Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Faisal Basri Ungkap Ironi Negeri Subur Pengimpor Gula Terbesar Sejagat

Kompas.com - 06/04/2021, 16:45 WIB
Muhammad Choirul Anwar

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com – Ekonom senior Faisal Basri buka suara mengenai kebijakan Pemerintah Indonesia dalam mengimpor gula dari luar negeri.

Ia mengungkap adanya ironi, apalagi Indonesia pernah terkenal sebagai negara pengekspor gula ke berbagai belahan dunia.

“Sejak zaman Kolonial hingga tahun 1967, Indonesia merupakan negara pengekspor gula,” ujarnya dalam sebuah tulisan berjudul Manisnya Impor Gula, Dapat “Rente” Bisa Puluhan Triliun yang diunggah di faisalbasri.com, Selasa (6/4/2021).

Baca juga: Tekan Ketergantungan Impor Gula, RNI Revitalisasi Pabrik dan Perluas Lahan Tebu

“Bahkan sempat sebagai pengekspor gula terpandang, nomor dua setelah Kuba. Bertahun-tahun gula menjadi sumber penerimaan ekspor terbesar bagi penjajah Belanda,” sambungnya.

Ia menjelaskan, saat itu sentra produksi utama gula Hindia Belanda adalah Jawa Timur, tepatnya di sepanjang Sungai Brantas.

Kini, ia menyebut Jawa Timur masih tetap dominan, menyumbang sekitar separuh dari produksi gula nasional.

“Ironinya, negeri subur dengan ungkapan 'gemah ripah loh jinawi', sejak 2016 menjadi pengimpor gula terbesar sejagat,” tandasnya.

Betapa tidak, ia mengatakan, di tengah pandemi Covid-19 ketika impor anjlok, justru impor gula melonjak dari 4,09 juta ton tahun 2019 menjadi 5,54 juta ton di 2020. Angka tersebut merupakan data impor gula tertinggi sepanjang sejarah Indonesia.

Baca juga: [TREN BISNIS KOMPASIANA] Porang Primadona Dunia | Mengenang Kejayaan Bisnis Gula Indonesia | Strategi Bisnis Usai Pandemi

“Padahal industri makanan dan minuman–sebagai pengguna gula terbanyak–pertumbuhannya anjlok dari 7,8 persen tahun 2019 menjadi hanya 1,6 persen tahun 2020. Tidak ada tanda-tanda pula terjadi lonjakan konsumsi gula rumah tangga,” ujarnya.

Ia mengakui, memang produksi gula nasional turun. Hanya saja, dikatakan bahwa penurunan produksi yang terjadi hanya berada pada angka 100 ribu ton, dari 2,23 juta ton tahun 2019 menjadi 2,13 juta ton tahun 2020.

“Jadi jauh lebih kecil daripada kenaikan volume impor yang mencapai 1,45 juta ton,” imbuh Faisal Basri.

Menurutnya, keran impor dibuka lebar-lebar oleh pemerintah boleh jadi untuk meredam lonjakan harga rata-rata yang sempat menembus Rp15.000/kg pada April 2020.

Baca juga: Balada Impor Beras, Garam, dan Gula, Usai Seruan Jokowi Benci Produk Asing

Bahkan di beberapa daerah mencapai Rp22.000/kg. Padahal harga eceran tertinggi (HET) yang dipatok pemerintah sebesar Rp12.500/kg.

“Boleh jadi pula karena stok gula menipis, meskipun Asosiasi Petani Tebu Rakyat Indonesia (APTRI) menyatakan stok gula pada awal tahun 2020 sebanyak 1,35 juta ton sudah mencukupi kebutuhan konsumsi masyarakat hingga musim giling mendatang,” paparnya.

Ia lantas mengutip data berdasarkan laporan USDA, stok gula Indonesia pada September 2019 sebesar 2,30 juta ton, sedangkan pada September 2020 sebesar 1,95 juta ton.

“Kesenjangan harga eceran dibandingkan dengan harga gula dunia kian melebar. Pada awal 2012 harga eceran di Indonesia 2,3 kali lebih tinggi dari harga dunia. Pada pertenghan 2016 naik menjadi 2,8 kali,” urainya.

Baca juga: Impor Gula 75.000 Ton, RNI Amankan Stok Jelang Puasa dan Lebaran

“Demikian pula pada awal 2021. Kesenjangan paling lebar terjadi pada April 2020 yaitu 4,4 kali. Lonjakan harga eceran kala itu justru terjadi ketika harga dunia mengalami penurunan,” lanjutnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com