Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

[TREN EDUKASI KOMPASIANA] Ekonomi Menjadi Kendala Melanjutkan Pendidikan | Model dan Strategi Pembelajaran Anak Berkebutuhan Khusus

Kompas.com - 09/04/2021, 11:06 WIB
Harry Rhamdhani

Penulis

KOMPASIANA---Sekolah wajib belajar 12 tahun yang digagas pemerintah diakui belum terealisasi maksimal.

Salah satu faktor belum terwujudnya wajib belajar 12 tahun adalah hal ekonomi. Meski, saat ini sudah ada kebijakan dari pemerintah yaitu jalur afirmasi.

Jalur afirmasi ini sudah berjalan sejak tahun lalu. Syaratnya, siswa harus memiliki Kartu Indonesia Pintar (KIP) atau keluarganya terdaftar sebagai penerima bantuan Program Keluarga Harapan (PKH).

Selain seputar wajib belajar 12 tahun, ada juga tentang model dan strategi pembelajaran bagi anak berkebutuhan khusus serta sekolah tatap muka.

Berikut 3 konten menarik dan populer kategori Edukasi di Kompasiana:

1. Faktor Ekonomi Menjadi Kendala bagi Siswa dalam Melanjutkan Pendidikan

Pengalaman Kompasianer Tati Ajeng Saidah sebagai guru menggambarkan bahwa tak sedikit siswa yang terpaksa putus sekolah lantara persoalan biaya.

Seorang murid misalnya, terpaksa berhenti mengenyam pendidikan dikarenakan sang ayah, yang menjadi tulang punggung, menderita sakit berat.

Secara langsung hal tersebut berdampak pada ekonomi keluarga dan kelanjutan pendidikan sang anak.

"Ibu tersebut merasa kebingungan dengan nasib pendidikan kedua anak perempuannya selanjutnya. Berbicaranya pun sambil menangis, saya pun sangat sedih pada saat mendengarkan beliau bercerita," tulis Kompasianer Tati Ajeng Saidah (Baca selengkapnya)

2. Model dan Strategi Pembelajaran bagi Anak Berkebutuhan Khusus

Pendidikan inklusif adalah suatu layanan pendidikan yang menempatkan anak-anak bekebutuhan khusus agar dapat dilayani dengan anak-anak lainnya.

Pada penyelenggaraan pendidikan inklusif bertujuan membentuk sistem layanan pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus untuk melakukan kegiatan belajar mengajar secara bersama-sama.

Karenanya, pembelajaran bagi anak berkubutuhan khusus memiliki model dan strategi tersendiri. Dimana model pembelajaran ini dapat dilihat dari bentuk penyelenggaraan dan gradiasi layanan bagi anak berkebuthan khusus yang dibagi menjadi dua.

Pertama, bentuk layanan pendidikan segregrasi. Dan kedua, bentuk layanan pendidikan terpadu. (Baca selengkapnya)

3. Uji Coba Pembelajaran Tatap Muka? Siapa Takut!

Kompasianer Prama Putranto mengatakan bagaikan secercah sinar mentari di pagi hari saat tahu sekolah tatap muka bisa dilakukan meski masih terbatas.

Meski begitu, menurutnya tiap sekolah harus melakukan beberapa tahap uji coba guna pembiasaan yang mana kesehatan dan keselamatan jiwa adalah syarat utamanya.

"Salah satu hal yang menjadi bahan pertimbangan adalah tentang bagaimana pelaksanaan pembelajaran nantinya. Mulai dari jumlah peserta didik yang ada di ruang kelas, penataan kursi, hingga sistem pembelajaran yang akan dilaksanakan. Jumlah peserta didik jelas akan dibatasi dan tidak seperti biasanya dimana ruang kelas dapat diisi hingga 36 peserta didik," katanya. (Baca selengkapnya)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com