BrandzView
Konten ini merupakan kerja sama Kompas.com dengan Kementerian Perindustrian

Meningkatkan Daya Saing Bangsa Melalui Transformasi Teknologi 4.0

Kompas.com - 14/04/2021, 12:16 WIB
Erlangga Satya Darmawan,
Agung Dwi E

Tim Redaksi

KOMPAS.com – Dunia tengah bersiap memasuki fase industri 4.0, tak terkecuali Indonesia.
Untuk diketahui, ide dasar dari industri 4.0 adalah memanfaatkan kemajuan teknologi yang berbasis touchless dan pertukaran informasi secara cepat.

Oleh karena itu, inovasi teknologi dan penggunaan internet of things (IoT) menjadi kunci dari implementasi industri 4.0.

Awalnya, implementasi itu diperkirakan bakal menemui hambatan dan proses yang panjang. Namun, transformasi digital di Indonesia justru hadir lebih cepat karena pengaruh pandemi Covid-19.

Bagi Indonesia, kehadiran industri 4.0 memiliki arti penting. Selain mampu meningkatkan efektivitas produksi dan distribusi produk, perubahan tersebut diharapkan mampu meningkatkan daya saing di kancah global dan membantu percepatan pertumbuhan ekonomi Indonesia.

Dengan kata lain, penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi (Iptek) merupakan sebuah keniscayaan untuk dapat menghasilkan produk bernilai tambah dan memberikan keunggulan kompetitif.

Meski begitu, melansir cybertrend-intra.com, Kamis (1/10/2020), hasil riset IMD World Competitiveness Center menunjukkan, Indonesia berada di Peringkat 56 dari 63 negara untuk masalah kesiapan teknologi dan inovasi digital.

Mengacu pada data tersebut, tentunya dibutuhkan upaya ekstra dari pemerintah untuk membuat Indonesia mampu benar-benar bersaing di kancah global dalam hal teknologi digital.

Oleh karena itu, Kementerian Perindustrian (Kemenperin) Indonesia akan terus memacu perkembangan teknologi dengan mewujudkan ekosistem yang bersinergi antara pemerintah, swasta, dan akademisi.

Menteri Perindustrian (Menperin) Agus Gumiwang Kartasasmita mengatakan, Indonesia tetap membutuhkan banyak dukungan untuk mencapainya.

“Kebutuhan digitalisasi mutlak diperlukan dalam dunia industri, baik dalam hal manajemen, capacity building, quality testing, serta track and trace sistem logistik, termasuk automasi dan perencanaan yang mampu bekerja sendiri,” ujar Agus dalam rilis yang diterima Kompas.com, Rabu (7/4/2021).

Punya ambisi

Disebut oleh Agus, Indonesia juga punya ambisi dalam menyambut industri 4.0, yakni bisa masuk sebagai 10 negara dengan ekonomi terbesar di dunia.

Demi memenuhi ambisi tersebut, Kemenperin akan melakukan revitalisasi terhadap sektor industri. Kemenperin juga telah menyiapkan cetak biru peta jalan industri 4.0 sejak 2018, yakni “Making Indonesia 4.0”. Peta jalan tersebut bertujuan untuk menentukan arah pergerakan industri Indonesia di masa depan.

Ilustrasi penggunaan teknologi digital dalam industri 4.0 Kzenon Ilustrasi penggunaan teknologi digital dalam industri 4.0

Adapun tujuh sektor industri dipilih sebagai prioritas pengembangan. Ketujuh industri tersebut adalah makanan dan minuman, tekstil dan pakaian, otomotif, kimia, elektronik, farmasi, dan peralatan medis.

Daftar industri prioritas dipilih setelah melalui proses evaluasi terhadap dampak ekonomi dan penerapan kriteria kelayakan yang meliputi ukuran produk domestik bruto (PDB), perdagangan, potensi dampak pada industri lain, jumlah investasi, serta kecepatan penetrasi pasar.

Making Indonesia 4.0 juga menjadi panduan terhadap fokus 10 prioritas nasional dalam upaya memperkuat struktur perindustrian Indonesia.Untuk diketahui, saat ini hampir semua sektor manufaktur Indonesia menghadapi tantangan serupa, yakni ketersediaan bahan baku dan kebijakan industri.

