistem yang dibangun terhadap tindak pembobolan.

Kita memang yakin bahwa dengan perkembangan artificial intelligence, sistem pengamanan komputer semakin lama menjadi semakin canggih. Namun, para hacker pun tidak ketinggalan juga berkembang menjadi lebih canggih.

Sadar atau tidak, kita sebenarnya juga memiliki sistem perangkat lunak dan keras layaknya komputer yang mengatur reaksi-reaksi, emosi, dan alam pikiran kita. Bahkan, sistem yang ada di dalam diri kita merupakan sistem tercanggih dan belum dapat ditiru oleh artificial intelligence tercanggih di dunia sekalipun.

Kemampuan kita untuk bisa kreatif, berinovasi, dan mendapatkan ide out of the box adalah hasil kerja sistem yang ada di dalam otak kita. Demikian pula kekeraskepalaan atau ketidakinginan kita untuk berubah.

Kehidupan kita adalah alur-alur neurologis yang sudah berkarat di dalam sistem setiap individu sehingga membentuk kebiasaan-kebiasaan berpikir maupun bertindak.

Dalam kehidupan sehari-hari, tanpa disadari kita kerap menjalankan fungsi autopilot dalam otak. Contoh yang konkret adalah kegiatan menyetir.

Kita sudah tidak memerintahkan tangan dan kaki untuk melakukan oper gigi, menyeimbangkan antara pedal gas dan rem pada sistem mobil manual, sampai mengerem ketika ada lampu merah. Semua bergerak otomatis. Kemampuan ini didapat dari kerja keras otak dan koordinasi motorik saat baru mencoba belajar menyetir.

Contoh menarik lainnya, kita bisa mengamati kebiasaan merokok orang. Kebanyakan orang tidak menyadari bagaimana ia belajar merokok, mulai dari jari mana yang digunakan untuk memegang rokok sampai bagaimana mengisap asapnya.

Tingkah laku tersebut dibentuk dari mengobservasi kebiasaan orang lain yang dilakukan terus-menerus. Sampai akhirnya, kebiasaan itu masuk ke alam bawah sadar dan membentuk perilaku merokok sendiri.

Old habits die hard

Rupanya, sistem saraf kita juga mengikuti paham Mick Jagger dalam lagunya “Old Habits Die Hard!”. Artinya, apa yang sudah berkarat dalam pikiran kita akan sulit untuk dihapus. Hal ini sering melatarbelakangi gejala yoyo effect pada orang yang ingin menurunkan berat badan.

Ada kalanya seseorang begitu bersemangat melakukan diet sehingga berat badan turun drastis. Kemudian, berat badan akan kembali naik. Pasalnya, pantangan makan yang dilakukan selama diet belum diterima sebagai gaya hidup baru yang akan dijalani sepanjang hidup. Pola makan baru ini hanya dianggap sebagai “keterpaksaan” dan hanya dijalani dalam kurun waktu tertentu.

Hal yang sama juga terjadi saat penerapan bekerja dari rumah atau work from home (WFH). Pada awal masa pandemi, banyak pekerja menyambut gembira penerapan WFH karena mengira sistem ini hanyalah selingan sementara.

Namun, seiring waktu berjalan, sebagian besar pekerja merasa kelelahan dan stres karena ternyata banyak penyesuaian yang harus dilakukan. Banyak orang menanti-nantikan konsep "bekerja di kantor" segera terealisasi kembali.

Mindset itu bisa jadi menghambat semangat mereka untuk bekerja secara remote dan berkoordinasi melalui Zoom secara optimal. Kita juga menemui gejala yang sama pada orang-orang yang kurang latihan, kurang olahraga, dan selalu menemukan alasan untuk tidak melakukannya.

Yoyo effect bisa terjadi karena kita sudah terlalu nyaman dengan segala hal yang kita lakukan bertahun-tahun, seperti pola pikir dan pola makan. Kita pun membiarkan pola-pola ini bertahan terus dan tidak mempertimbangkan pola hidup lain yang mungkin terasa sulit untuk dimulai.

Eileen Rachman.Dok. EXPERD Eileen Rachman.

Sebagai contoh, kita sering mendengar kata-kata, seperti “saya tidak bisa bangun pagi”, “saya tidak bisa berhenti merokok”, “saya sudah terlalu tua untuk menggunakan komputer”, dan “sekarang saya tidak mengerti kehidupan digital”.

Mengapa kita sulit berubah? Fenomena ini ternyata bisa diterangkan secara fisiologis.

Bila kita sudah memiliki pola tertentu yang membuat nyaman, pola atau algoritma tersebut akan dipertahankan oleh bagian otak kita yang bernama basal ganglia. Bagian otak ini akan mengingat alur yang pernah kita buat. Semakin sering alur tersebut digunakan, basal ganglia akan semakin kuat.

Ketika kita mengganti perilaku, saraf otak berusaha membuat algoritma baru. Namun, basal ganglia akan berusaha mengembalikan pola yang lama agar kita merasa nyaman kembali.

Hal itu terjadi pada pola tingkah laku baik maupun buruk. Karena itulah, mengubah diri atau perilaku tidak semudah seperti membalik tangan saja. Sebab, pola lama akan bertahan dan tidak mau mengalah ketika otak ingin membentuk jalan baru.

