Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
KILAS

Direktur IWIP Nilai Indonesia Berperan Penting dalam Produksi Nikel Dunia

Kompas.com - 06/04/2021, 14:16 WIB
Alifia Nuralita Rezqiana,
Mikhael Gewati

Tim Redaksi

KOMPAS.com – Direktur External Relations PT Indonesia Weda Bay Industrial Park (IWIP) Scott Ye mengungkapkan, Indonesia memiliki peran penting terkait ketersediaan dan produksi nikel dunia.

Hal tersebut disampaikan Scott dalam diskusi virtual bertajuk “Indonesia’s Nickel Boom and Plans to be an EV Battery Hub” yang digelar oleh The Jakarta Foreign Correspondents Club (JFCC), sebuah asosiasi wartawan asing di Indonesia.

Adapun diskusi yang dilaksanakan melalui Zoom Meeting tersebut dipandu langsung oleh Presiden JFCC Ed Davies pada Rabu (31/3/2021).

Menjadi salah seorang pembicara dalam acara tersebut, Scott Ye memaparkan sejarah penggunaan nikel di dunia yang dimulai dari Ancient Egyptian Pharaoh Tutankhamun untuk pisau, kemudian pembuatan koin, perkakas stainless steel, hingga tesla untuk kendaraan listrik.

Baca juga: PT IWIP Buka 12.000 Lowongan Kerja, Posisi Apa Saja?

“European United akan berhenti menggunakan kendaraan berbahan bakar energi fosil mulai tahun 2030. Sementara China menargetkan 25 persen kendaraan listrik (EV) di tahun 2025 untuk mengurangi emisi dan polusi,” paparnya.

Menurutnya, untuk membuat kualitas EV lebih baik, diperlukan kualitas baterai yang lebih baik pula. Sementara itu, kualitas baterai yang lebih baik membutuhkan komponen nikel yang lebih banyak.

Dalam materi diskusinya, ia menyebutkan bahwa Indonesia memiliki cadangan nikel sebesar 21 juta ton. Jumlah ini setara dengan 24 persen sumber nikel dunia. Bahkan, pada 2018, Indonesia berhasil memproduksi 560.000 ton nikel.

“Dahulu pada 1960-an, produksi nikel Indonesia masih terbatas, karena hanya ada dua pihak utama yang mengelola nikel, yaitu Antam dan Vale,” tutur Scott.

Baca juga: 5 Langkah Pemerintah Menghadapi Gugatan Uni Eropa soal Ekspor Nikel

Namun pada 2014, Indonesia mulai meningkatkan produksi nikel. Penjualan nikel mentah menurun, sementara penjualan produk nikel terus meningkat pesat.

Sampai tahun 2019, ekspor produk nikel sudah naik enam kali lipat. Jika semula hanya mampu mengekspor 110 kiloton (kt), kini Indonesia mampu mengekspor lebih dari 600 kt.

“Saya percaya tahun ini produksinya bisa mencapai sekitar 900 kt nikel metal. Tahun depan, mungkin bisa mencapai 1.100 kt,” ucapnya.

Pada kesempatan tersebut, Scott Ye juga memaparkan pengembangan kompleks industri nikel di Indonesia yang berpusat di Pulau Sulawesi dan sekitarnya, termasuk Maluku Utara.

Beberapa kompleks industri yang disebutkan, antara lain Soroako-Pomala Belt, Konawe Belt, Morowali Belt hingga Halmahera Belt.

Baca juga: Indonesia Bisa Produksi Kendaraan Listrik sampai 600.000 Unit pada 2030

Tangkapan layar sesi tanya jawab oleh Scott Ye (kanan bawah), Chrisnawan Anditya (kiri bawah), Michael Allen Brady (kiri atas), Ed Davies (tengah atas), dan Lin Che Wei (kanan atas) dalam diskusi virtual Indonesia?s Nickel Boom and Plans to be an EV Battery Hub via Zoom Meeting pada Rabu (31/3/2021).KOMPAS.COM/ALIFIANR Tangkapan layar sesi tanya jawab oleh Scott Ye (kanan bawah), Chrisnawan Anditya (kiri bawah), Michael Allen Brady (kiri atas), Ed Davies (tengah atas), dan Lin Che Wei (kanan atas) dalam diskusi virtual Indonesia?s Nickel Boom and Plans to be an EV Battery Hub via Zoom Meeting pada Rabu (31/3/2021).

Scott mengatakan, saat ini IWIP yang berlokasi di Maluku Utara tersebut telah memiliki 20 lini dari total kapasitas 24 lini produksi.

“Data yang tertera dalam dokumen presentasi saya masih tertera 19 lini produksi, tapi kemarin kami baru saja menambah satu lini produksi, sehingga saat ini kami mempunyai 20 lini produksi,” terangnya.

Halaman:
Baca tentang


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com