Adapun kesepuluh prioritas nasional tersebut mencakup perbaikan alur aliran barang dan material, desain ulang zona industri, mengakomodasi standar-standar keberlanjutan, memberdayakan usaha mikro kecil dan menengah (UMKM), dan membangun infrastruktur digital nasional.

Selanjutnya, menarik minat investasi asing, meningkatkan kualitas SDM, membangun ekosistem inovasi, memberikan insentif untuk investasi teknologi, serta harmonisasi aturan dan kebijakan.

Pada akhirnya, upaya Indonesia dalam memperkuat industri manufaktur tersebut berhasil mengundang apresiasi dari berbagai pihak.

Buktinya, Indonesia terpilih sebagai partner country di ajang Hannover Messe 2021 yang akan berlangsung pada 12-16 April 2021. Indonesia menjadi negara pertama di Asia Tenggara yang diundang sebagai Official Partnerountry Hannover Messe.

Hannover Messe adalah pameran industri teknologi internasional yang diadakan tiap tahun di Jerman. Saat ini, perhelatan bergengsi tersebut telah berjalan selama lebih dari 72 tahun.

Acara tersebut berfokus pada perkembangan automasi industri dan teknologi informasi (IT), energi dan teknologi lingkungan, efisiensi energi, penelitian dan transfer teknologi, serta robotika.

Biasanya, acara tersebut diselenggarakan secara langsung. Namun, mengingat dunia masih dalam situasi pandemi Covid-19, acara harus dilakukan secara daring.Tahun ini, penyelenggaraan Hannover Messe 2021 mengusung tema “Industrial Transformation”.

Keikutsertaan Indonesia di ajang tersebut membuktikan bahwa Tanah Air semakin diperhitungkan di kancah internasional sebagai kekuatan baru ekonomi dunia dan pemain manufaktur global.

Agus mengapresiasi semua pihak yang terlibat dalam pemilihan Indonesia sebagai Official Partner Country Hannover Messe 2021.

“Saya berterima kasih kepada penyelenggara atas adanya event Hannover Messe yang diadakan secara digital, meskipun industri global saat ini sedang memiliki banyak tantangan. Saya juga berterima kasih kepada pihak yang terus mendukung Indonesia mengingat acara tahun ini tadinya akan dibatalkan,” kata Agus.

Menurut Agus, event Hannover Messe ini menjadi kesempatan bagus bagi Indonesia untuk menunjukkan kapabilitasnya di bidang industri.

“Dalam event ini diharapkan potensi Indonesia dapat terlihat terutama untuk stabilitas hubungan dan visi industri. Kami juga akan menunjukan cetak biru dari Peta Jalan Making Indonesia 4.0,” kata Agus.

Poster Hannover Messe 2021 dengan tema Connect to AccelerateKemenperin Poster Hannover Messe 2021 dengan tema Connect to Accelerate

Hannover Messe 2021, tambah Agus, menjadi kesempatan baik bagi seluruh negara partisipan untuk dapat terhubung kembali dan mencari solusi dari permasalahan transformasi digital.

“Dunia yang kita tinggali sekarang sudah berubah dengan signifikan. Hal tersebut menjadi kesempatan untuk kita bereksplorasi dan menentukan peta industri global yang baru,” ucap Agus.

Sebagai partner resmi dari Hannover Messe 2021, Indonesia akan memberikan kontribusi maksimal dan siap menghubungkan semua partisipan yang ada.

Event tersebut akan diikuti oleh 156 peserta yang dikelompokkan ke dalam enam topik, yaitu automation, motion, and drives yang terdiri dari 15 peserta, digital ecosystems 56 peserta, dan energy solutions 13 peserta.

Selanjutnya, engineered parts and solutions 20 peserta, new work sebanyak 38 peserta, serta global business and markets 15 peserta.

Sebagai informasi, Hannover Messe 2021 terbuka untuk umum dan bisa disaksikan secara virtual melalui tautan ini.


komentar di artikel lainnya
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com