Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tingkat Keterisian Bioskop Masih Rendah, Ini Penyebabnya

Kompas.com - 30/03/2021, 17:41 WIB
Yoga Sukmana

Editor

Sumber

JAKARTA, KOMPAS.com - Bisnis bioskop masih mengejar asa karena pandemi Covid-19 masih berlangsung. Walau sejumlah bioskop telah dibuka, namun layar bioskop pun masih buram lantaran jumlah penonton yang menyusut.

Tak heran jika hingga kini, masih banyak bangku kosong karena tingkat keterisian bioskop yang belum tumbuh signifikan. Ketua Gabungan Pengusaha Bioskop Seluruh Indonesia (GPBSI) Djonny Syafruddin mengatakan, tingkat keterisian bioskop di setiap daerah memang berbeda.

Ini terjadi karena mengacu pada ketentuan pembatasan sosial di masing-masing wilayah. Ada yang sudah mengizinkan keterisian 50 persen kapasitas bioskop, namun ada juga yang belum memberi izin buka layar.

Namun secara rerata, hingga akhir Maret ini keterisian bioskop belum signifikan, yakni berkisar 15 persen-20 persen.

"Permasalahannya belum semua dikasih izin. Untuk yang pembatasan 50 persen, misalnya dari 100 bangku di satu layar, yang boleh diisi 50 persen. Nah dari itu, paling banyak 15 persen-20 persen yang terisi," kata Djonny saat dihubungi Kontan.co.id, Senin (29/3/2021).

Baca juga: Lion Air Rute Surabaya – Banjarmasin Putar Balik Usai Terbang 20 Menit

Menurutnya, ada sejumlah alasan mengapa bisnis bioskop masih terpuruk. Pertama, masyarakat masih takut untuk menonton di bioskop. Djonny bilang, ketakutan masyarakat tak lepas dari adanya semacam "kampanye hitam" (black campaign) yang mencitrakan seolah-olah bioskop berbahaya dalam penularan Covid-19.

Padahal, protokol kesehatan pun sudah dijalankan ditambah dengan adanya aturan ketat pembatasan keterisian ruangan.

"Ada saja black campaign bioskop berbahaya, namun nggak bisa dibuktikan. Bagaimana itu restoran, kapal terbang, angkutan darat dan pasar? akibat itu orang tidak berani ke bioskop," jelas Djonny.

Kedua, faktor merosotnya daya beli, terutama di daerah. Hal ini turut menyebabkan keterisian bioskop yang masih sepi. Ketiga, keberanian para pemilik film untuk memutar di bioskop.

"Film impor sudah mulai berani, penonton lumayan, tapi belum seperti dulu (sebelum pandemi). Film nasional baru ada 3 atau 4. Mereka masih wait and see," sebut Djonny.

Keempat, faktor regulasi. Sebab, setiap daerah memiliki peraturan yang berbeda. Lalu, faktor kelima yang membuat pengelola bioskop terbebani ialah beban operasional, terutama biaya listrik.

"(Biaya listrik) itu tinggi. Mau pandemi, nggak pandemi, bayar. Pemakaian daya nggak jauh beda," sambung Djonny.

Baca juga: RUU Sektor Keuangan Dikhawatirkan Gerus Independensi BI dan OJK

Apalagi, di tengah merosotnya pendapatan bioskop, pajak terhadap daerah pun harus tetap disetor. GPBSI pun berhadap ada keringanan baik dari sisi biaya listrik maupun beban biaya lainnya.

Sebagai gambaran, pendapatan bioskop yang sebelum pandemi bisa menyentuh Rp 40 juta sehari, kini hanya di bawah Rp 10 juta. Bahkan ada yang hanya mencapai Rp 2 juta.

Di tengah kondisi itu, pada beberapa bioskop yang harus menanggung kerugian hingga Rp 150 juta dalam sebulan. Oleh sebab itu, beberapa bioskop di daerah menyiasatinya dengan membuka bioskop hanya empat hari dalam seminggu guna menekan biaya.

"Ya jadi begitu, tiga hari tutup, empat hari buka. Untuk menekan beban, mengurangi biaya listrik juga," ungkapnya.

Djonny memprediksi, bisnis bioskop tidak akan lekas pulih di tahun ini. Meski begitu, pemulihan ekonomi dan vaksinasi Covid-19 menjadi katalis positif untuk sektor pariwisata dan hiburan, termasuk bioskop.

