Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Untar untuk Indonesia
Akademisi

Platform akademisi Universitas Tarumanagara guna menyebarluaskan atau diseminasi hasil riset terkini kepada khalayak luas untuk membangun Indonesia yang lebih baik.

Melirik Potensi Industri Tekstil dan Pakaian Nasional

Kompas.com - 12/04/2021, 05:12 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Oleh: Richard Andrew, SE, MM

DALAM salah satu artikel Kompas.com pada 4 Juli 2020, dikatakan bahwa tidak ada wadah yang menampilkan busana sebagai status seseorang.

Akibat hal ini, fungsi dari pakaian yang dahulu juga melambangkan citra, pamor dan status mayoritas berubah menjadi hanya sekadar untuk pelengkap tubuh manusia yang dipakai untuk alasan kenyamanan ataupun kesehatan dalam menjalankan aktivitas sehari-hari.

Walaupun demikian, hal ini dapat berubah kembali jika aktivitas kembali menjadi normal. Data yang dilansir Statista.com untuk tahun 2019-2020 menunjukkan bahwa sebagai salah satu dari 5 besar negara yang berpopulasi penduduk terbesar di dunia, hanya Indonesia yang tidak masuk dalam jajaran produsen kapas dunia. Padahal kita tahu bahwa kapas adalah salah satu komoditi utama yang banyak digunakan dalam industri tekstil dan pakaian dunia.

Tidak hanya itu, kebutuhan bahan baku lain juga banyak diimpor dari negara lain karena jumlah produsen lokal untuk bahan baku ini minim. Akibat dari hal ini jelas, industri tekstil besar mau tidak mau harus mengimpor dari negara lain.

Bahkan, untuk membuat bahan-bahan sintetik ataupun yang terbuat dari bahan hewani, seperti sutera dan wol, masih jarang digunakan. Padahal, secara jelas ada potensi yang besar dengan luas daratan yang masuk 15 besar dunia.

Baca juga: AS Perpanjang Fasilitas GSP, Peluang Genjot Ekspor Tekstil

Seperti yang diajarkan sejak kecil, sandang merupakan kebutuhan dasar manusia selain pangan dan papan.

Jika ukuran ini yang dilihat badan usaha milik negara (BUMN) yang bergerak di bidang ini, Industri Sandang Nusantara Persero bahkan belum termasuk BUMN papan atas nasional dan belum termasuk salah satu BUMN yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Industri hulu di sektor BUMN ini pun belum tampak potensinya.

Sebagai indikator pertumbuhan sektoral, perusahaan swasta yang bergerak pada industri tekstil dan pakaian memang lebih baik dengan ada 21 perusahaan yang terdaftar di BEI tetapi dari seluruh perusahaan tersebut ternyata masih ada saja yang tidak menggunakan instrumen digital secara optimal di tengah kondisi pascapandemi global ini.

Bisa dibayangkan tata kelola sektor ini secara umum bagi perusahaan yang belum terdaftar di BEI.

Sebagai salah satu sektor yang berpotensi menghasilkan banyak lapangan pekerjaan, tentu saja sektor ini layak untuk dipertimbangkan bagi sektor publik maupun sektor privat dikembangkan pada masa depan baik untuk industri hulu maupun industri hilirnya.

Tentu saja, tantangan bisnis akan tetap ada di tengah semakin ketatnya kompetisi global. Kita tentu bangga jika sektor ini bisa menjadi salah satu sektor yang dibanggakan pada tingkat global.

Baca juga: Banjir Sajadah Impor Asal China, Industri Tekstil Lokal Babak Belur

Seperti yang dilansir oleh Kompas.com pada 10 Desember 2020, Sri Prakash Lohia adalah salah satu dari 15 orang terkaya di Indonesia yang bergerak di sektor ini.

Ini berarti jika dikelola dengan tepat, sektor ini bisa menghasilkan keuntungan yang tidak kalah dengan sektor lain. Apalagi sektor ini juga dikembangkan dengan gencar oleh negara maju dunia seperti bahan katun Amerika Serikat, bahan sutera Tiongkok dan bahan wol Australia.

