Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ciri-ciri Karyawan Tidak Profesional, Bikin Masa Depan Suram

Kompas.com - 03/04/2021, 14:01 WIB
Yoga Sukmana

Editor

JAKARTA, KOMPAS.com - Dunia kerja sangat keras. Berbeda dengan dunia kampus atau sekolahmu dulu yang apa-apa disuapi guru atau dosen.

Kamu dituntut profesional dalam bekerja. Mengerahkan segala kemampuan, kompetensi, keahlian, dan keterampilan yang dimiliki untuk menghasilkan yang terbaik. Membantu perusahaan mencapai target, visi, dan misinya.

Sadar atau tidak, atasanmu akan selalu memantau dan mengawasi setiap tindak tandukmu sepanjang waktu. Bukan hanya soal tugas dan tanggung jawab, tetapi juga perangai, sikapmu sehari-hari di kantor.

Dari semua ini, akan terlihat apakah kamu karyawan yang kompeten dalam bekerja atau tidak. Jadi hindari 6 hal berikut ini jika kamu ingin dicap profesional dan kompeten di kantor, seperti dikutip dari Cermati.com:

  • Pilih-pilih pekerjaan

Setiap karyawan yang ditempatkan di divisi manapun, pasti sudah punya tugas dan tanggung jawab masing-masing. Namun jika kamu sukanya pilah pilih pekerjaan, maka akan dianggap tidak berkompeten.

Baca juga: Pilot Batik Air dan Trigana Air Dilarang Terbang Sementara Pasca Insiden Pesawat

Misalnya bos menyuruh mengerjakan pekerjaan A, tetapi kamu meminta menggarap pekerjaan B dengan alasan tertentu. Terlepas pekerjaan lain yang kamu pilih lebih sulit atau sebaliknya, judulnya kamu ogah melaksanakan apa yang diperintah atasan.

Hal ini akan menjadi poin minus di mata bos. Bisa saja bos tidak lagi respek kepadamu, dan malah tidak memberimu pekerjaan sama sekali.

  • Menolak perintah bos

Kalau yang ini betul-betul menolak. Diperintahkan bos untuk menyelesaikan suatu tugas, namun tidak mau. Jurusnya mengeluarkan seribu alasan, supaya bos berubah pikiran dan memberinya tugas lain yang sesuai keinginannya.

Tentu saja ini bukan sikap profesional dari karyawan. Apalagi jika dilakukan terus menerus, maka kompetensimu bakal dipertanyakan. Dicap bahwa kamu memang tidak becus bekerja.

  • Sering tidak menyelesaikan pekerjaan sesuai deadline

Umumnya pekerjaan di kantor memiliki deadline. Akan tetapi kamu selalu saja tidak dapat menyelesaikannya tepat waktu. Tugas A deadline Jumat minggu ini, namun molor jadi minggu depan.

Kalau ditanya, banyak alasan. Laptop mati, koneksi internet jelek, ada keluarga sakit, atau alasan lain untuk membela diri. Masalah ini terus terjadi berulang kali.

Pantaslah bila rekan kerja maupun atasan akan menilai kamu bukan orang yang profesional dan kompeten dalam bekerja. Konsekuensi dari buruknya penilaian tersebut adalah kamu dipecat atau diminta mengundurkan diri.

Baca juga: Simak Rincian Harga Emas Antam Hari Ini

  • Manja dan tidak berusaha dengan keras

Dalam dunia kerja, tak ada bermanja-manja. Kamu harus mandiri. Berusaha dengan keras menyelesaikan setiap tugas dan tanggung jawab.

Bila kamu masih bersikap kekanak-kanakkan, apa-apa menunggu arahan dari atasan, tidak ada inisiatif, saat bekerja selalu minta bimbingan, dan tidak mencari solusi atas kendala yang dihadapi, maka itu artinya kamu jauh dari kompeten.

Misalnya bekerja membuat artikel. Seharusnya kamu berusaha mencari bahan atau sumber untuk dijadikan tulisan. Bukan menunggu bahan tulisan dari atasan. Jika ada kesulitan dalam menulis pun, dicari sendiri solusinya lebih dulu sebelum bertanya ke atasan.

Baca Juga: Tetap Produktif Saat WFH, Berikut Tips Memilih Provider WiFi yang Tepat

  • Sering tidak masuk kerja

Sedikit-sedikit izin tidak masuk kerja. Alasannya ada saja, ya karena sakit, ada keluarga yang sakit, mengantar keluarga mudik, dan lainnya.

Padahal kamu kerja dengan tim. Salah satu rekan bolos, maka berpengaruh pada kinerja keseluruhan tim. Menjadi terganggu dan tidak sesuai dengan rencana yang sudah disusun sejak awal.

Saat kamu sering tidak masuk kerja, atasan dan perusahaan akan melihat ini sebagai sikap yang tidak profesional. Apalagi untuk urusan pribadi yang tak jelas.

Sebetulnya perusahaan punya aturan batasan toleransi izin tidak masuk kerja. Jika lebih dari batas tersebut, bakal kena surat peringatan atau pemotongan gaji.