"Kalau menurut saya mungkin di tahun-tahun depan (pemulihan bisnis bioskop). Yang pasti ada harapan dari vaksinasi, kalau berjalan lancar sudah 60 persen, rasa takut ke bioskop bisa hilang, ada kepercayaan. Yang penting jangan black campaign lagi," terang Djonny. (Reporter: Ridwan Nanda Mulyana | Editor: Anna Suci Perwitasari)

Baca juga: BPJS Ketenagakerjaan Bakal Tempatkan Dana di LPI

Artikel ini telah tayang di Kontan.co.id dengan judul: Ini penyebab tingkat keterisian bioskop masih rendah

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Sumber
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Jasa Marga: 109.445 Kendaraan Tinggalkan Jabotabek Selama Libur Panjang Paskah 2024

Jasa Marga: 109.445 Kendaraan Tinggalkan Jabotabek Selama Libur Panjang Paskah 2024

Whats New
Survei Prudential: 68 Persen Warga RI Pertimbangkan Proteksi dari Risiko Kesehatan

Survei Prudential: 68 Persen Warga RI Pertimbangkan Proteksi dari Risiko Kesehatan

Earn Smart
7 Contoh Kebijakan Fiskal di Indonesia, dari Subsidi hingga Pajak

7 Contoh Kebijakan Fiskal di Indonesia, dari Subsidi hingga Pajak

Whats New
'Regulatory Sandbox' Jadi Ruang untuk Perkembangan Industri Kripto

"Regulatory Sandbox" Jadi Ruang untuk Perkembangan Industri Kripto

Whats New
IHSG Melemah 0,83 Persen dalam Sepekan, Kapitalisasi Pasar Susut

IHSG Melemah 0,83 Persen dalam Sepekan, Kapitalisasi Pasar Susut

Whats New
Nasabah Bank DKI Bisa Tarik Tunai Tanpa Kartu di Seluruh ATM BRI

Nasabah Bank DKI Bisa Tarik Tunai Tanpa Kartu di Seluruh ATM BRI

Whats New
Genjot Layanan Kesehatan, Grup Siloam Tingkatkan Digitalisasi

Genjot Layanan Kesehatan, Grup Siloam Tingkatkan Digitalisasi

Whats New
Pelita Air Siapkan 273.000 Kursi Selama Periode Angkutan Lebaran 2024

Pelita Air Siapkan 273.000 Kursi Selama Periode Angkutan Lebaran 2024

Whats New
Puji Gebrakan Mentan Amran, Perpadi: Penambahan Alokasi Pupuk Prestasi Luar Biasa

Puji Gebrakan Mentan Amran, Perpadi: Penambahan Alokasi Pupuk Prestasi Luar Biasa

Whats New
Pengertian Kebijakan Fiskal, Instrumen, Fungsi, Tujuan, dan Contohnya

Pengertian Kebijakan Fiskal, Instrumen, Fungsi, Tujuan, dan Contohnya

Whats New
Ekspor CPO Naik 14,63 Persen pada Januari 2024, Tertinggi ke Uni Eropa

Ekspor CPO Naik 14,63 Persen pada Januari 2024, Tertinggi ke Uni Eropa

Whats New
Tebar Sukacita di Bulan Ramadhan, Sido Muncul Beri Santunan untuk 1.000 Anak Yatim di Jakarta

Tebar Sukacita di Bulan Ramadhan, Sido Muncul Beri Santunan untuk 1.000 Anak Yatim di Jakarta

BrandzView
Chandra Asri Bukukan Pendapatan Bersih 2,15 Miliar Dollar AS pada 2023

Chandra Asri Bukukan Pendapatan Bersih 2,15 Miliar Dollar AS pada 2023

Whats New
Tinjau Panen Raya, Mentan Pastikan Pemerintah Kawal Stok Pangan Nasional

Tinjau Panen Raya, Mentan Pastikan Pemerintah Kawal Stok Pangan Nasional

Whats New
Kenaikan Tarif Dinilai Jadi Pemicu Setoran Cukai Rokok Lesu

Kenaikan Tarif Dinilai Jadi Pemicu Setoran Cukai Rokok Lesu

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com