Potensi ke arah situ jelas ada, apalagi saat ini banyak diketahui merek lokal di sektor hilir yang mulai dilirik dunia seperti The Executive milik PT Delamibrands Kharisma Busana, Eiger milik PT Eigerindo Multi Produk Industri dan Damn I Love Indonesia milik PT Dinamika Anak Muda Nasional.

Ada pula beberapa model busana asal Indonesia juga dikenal dunia mode internasional, seperti Tracy Trinita, Ayu Gani dan Nadya Hutagalung.

Richard Andrew, SE, MM
Dosen Tetap Fakultas Ekonomi & Bisnis Universitas Tarumanagara

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

LKPP: Nilai Transaksi Pemerintah di e-Katalog Capai Rp 196,7 Triliun Sepanjang 2023

LKPP: Nilai Transaksi Pemerintah di e-Katalog Capai Rp 196,7 Triliun Sepanjang 2023

Whats New
?[POPULER MONEY] Kasus Korupsi Timah Seret Harvey Moeis | Pakaian Bekas Impor Marak Lagi

?[POPULER MONEY] Kasus Korupsi Timah Seret Harvey Moeis | Pakaian Bekas Impor Marak Lagi

Whats New
Kemenhub Fasilitasi Pemulangan Jenazah ABK Indonesia yang Tenggelam di Perairan Jepang

Kemenhub Fasilitasi Pemulangan Jenazah ABK Indonesia yang Tenggelam di Perairan Jepang

Whats New
Apa Pengaruh Kebijakan The Fed terhadap Indonesia?

Apa Pengaruh Kebijakan The Fed terhadap Indonesia?

Whats New
Gandeng Telkom Indonesia, LKPP Resmi Rilis E-Katalog Versi 6

Gandeng Telkom Indonesia, LKPP Resmi Rilis E-Katalog Versi 6

Whats New
Ekonomi China Diprediksi Menguat pada Maret 2024, tetapi...

Ekonomi China Diprediksi Menguat pada Maret 2024, tetapi...

Whats New
Berbagi Saat Ramadhan, Mandiri Group Berikan Santunan untuk 57.000 Anak Yatim dan Duafa

Berbagi Saat Ramadhan, Mandiri Group Berikan Santunan untuk 57.000 Anak Yatim dan Duafa

Whats New
Tarif Promo LRT Jabodebek Diperpanjang Sampai Mei, DJKA Ungkap Alasannya

Tarif Promo LRT Jabodebek Diperpanjang Sampai Mei, DJKA Ungkap Alasannya

Whats New
Bisnis Pakaian Bekas Impor Marak Lagi, Mendag Zulhas Mau Selidiki

Bisnis Pakaian Bekas Impor Marak Lagi, Mendag Zulhas Mau Selidiki

Whats New
Cara Reaktivasi Penerima Bantuan Iuran BPJS Kesehatan

Cara Reaktivasi Penerima Bantuan Iuran BPJS Kesehatan

Work Smart
Kehabisan Tiket Kereta Api? Coba Fitur Ini

Kehabisan Tiket Kereta Api? Coba Fitur Ini

Whats New
Badan Bank Tanah Siapkan Lahan 1.873 Hektar untuk Reforma Agraria

Badan Bank Tanah Siapkan Lahan 1.873 Hektar untuk Reforma Agraria

Whats New
Dukung Pembangunan Nasional, Pelindo Terminal Petikemas Setor Rp 1,51 Triliun kepada Negara

Dukung Pembangunan Nasional, Pelindo Terminal Petikemas Setor Rp 1,51 Triliun kepada Negara

Whats New
Komersialisasi Gas di Indonesia Lebih Menantang Ketimbang Minyak, Ini Penjelasan SKK Migas

Komersialisasi Gas di Indonesia Lebih Menantang Ketimbang Minyak, Ini Penjelasan SKK Migas

Whats New
Mulai Mei 2024, Dana Perkebunan Sawit Rakyat Naik Jadi Rp 60 Juta Per Hektar

Mulai Mei 2024, Dana Perkebunan Sawit Rakyat Naik Jadi Rp 60 Juta Per Hektar

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com