Baca juga: Cara Menabung Rp 50 Juta dengan Gaji UMP

  • Maunya satu tim dengan teman dekat saja

Sejak awal kamu dituntut perusahaan untuk mampu bekerjasama dengan tim. Siapapun rekan kerjamu di satu tim, harus diterima.

Namun ada saja yang sukanya pilih-pilih tim. Maunya satu tim dengan rekan kerja yang sepaham denganmu, yang selalu mengikuti perintahmu, atau rekan kerja yang mudah dipengaruhi.

Jika kamu seperti itu, akan menghambat kelancaran kerja tim. Tidak mau membuka diri untuk rekan kerja yang lain. Bukannya bekerja dengan maksimal, malah sibuk mengurus siapa-siapa rekan yang akan bergabung di tim kamu.

Ini jelas sangat tidak berkompeten dan tidak profesional. Orang-orang seperti demikian, tidak disenangi rekan kerja lainnya.

Profesional Kunci Karier Moncer

Jadilah karyawan yang siap mengerjakan setiap pekerjaan yang diperintahkan untuk mencapai target perusahaan dengan jalan yang benar. Siap ditempatkan di manapun dan kapanpun tanpa banyak mengeluh, serta pilih-pilih.

Kerahkan seluruh kemampuan terbaikmu dalam bekerja, bersikap profesional, maka akan menjadi nilai plus bagi kariermu di kantor. Penilaian bagus, karier melejit, dan gaji pun naik.

Baca juga: Siapkan Dana Pendidikan Anak, Lirik 4 Investasi Cuan Ini

Artikel ini merupakan hasil kerja sama antara Kompas.com dengan Cermati.com. Isi artikel menjadi tanggung jawab sepenuhnya Cermati.com

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Menko Airlangga Ingin Pedagang Ritel Berdaya, Tak Kalah Saling dengan Toko Modern

Menko Airlangga Ingin Pedagang Ritel Berdaya, Tak Kalah Saling dengan Toko Modern

Whats New
Allianz dan HSBC Rilis Asuransi untuk Perencanaan Warisan Nasabah Premium

Allianz dan HSBC Rilis Asuransi untuk Perencanaan Warisan Nasabah Premium

Whats New
Saham Teknologi Tertekan, Wall Street Berakhir Mayoritas di Zona Merah

Saham Teknologi Tertekan, Wall Street Berakhir Mayoritas di Zona Merah

Whats New
Rincian Harga Emas Hari Ini di Pegadaian 19 April 2024

Rincian Harga Emas Hari Ini di Pegadaian 19 April 2024

Spend Smart
Bapanas Tugaskan ID Food Impor 20.000 Ton Bawang Putih Asal China

Bapanas Tugaskan ID Food Impor 20.000 Ton Bawang Putih Asal China

Whats New
Mata Uang Italia Sekarang dan Sebelum Gabung Uni Eropa

Mata Uang Italia Sekarang dan Sebelum Gabung Uni Eropa

Whats New
Satgas Pasti Temukan 100 Penipuan Bermodus Duplikasi Lembaga Keuangan

Satgas Pasti Temukan 100 Penipuan Bermodus Duplikasi Lembaga Keuangan

Whats New
Erick Thohir Minta BUMN Optimalisasi Pembelian Dollar AS, Ini Kata Menko Airlangga

Erick Thohir Minta BUMN Optimalisasi Pembelian Dollar AS, Ini Kata Menko Airlangga

Whats New
Pelemahan Rupiah Bakal Berdampak pada Harga Barang Impor sampai Beras

Pelemahan Rupiah Bakal Berdampak pada Harga Barang Impor sampai Beras

Whats New
Apa Mata Uang Brunei Darussalam dan Nilai Tukarnya ke Rupiah?

Apa Mata Uang Brunei Darussalam dan Nilai Tukarnya ke Rupiah?

Whats New
Posko Ditutup, Kemenaker Catat 965 Perusahaan Tunggak Bayar THR 2024

Posko Ditutup, Kemenaker Catat 965 Perusahaan Tunggak Bayar THR 2024

Whats New
Antisipasi El Nino, Kementan Dorong 4 Kabupaten Ini Percepatan Tanam Padi

Antisipasi El Nino, Kementan Dorong 4 Kabupaten Ini Percepatan Tanam Padi

Whats New
Laba RMKE Cetak Laba Bersih Rp 302,8 Miliar pada 2023

Laba RMKE Cetak Laba Bersih Rp 302,8 Miliar pada 2023

Whats New
Perputaran Uang Judi Online di RI sampai Rp 327 Triliun Setahun

Perputaran Uang Judi Online di RI sampai Rp 327 Triliun Setahun

Whats New
Bapanas Pastikan Konflik Israel-Iran Tak Pengaruhi Masuknya Komoditas Pangan yang Rutin Diimpor

Bapanas Pastikan Konflik Israel-Iran Tak Pengaruhi Masuknya Komoditas Pangan yang Rutin Diimpor

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com