Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

[Kurasi KOMPASIANA] Generasi Sandwich: Berkah atau Beban? | Menghindari Pemikiran Toxic Positivity dalam Fenomena Generasi Sandwich

Kompas.com - 02/04/2021, 23:06 WIB
Harry Rhamdhani

Penulis

KOMPASIANA---Generasi sandwich masih akan terus menanggung beban berat beberapa waktu ke depan. Ini siklus yang seperti tiada akhir.

Generasi sandwich merupakan generasi yang terhimpit karena harus menanggung kebutuhan hidup anak dan orangtuanya sekaligus. Dengan kata lain, generasi tersebut memiliki "beban" ganda, terutama soal finansial.

Dalam kondisi seperti itu jangankan memenuhi kebutuhan orang tuanya, sekedar memenuhi kebutuhan diri dan anak-anaknya saja Generasi Sandwich akan cukup mengalami kesulitan.

Lalu bagiamana fenomena generasi sandwich itu sendiri di Indonesia?

Berikut 3 konten menarik terkait hal tersebut di Kompasiana:

1. Generasi Sandwich: Berkah atau Beban?

Generasi sandwich adalah suatu istilah yang digunakan untuk menyebut seseorang yang harus membiayai hidup generasi sebelumnya (orang tua) dan generasi setelahnya (anak-anak atau adik-adik).

Kompasianer Luna Septalisa mengatakan, fenomena ini merupakan hal yang lumrah terjadi di Indonesia karena beberapa faktor.

Pertama, Nilai kekeluargaan. Di Indonesia masih memegang teguh nilai-nilai ketimuran dan nilai-nilai kekeluargaan, anak yang telah dewasa dan bekerja dianggap sudah sepantasnya membiayai hidup orangtuanya.

Kedua, Tuntutan sosial. Ketika anak sudah dewasa, lulus kuliah dan mendapatkan pekerjaan, orang tua biasanya akan menyuruh anaknya untuk segera menikah tanpa memperhatikan apakah sang anak sudah siap secara mental dan finansial untuk berumah tangga.

Ketiga, ... (Baca selengkapnya)

2. Menghindari Pemikiran Toxic Positivity dalam Fenomena Generasi Sandwich

Kompasianer Irmina Gultom menyimpulkan bahwa banyak yang berpendapat bahwa fenomena Generasi Sandwich adalah suatu hal yang biasa.

Tidak sedikit orang yang menganggap bahwa menanggung hidup tiga generasi (diri sendiri, orangtua dan anak) adalah suatu kewajaran.

Beberapa orang bahkan berpendapat dan berpikir positif, bahwa menanggung biaya hidup orangtua (meskipun sudah memiliki keluarga sendiri) adalah suatu kewajiban dan kesempatan untuk membalas budi kepada orangtua.

"Hal ini tidak lepas dari pengaruh budaya ketimuran orang Indonesia di mana seorang anak haruslah mengingat pengorbanan kedua orangtuanya dalam merawat dan mendidik mereka sejak kecil," tulisnya. (Baca selengkapnya)

3. Generasi Sandwich dan Sikap "Gemati Karo Morotuwo"

Kompasianer Jati Kumoro mengatakan, ia pernah mendapat sebuah pesan yang intinya menyuruhnya agar "gemati karo morotuwo".

Pesan ini jika diartikan secara bebas adalah supaya penulis memperhatikan bukan hanya kebutuhan fisik semata tapi juga kebutuhan batin.

"Jangan menganggap bapak mertua sebagai beban. Kurang lebih seperti itu yang penulis tangkap dari nasehat tersebut," tulisnya.

Sebagai menantu, penulis sama sekali tak merasa terbebani sebagai "generasi sandwich" sebab dalam kenyataan sosialnya di masyarakat tempat tinggal penulis ternyata yang namanya "gemati karo morotuwo" itu adalah hal yang lumrah dilakukan. (Baca selengkapnya) (IBS)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com