Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Beberapa Sentimen Membayangi IHSG Pekan Depan, Apa Saja?

Kompas.com - 04/04/2021, 13:05 WIB
Kiki Safitri,
Ambaranie Nadia Kemala Movanita

Tim Redaksi

Pasar keuangan masih mencerna kenaikan pajak yang termasuk dalam rencana tersebut dan berpotensi menciptakan tekanan potensial bagi saham.

“Pasar keuangan berpotensi rebound seiring dengan optimisme rencana paket infrastruktur Amerika Serikat. Tetapi pelaku pasar mencermati bagaimana dampak kenaikan pajak perusahaan,” ungkap Hans.

Di sisi lain, Eropa masih menghadapi gelombang Covid-19. Presiden Prancis Emmanuel Macron menetapkan penguncian nasional ketiga dan mengatakan sekolah akan ditutup selama tiga pekan.

Baca juga: Farid Andika Tersandung Kasus Koboi Duren Sawit, Restock.id Ganti CEO

Sejumlah negara Eropa kembali memberlakukan pembatasan wilayah ketat atau lockdown menyusul naiknya kasus, terutama dipicu oleh virus Covid-19 varian baru yang lebih menular.

Negara yang melakukan lockdown antara lain adalah Prancis, Italia, Ceko, Spanyol, Belgia, dan Belanda.

“Zona Eropa terlihat tertinggal jauh dari Amerika Serikat dalam program vaksinasi,” jelas dia.

Dari domestik, tahun 2021 cenderung berbentuk kurva V, menyusul membaiknya indikator perekonomian dan kemajuan penanganan pandemi Covid-19.

Purchasing Managers' Index (PMI) manufaktur Indonesia pada Maret 2021 mencatatkan rekor tertinggi dalam 10 tahun terakhir.

Baca juga: Simak Rincian Harga Emas Antam Hari Ini

Tercatat nilai PMI pada periode tersebut sebesar 53,2 atau meningkat sebesar 2,3 poin dari Februari 2021 yang sebesar 50,9.

Berbagai lembaga internasional seperti Bank Dunia, OECD (Organisasi untuk Kerja Sama dan Pertumbuhan Ekonomi/Organization for Economic Cooperation and Development), ADB (Bank Pembangunan Asia/Asian Development Bank) dan IMF (Dana Moneter Internasional/ International Monetary Fund) memproyeksikan pertumbuhan Indonesia di level 4-4,8 persen, sejalan dengan target pemerintah 4,5-5,5 persen.

Sementara itu, Kementerian Keuangan RI menjual obligasi senilai Rp 4,75 triliun, jauh di bawah target Rp 30 triliun.

Jumlah tersebut merupakan yang terkecil yang pernah tercatat sejak 2016.

Kondisi pasar keuangan, baik global maupun domestik, masih tertekan, terutama karena dampak naiknya Yield Obligasi Pemerintah Amerika Serikat yang menyebar ke negara-negara lain.

Baca juga: Menilik Peluang Bisnis Kue di Bulan Ramadhan dan Lebaran

“Tekanan terhadap rupiah juga mempengaruhi preferensi investor dalam membeli surat berharga,” jelas Hans.

Investor juga terus mencermati aksi BPJS Ketenagakerjaan yang mengurangi porsi saham dan reksadana yang dapat mengganggu kenaikan IHSG pekan ini.

Namun, IHSG awal pekan besok masih berpeluang menguat dengan support di level 5.892 sampai 5.700 dan resistance di level 6.066 sampai 6.170.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com