Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

RI Pernah Ekspor Opium, Jejak Pabriknya Ada di Kampus UI Salemba

Kompas.com - 29/03/2021, 11:21 WIB
Muhammad Choirul Anwar

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com – Pemerintah Indonesia diketahui pernah mengekspor opium atau candu ke berbagai negara ketika bisnis opium masih menjadi kegiatan yang legal.

Pusat produksi opium tercatat berada di kawasan Salemba, Jakarta Pusat, yang sampai masa kini jejak-jejaknya masih bisa ditelusuri. Di kawasan itu, pernah berdiri pabrik opium peninggalan pemerintahan Hindia Belanda.

Harian Kompas edisi Senin, 22 Oktober 2018, pernah menerbitkan hasil penelusuran keberadaan pabrik tersebut. Kala itu, Arkeolog Candrian Attahiyat sebagai salah satu pengulik riwayat bisnis opium di Hindia Belanda, menunjukkan sisa-sisa peninggalannya di lokasi.

Bukti nyata keberadaan pabrik opium itu terletak di kawasan kampus Universitas Indonesia di Salemba. Di dalam area kampus, terdapat bangunan berdinding tinggi dan beratap seng.

Saat itu, pada salah satu pintu ruangan, terdapat petunjuk bertuliskan “R. KULIAH FKUI KIMIA 3”. Inilah tujuan dari perjalanan bersama Candrian, yakni menjumpai bangunan bekas pabrik opium. Bangunan pabrik antara lain menjelma menjadi Fakultas Kedokteran serta Fakultas Ekonomi dan Bisnis UI.

Pabrik opium Salemba, yang ketika penjajahan oleh Belanda masuk wilayah Weltevreden, merupakan perwujudan usaha Belanda untuk sepenuhnya memonopoli bisnis opium. Monopoli dijalankan oleh perusahaan Belanda Nederlandsche Handel-Maatschappij (NHM).

“NHM adalah inkarnasi VOC (Kongsi Dagang Hindia Timur Belanda). Kalau VOC monopoli rempah-rempah, ini monopoli candu,” kata Candrian, dikutip dari Harian Kompas edisi Senin, 22 Oktober 2018.

Menurut Candrian, NHM menerima hak monopoli candu pada 1 Januari 1827, tiga tahun pasca berdiri. Awalnya, NHM hanya memonopoli impor bunga opium atau poppy ke wilayah Hindia, lantas pembuatan opium dijalankan oleh pemegang hak produksi atau pak yang tersebar di berbagai daerah.

NHM lantas memonopoli pula produksi opium. Untuk memenuhi permintaan di Hindia, dibuatlah pabrik opium yang besar di Salemba tahun 1894.

James R Rush dalam buku versi terjemahan Bahasa Indonesia berjudul “Candu Tempo Doeloe: Pemerintah, Pengedar dan Pecandu 1860-1910”, mencatat, opium di Jawa sudah jadi komoditas penting dalam perdagangan regional saat orang-orang Belanda pertama kali mendarat di pulau ini akhir abad ke-16.

Baca juga: Ketika RI Jual Opium 22 Ton untuk Bayar Gaji Pegawai Pemerintah

Tidak ada yang tahu kapan opium mulai masuk dan siapa pembawanya, tetapi kala itu, para saudagar Arab terkenal karena membawa opium ke Asia. Nilai transaksi opium di Hindia juga belum diketahui. Namun, keuntungan yang amat besar dari penjualan opium mampu memodali pembangunan kota.

“Hampir semua bangunan di akhir abad ke-19 dan awal abad ke-20 dibiayai dari candu,” kata Candrian.

Pabrik opium dan Stasiun Salemba 

Keberadaan pabrik opium Salemba juga didukung jalur distribusi memadai melalui sarana dan prasarana perkeretaapian. Jejak-jejak peninggalannya ada di seberang Stasiun Cikini di Jakarta Pusat, tepatnya di Jalan Cikini Ampiun hingga Gang Ampiun, di Kelurahan Pegangsaan, Kecamatan Menteng, Jakarta Pusat.

Gang Ampiun punya kaitan dengan riwayat opium. Cikini Ampiun berlokasi di sebelah Cikini Gold Center. Dari sana, kaki melangkah masuk ke gang selebar 1,5-3 meter.

Candrian menjelaskan, berdasarkan peta koleksi Perpustakaan Universitas Leiden, Belanda, dengan judul Plattegrond von Batavia, Gang Ampiun tertulis sebagai G. Amfioen, bersisian dengan rel kereta yang merupakan percabangan dari jalur rel.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com