Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Yield Treasury AS Diprediksi Sentuh 1,9 Persen, Bagaimana Dampaknya ke Emas dan Rupiah?

Kompas.com - 31/03/2021, 10:14 WIB
Kiki Safitri,
Bambang P. Jatmiko

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com – Imbal hasil treasury AS yang saat ini sedang dalam trend kenaikan menyusul pemulihan ekonomi yang cepat serta potensi inflasi dari negara tersebut.

Head of Investment Strategy Bank of Singapore Eli Lee mengatakan, dalam waktu dekat, lonjakan imbal hasil Treasury AS dapat meningkatkan risiko volatilitas di pasar keuangan. Meskipun dapat naik lebih jauh, tetapi masih berada di level terendah secara historis di bawah 2 persen.

“Imbal hasil obligasi pemerintah akan meningkat selama 2021. Sementata itu, imbal hasil Treasury AS 10 tahun mencapai 1,9 persen selama 12 bulan ke depan,” kata Eli Lee dalam Monthly Outlook Bank OCBC NISP, Selasa (31/3/2021).

Baca juga: Imbal Hasil Treasury AS Naik, Saham-saham Sektor Apa yang Layak Dikoleksi?

Di sisi lain, penguatan yang terlihat dalam aset risiko selama setahun terakhir berpotensi berlanjut lebih dari 2021, karena sikap The Fed yang sangat dovish terhadap inflasi dan pengangguran kemungkinan akan mencegah penjualan besar di pasar obligasi pemerintah.

“Kenaikan imbal hasil Treasury AS 10 akan menjadi ancaman jangka pendek bagi pemulihan ekonomi global. Tetapi kami berharap The Fed akan melakukan sesuatu jika aset risiko turun dengan tajam, misalnya dengan menunda dimulainya tapering,” tegas dia.

Wealth Management Head Bank OCBC NISP Juky Mariska mengatakan, pergerakan pasar obligasi domestik menyerupai pasar obligasi Amerika Serikat, dimana pelemahan yang signifikan terjadi di bulan Februari tahun ini.

Imbal hasil obligasi 10 tahun pemerintah naik 650 basis poin (6,5 persn) ke level 6,6 persen untuk menutup bulan Februari. Potensi diperlukannya stimulus yang lebih besar dapat memicu penerbitan obligasi yang lebih banyak.

“Pada dua sesi lelang terakhir, penawaran yang masuk lebih rendah dibandingkan rata-rata, namun masih berhasil mencatatkan rasio bid-to-cover sebesar 2,5x hingga 3x. Seiring dengan ekspektasi investor global atas pemulihan ekonomi dan inflasi yang lebih cepat, pasar obligasi masih akan tertekan beberapa waktu kedepan,” jelas Juky.

Adapun beberapa faktor yang membuat imbal hasil obligasi pemerintah meningkat tajam, yakni, ekspektasi inflasi yang lebih tinggi dan prospek ekonomi yang lebih kuat. Selain itu, vaksinasi yang sedang berjalan saat ini memungkinkan aktivitas di seluruh dunia untuk mulai rebound dari pandemi.

Kenaikan harga komoditas seiring dengan pulihnya aktivitas global, juga mendorong kenaikan imbal hasil obligasi. Pasar obligasi juga berfokus pada risiko tingkat inflasi diperkirakan untuk naik karena ‘base effects'.

“Kenaikan yield juga disebabkan oleh kekhawatiran masifnya likuiditas yang diberikan oleh pelonggaran kuantitatif bank sentral selama pandemiBesarnya defisit fiskal yang berjalan selama pandemi, dan pergeseran The Fed baru-baru ini ke strategi 'penargetan inflasi rata-rata',”ungkap Eli.

Selama dekade terakhir, inflasi inti berada di bawah target The Fed sebesar 2 persen. Dengan demikian, bank sentral saat ini siap untuk membiarkan inflasi cukup melebihi target 2 persen hingga setahun penuh sebelum mempertimbangkan untuk meningkatkan suku bunga The Fed dari kisaran 0 sampai 0,25 persen.

Senior Investment Strategist OCBC Bank Vasu Menon mengatakan, perputaran dalam imbal hasil Treasury AS menyebabkan pasar mata uang mengalihkan fokus dari pendorong pemulihan-sentris ke argumen berbasis imbal hasil. Peningkatan volatilitas suku bunga telah menyebabkan gejolak pasar dan mengurangi selera risiko.

“Ini akan memacu beberapa permintaan safe-haven untuk dollar AS (USD) seiring dengan menjaga siklus di bawah tekanan. Dengan demikian, ada ruang bagi dollar AS untuk memperoleh keuntungan lebih lanjut dalam waktu dekat,” ungkap dia.

Baca juga: IHSG Diproyeksikan Melemah, Cek Rekomendasi Saham Hari Ini

Sementara untuk emas, Vasu menilai ini adalah masa-masa yang menantang untuk komoditas seperti emas karena peningkatan imbal hasil Treasury AS sehingga membuat lebih mahal untuk menyimpan emas.

“Tampaknya, untuk margin, emas juga menghadapi persaingan dari aset alternatif lain seperti Bitcoin. Meskipun kami melihat investasi dalam cryptocurrency sebagai perdagangan spekulatif, besarnya arus masuk kemungkinan telah mengurangi emas,” tambah dia.

Dalam enam bulan kedepan Vasu memproyeksikan emas akan bergerak di level 1.900 dollar AS per ons dan target 12 bulan menjadi 1.850 dollar AS per ons dari sebelumnya 2.100 dollar AS per ons untuk keduanya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com