Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

IMF Revisi ke Bawah Pertumbuhan Ekonomi RI, Ini Komentar Sri Mulyani

Kompas.com - 09/04/2021, 17:18 WIB
Fika Nurul Ulya,
Bambang P. Jatmiko

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Dana Moneter Internasional (International Monetary Fund/IMF) mengeluarkan proyeksi ekonomi dunia terbaru, termasuk ekonomi Indonesia.

Sayangnya khusus Indonesia, IMF menurunkan prediksi pertumbuhan ekonomi dari 4,8 persen menjadi 4,3 persen sepanjang tahun 2021. Pertumbuhan ekonomi Indonesia ini lebih rendah dari negara ASEAN seperti Filipina dan Vietnam.

Sementara itu, pertumbuhan ekonomi dunia diproyeksi naik dari 5,5 persen ke 6 persen.

Baca juga: Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Bisa Capai Angka 5 Persen, asal...

Menanggapi hal itu, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menyebut, prediksi IMF maupun lembaga internasional lainnya dipengaruhi oleh asumsi yang beragam saat pandemi Covid-19, sehingga wajar bila proyeksi meningkat ataupun menurun.

Kendati demikian, dia berjanji mengontrol setiap kebijakan yang dikeluarkan untuk pemulihan ekonomi nasional, agar pertumbuhan ekonomi semakin membaik dari kuartal per kuartal.

"IMF merevisi ke bawah. Buat kita semua prediksi ini sekarang selalu subject to uncertainty. Pasti asumsinya macam-macam, vaksinasi, terjadi third wave dan lain-lain," kata Sri Mulyani dalam Sarasehan Akselerasi Pemulihan Ekonomi Nasional secara virtual, Jumat (9/4/2021).

Bendahara negara itu yakin, pemerintah bisa melakukan penyesuaian (adjustment) di tahun 2021 ini, sesudah terbukti berhasil memperkecil kontraksi ekonomi dari -5,32 persen di kuartal II 2020 menjadi -2,17 persen di kuartal IV 2020.

Bahkan jika dibandingkan dengan negara Maju, defisit fiskal Indonesia masih lebih baik berada di angka 6,09 persen pada tahun 2020. Pada tahun ini, defisit fiskal kembali ditekan ke angka 5,7 persen.

"Kalau negara-negara lain tadi bisa sampai -8 persen sampai -9 persen, dan (Indonesia) fiskal defisit relatif lebih kecil defisitnya yaitu -6 persen. Dibanding negara lain yang defisitnya bisa double digit yaitu -10 (persen), -12 (persen), bahkan seperti AS -15 persen," ungkap Sri Mulyani.

Baca juga: Bank Dunia Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi RI 4,4 Persen, Lebih Rendah dari Target Pemerintah

Alih-alih terpaku pada proyeksi penurunan, pihaknya ingin fokus pada akselerasi pertumbuhan di tahun 2021. Wanita yang akrab disapa Ani ini menuturkan, pemerintah terus menggenjot vaksinasi karena diyakini menjadi game changer.

Hingga Kini, Indonesia menempati peringkat ke-8 negara yang paling banyak menyuntikkan vaksin. Dari 8 negara itu, ada 4 negara yang juga memproduksi vaksin, antara lain AS, Inggris, India, dan China.

Dengan kata lain, Indonesia menempati posisi ke-4 negara yang telah menyuntikkan vaksin, di luar negara produsen vaksin. Peringkatnya masih di bawah Brazil, Turki, dan Jerman.

"Harus bertahap agar bisnis bisa terus bertahan atau pulih dan kita reformasi di bidang struktural. Inilah yang akan terus difokuskan oleh pemerintah sehingga bisa bersama-sama (meningkatkan) demand supply," sebut Ani.

Beruntung kata Ani, DPR memberikan fleksibilitas kepada pemerintah untuk merealokasi anggaran pada tahun 2021 sehingga pemulihan ekonomi di tahun ini berpotensi lebih tinggi terealisasi.

"Ternyata benar pada Januari, Covid-19 sempat naik dan dilakukan PPKM mikro dan kemudian ada keterlambatan kedatangan vaksinasi AstraZeneca. Jadi terus-menerus mengalami dinamika yang tidak pernah bisa diprediksi secara persis," pungkasnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Simak, Rincian Kurs Rupiah Hari Ini di BCA hingga BNI

Simak, Rincian Kurs Rupiah Hari Ini di BCA hingga BNI

Whats New
Pegadaian Catat Penjualan Tabungan Emas Naik 8,33 Persen di Maret 2024

Pegadaian Catat Penjualan Tabungan Emas Naik 8,33 Persen di Maret 2024

Whats New
BUMN Farmasi Ini Akui Tak Sanggup Bayar Gaji Karyawan sejak Maret 2024

BUMN Farmasi Ini Akui Tak Sanggup Bayar Gaji Karyawan sejak Maret 2024

Whats New
Cara Membuat Kartu Debit Mandiri Contactless

Cara Membuat Kartu Debit Mandiri Contactless

Work Smart
Rincian Lengkap Harga Emas 19 April 2024 di Pegadaian

Rincian Lengkap Harga Emas 19 April 2024 di Pegadaian

Spend Smart
Kembali Tertekan, Nilai Tukar Rupiah Dekati Rp 16.300 Per Dollar AS

Kembali Tertekan, Nilai Tukar Rupiah Dekati Rp 16.300 Per Dollar AS

Whats New
Gencar Ekspansi, BUAH Bangun Cold Storage di Samarinda dan Pekanbaru

Gencar Ekspansi, BUAH Bangun Cold Storage di Samarinda dan Pekanbaru

Whats New
Harga Jagung Anjlok: Rombak Kelembagaan Rantai Pasok Pertanian

Harga Jagung Anjlok: Rombak Kelembagaan Rantai Pasok Pertanian

Whats New
Bandara Internasional Soekarno-Hatta Peringkat 28 Bandara Terbaik di Dunia

Bandara Internasional Soekarno-Hatta Peringkat 28 Bandara Terbaik di Dunia

Whats New
IHSG Ambles 1,07 Persen, Rupiah Melemah ke Level Rp 16.266 Per Dollar AS

IHSG Ambles 1,07 Persen, Rupiah Melemah ke Level Rp 16.266 Per Dollar AS

Whats New
Buka Asia Business Council's 2024, Airlangga Tegaskan Komitmen Indonesia Percepat Pembangunan Ekonomi

Buka Asia Business Council's 2024, Airlangga Tegaskan Komitmen Indonesia Percepat Pembangunan Ekonomi

Whats New
Voucer Digital Pizza Hut Kini Tersedia di Ultra Voucher

Voucer Digital Pizza Hut Kini Tersedia di Ultra Voucher

Spend Smart
Harga Bahan Pokok Jumat 19 April 2024, Harga Cabai Rawit Merah Naik

Harga Bahan Pokok Jumat 19 April 2024, Harga Cabai Rawit Merah Naik

Whats New
Detail Harga Emas Antam Jumat 19 April 2024, Naik Rp 10.000

Detail Harga Emas Antam Jumat 19 April 2024, Naik Rp 10.000

Earn Smart
Chandra Asri Group Jajaki Peluang Kerja Sama dengan Perum Jasa Tirta II untuk Kebutuhan EBT di Pabrik

Chandra Asri Group Jajaki Peluang Kerja Sama dengan Perum Jasa Tirta II untuk Kebutuhan EBT di Pabrik

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com