Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sri Mulyani: Kondisi Ekonomi 2020 Terburuk dalam 150 Tahun Terakhir

Kompas.com - 06/04/2021, 17:31 WIB
Fika Nurul Ulya,
Yoga Sukmana

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menyebut pertumbuhan ekonomi tahun 2020 merupakan yang terburuk sejak 150 tahun terakhir. Tercatat, ada 170 negara di dunia yang mengalami kontraksi akibat Covid-19.

Hal ini membuktikan Covid-19 tidak memandang bulu. Semua negara dipaksa untuk memformulasikan kebijakan yang sesuai dan extraordinary. Kebijakan harus menanggulangi masalah di bidang kesehatan dan berefek pada pemulihan ekonomi.

"Sebanyak 170 negara mengalami kontraksi ekonomi, dan ini (kondisi ekonomi 2020) adalah kondisi terburuk dalam 150 tahun terakhir," kata Sri Mulyani dalam webinar IAIE, Selasa (6/4/2021).

Baca juga: Cocok untuk Para Sultan, 126 Unit Apartemen Ini Dilelang Rp 180 Miliar

Wanita yang akrab disapa Ani ini mengatakan, Indonesia termasuk satu dari 170 negara yang mengalami kontraksi. Sepanjang tahun 2020, ekonomi RI mencatat terkontraksi -2,07 persen. Kontraksi dimulai pada kuartal II 2020 yakni -5,3 persen.

Jika dilihat dari tingkat keparahannya, Indonesia masih lebih baik dari negara-negara lain, seperti negara di lingkaran G20, negara ASEAN, hingga negara-negara Islam.

"Saya sering melakukan pembandingan, supaya kita tahu karena hidup itu ada perspektif, kita tidak hidup sendiri. Supaya kita bisa punya sense di mana kita berada," ungkap dia.

Sri Mulyani lantas memerinci, negara-negara yang masuk dalam jajaran negara G20 terkontraksi lebih dalam. Perancis -9 persen, India -8 persen, Italia -9,2 persen, Meksiko -8,5 persen, Inggris -10 persen, Kanada -5,5 persen, Brazil -4,5 persen, dan Arab Saudi -3,9 persen.

Begitu pula ketika dibandingkan dengan negara ASEAN. Singapura -6 persen, Filipina -9,6 persen, Thailand -6,6 persen, dan Malaysia -5,8 persen.

Baca juga: Sri Mulyani Tekankan Pentingnya Kontribusi Ekonomi Syariah

Sementara pertumbuhan ekonomi negara Islam lainnya misalnya Iran -1,5 persen, Irak -12 persen, Kuwait -8 persen, Qatar -4,5 persen, hingga United Arab Emirates (UAE) -6,6 persen.

"Poin saya adalah ini situasi yang tidak memandang bulu. Tentu dengan adanya kontraksi ekonomi, akan terjadi konsekuensi kenaikan pengangguran, kenaikan kemiskinan, dan juga dampak kepada kesejahteraan masyarakat," ungkap dia.

Tak berhenti pada tahun 2020, pandemi masih berlanjut hingga kuartal I-2021 ini. Ani mengungkapkan, ada beberapa negara yang bahkan mengalami gelombang ketika penyebaran virus Covid-19.

Beberapa negara Eropa seperti Perancis, Italia, dan Jerman kembali melakukan lockdown. Begitu pun dengan India yang mengalami lonjakan kasus sehingga menyetop pengiriman vaksin ke seluruh dunia, termasuk ke Indonesia.

"Supply vaksin ke seluruh dunia, disetop hanya untuk digunakan di dalam negeri. Meskipun itu tidak atau belum berhasil untuk menurunkan kasusnya. Negara tetangga kita Filipina juga dalam situasi yang luar biasa terjadi kenaikan lonjakan," pungkas Ani.

Baca juga: Sri Mulyani Sebut RI Bisa Didikte Asing jika SDM Tak Siap di Era Digital

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com