Meretas sistem yang sudah terpola

Lantas, bagaimana cara meng-hack sistem yang sudah terpola?

Kita perlu mempersiapkan support system, baik secara material maupun sosial. Kita perlu memiliki sistem peringatan bila ada indikasi kembali pada pola yang lama.

Kita juga secara pribadi perlu memiliki hal yang menguatkan diri secara rasional. Misalnya, melakukan self-talk untuk meyakinkan diri bahwa perubahan akan membawa hal-hal yang lebih positif daripada pola lama yang kita anut.

Sebagai contoh, dalam berdiet, kita tidak sekadar melakukan pantang pada makanan tertentu, tetapi juga mempelajari mengenai pola makan sehat, nutrisi setiap makanan, sampai kepada cara pengolahannya. Oleh karena itu, ketika basal ganglia berusaha mengarahkan kita kembali ke pola lama, self-talk akan bekerja untuk melawannya.

Tidak ada perubahan yang bisa terjadi tanpa langkah pertama. Jadi, kuatkan mental dan yakinkan pentingnya kita untuk membenahi diri.

Tidak ada orang lain yang lebih bertanggung jawab terhadap perubahan kita, kecuali diri kita sendiri. Oleh karena itu, kitalah yang perlu menjaga betul pembentukan pola pikir dan perilaku yang sedang ingin kita bangun.

Kita juga tidak boleh ambisius dan mengharapkan perubahan drastis. Perubahan drastis akan mengejutkan keseluruhan sistem yang sudah berjalan dan malah menciptakan konflik yang menguras energi kita.

Target perubahan sebaiknya dirancang spesifik dan realistis sesuai dengan situasi yang kita miliki. Dengan begitu, target akan mudah diukur serta dijaga konsistensinya sehingga kebiasaan yang baru terbentuk kuat.


Terkini Lainnya

Survei Prudential: 68 Persen Warga RI Pertimbangkan Proteksi dari Risiko Kesehatan

Survei Prudential: 68 Persen Warga RI Pertimbangkan Proteksi dari Risiko Kesehatan

Earn Smart
7 Contoh Kebijakan Fiskal di Indonesia, dari Subsidi hingga Pajak

7 Contoh Kebijakan Fiskal di Indonesia, dari Subsidi hingga Pajak

Whats New
'Regulatory Sandbox' Jadi Ruang untuk Perkembangan Industri Kripto

"Regulatory Sandbox" Jadi Ruang untuk Perkembangan Industri Kripto

Whats New
IHSG Melemah 0,83 Persen dalam Sepekan, Kapitalisasi Pasar Susut

IHSG Melemah 0,83 Persen dalam Sepekan, Kapitalisasi Pasar Susut

Whats New
Nasabah Bank DKI Bisa Tarik Tunai Tanpa Kartu di Seluruh ATM BRI

Nasabah Bank DKI Bisa Tarik Tunai Tanpa Kartu di Seluruh ATM BRI

Whats New
Genjot Layanan Kesehatan, Grup Siloam Tingkatkan Digitalisasi

Genjot Layanan Kesehatan, Grup Siloam Tingkatkan Digitalisasi

Whats New
Pelita Air Siapkan 273.000 Kursi Selama Periode Angkutan Lebaran 2024

Pelita Air Siapkan 273.000 Kursi Selama Periode Angkutan Lebaran 2024

Whats New
Puji Gebrakan Mentan Amran, Perpadi: Penambahan Alokasi Pupuk Prestasi Luar Biasa

Puji Gebrakan Mentan Amran, Perpadi: Penambahan Alokasi Pupuk Prestasi Luar Biasa

Whats New
Pengertian Kebijakan Fiskal, Instrumen, Fungsi, Tujuan, dan Contohnya

Pengertian Kebijakan Fiskal, Instrumen, Fungsi, Tujuan, dan Contohnya

Whats New
Ekspor CPO Naik 14,63 Persen pada Januari 2024, Tertinggi ke Uni Eropa

Ekspor CPO Naik 14,63 Persen pada Januari 2024, Tertinggi ke Uni Eropa

Whats New
Tebar Sukacita di Bulan Ramadhan, Sido Muncul Beri Santunan untuk 1.000 Anak Yatim di Jakarta

Tebar Sukacita di Bulan Ramadhan, Sido Muncul Beri Santunan untuk 1.000 Anak Yatim di Jakarta

BrandzView
Chandra Asri Bukukan Pendapatan Bersih 2,15 Miliar Dollar AS pada 2023

Chandra Asri Bukukan Pendapatan Bersih 2,15 Miliar Dollar AS pada 2023

Whats New
Tinjau Panen Raya, Mentan Pastikan Pemerintah Kawal Stok Pangan Nasional

Tinjau Panen Raya, Mentan Pastikan Pemerintah Kawal Stok Pangan Nasional

Whats New
Kenaikan Tarif Dinilai Jadi Pemicu Setoran Cukai Rokok Lesu

Kenaikan Tarif Dinilai Jadi Pemicu Setoran Cukai Rokok Lesu

Whats New
Puasa Itu Berhemat atau Boros?

Puasa Itu Berhemat atau Boros?

Spend Smart
komentar di artikel lainnya
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com