Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tanaman Porang, Si Umbi Bahan Baku Mi Shirataki yang Sedang Naik Daun

Kompas.com - Diperbarui 20/08/2021, 19:58 WIB
Muhammad Idris

Penulis

Ini artinya, budidaya porang memerlukan waktu lebih lama ketimbang tanaman seperti padi, jagung, umbi-umbian, dan komoditas pertanian lainnya.

Tanaman porang hanya mengalami pertumbuhan selama 5 – 6 bulan tiap tahunnya (pada musim penghujan). Sementara saat musim kemarau, pertumbuhannya terbilang lambat, bahkan terhenti.

Namun begitu, tanaman porang dapat dipanen setahun sekali tanpa harus menanam kembali umbinya, yang berarti petani tak harus mengeluarkan biaya untuk menanam kembali pasca-dipanen (budidaya porang).

Baca juga: Apa Itu Tanaman Porang yang Lagi Jadi Primadona Petani

Sentra porang

Saat ini, sentra porang terluas di Tanah Air berada di Provinsi Jatim, Nusa Tenggara Timur (NTT), Jawa Tengah (Jateng), Sulawesi Selatan (Sulsel), Jawa Barat (Jabar), dan lainnya.

Adapun eksistensi porang periode 2020 seluas 19.950 ha, kemudian periode 2021 mencapai 47.461 ha.

Sentra porang yang tersebar di 15 provinsi di Indonesia itu ditargetkan akan menjadi 100.000 ha pada 2024, didukung dengan industri hilir atau olahan dan pasarnya.

Kementerian Pertanian merencanakan, target tanam porang pada 2021 seluas 10.000 ha.

Rinciannya meliputi 1.000 ha di Aceh, 1.000 ha di Jabar, 1.500 ha di Jateng, 3.000 ha di Jatim, 1.000 ha di NTT, 500 ha di Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB), dan 2.000 ha di Sulsel.

Sementara itu, Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo mendorong pengembangan porang di Madiun, Jawa Timur.

Baca juga: Cara Cek Ongkir J&T, JNE, TIKI, SiCepat, dan Pos Indonesia

Syahrul mengharapkan Madiun tak hanya sekadar menjadi sentra budidaya, tetapi juga turut berkembang sebagai sentra industri olahan porang tanaman. Sehingga tanaman porang porang yang diekspor dari Madiun nantinya sudah dalam berbentuk olahan, termasuk beras porang shirataki yang dikenal berharga mahal.

“Kita semua tadi melihat ada proses industri sebelum porang diekspor, salah satunya bagaimana porang menjadi beras. Jadi nantinya masyarakat global tidak lagi hanya mengenal beras porang shirataki dari Jepang, tapi juga ada beras porang dari Madiun,” ujarnya dalam siaran resminya.

Dia menyebutkan, beberapa tahun terakhir porang memang menjadi primadona komoditas ekspor, termasuk di Jepang. Di negara Sakura tersebut, porang dijadikan sebagai bahan baku beras shirataki yang sering digunakan sebagai beras diet.

Porang memiliki kandungan glukomannan yang mempercepat rasa kenyang dan memperlambat pengosongan perut sehingga cocok untuk orang yang sedang diet.

Bahkan, Presiden Joko Widodo juga telah mengarahkan, agar tanaman porang bisa dijadikan sebagai komoditas super prioritas. Porang tanaman dinilai memiliki potensi besar sebagai produk ekspor yang akan mendatangkan devisa besar bagi negara.

“Tapi Presiden meminta bahwa porang yang diekspor itu bukan lagi dalam bentuk umbi, tapi harus diproses terlebih dahulu,” jelas Syahrul.

 Baca juga: Jokowi Nilai Porang Akan Jadi Makanan Sehat Masa Depan Pengganti Nasi

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com