Kompasianer Abdulazisalka, saat berada di Malang, membagikan pengalamanannya berburu pakaian branded di Pasar Roma, bahwa dalam membeli barang bekas tak cukup pintar memilih dan menawar.
Namun, pembeli juga harus mengerti, bahwa setiap barang bekas telah mengalami banyak sentuhan yang kita tak tahu secara pasti kebersihannya. (Baca selengkapnya)
3. "Thrifting Culture", Dilema Branded Low Budget Tapi Ilegal
Aktivitas thrifting bukanlah sebuah tren yang baru terjadi beberapa tahun belakangan saja.
Jika dirunut ke belakang, budaya itu sudah terlahir sejak awal abad ke-19 saat revolusi industri mulai berkembang dari Benua Biru hingga ke Benua Amerika.
Bagi para pecinta thrifting tentunya ada kenikmatan tersendiri dalam setiap prosesnya, baik ketika sedang berburu maupun saat menawar.
Selain itu, kegiatan thrifting juga dapat melatih kesabaran dan penglihatan. Sebab kalau mujur, tentunya pecinta fashion akan mendapatkan barang-barang atau pakaian yang bernilai high class.
Lebih lagi di era digital seperti sekarang ini, kegiatan thrifting menjadi semakin mudah. Cukup bermodal internet dan kemudian memasukan kata kunci toko thrifting, Anda sudah dapat menemukan ragam rekomendasi thrift shop.
Seperti pengalaman kompasianer, David Abdullah yang pernah membeli pakaian second hand tanpa harus berdesak-desakan.
"Saya sempat membeli pakaian second hand tanpa harus berdesak-desakan di lapak milik teman. Kala itu saya sengaja membeli celana jeans seharga Rp20.000 untuk saya improvisasi (baca: dilubangi). Sayang kalau saya harus melubangi jeans baru, jadi jeans bekas bisa menjadi solusi yang paling tepat sekaligus hemat," paparnya (Baca selengkapnya)
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.