Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Maret 2021 Impor Kembali Naik, BPS: Manufaktur Mulai Menggeliat

Kompas.com - 15/04/2021, 14:05 WIB
Fika Nurul Ulya,
Erlangga Djumena

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan nilai impor pada Maret 2021 mencapai 16,79 miliar dollar AS, atau tumbuh 26,55 persen dibanding Februari 2021.

Dibandingkan bulan Maret tahun sebelumnya (year on year/yoy), impor naik 25,73 persen, baik untuk komoditas migas maupun non migas.

"Impor naik sejak bulan Februari 2021 lalu, dan sekarang kenaikannya juga lebih tinggi," kata Kepala BPS Suhariyanto dalam konferensi virtual, Kamis (15/4/2021).

Pria yang akrab disapa Kecuk ini menyebut, impor migas naik 74,74 persen mencapai 2,28 miliar dollar AS, karena kenaikan nilai impor minyak mentah maupun hasil minyak, meski nilai impor gas mengalami penurunan sebesar 2,11 persen.

Baca juga: Agar Stok Pangan Aman Selama Ramadhan, Pemerintah Impor Bawang Putih hingga Gula

Sementara impor non migas senilai 14,51 miliar dollar AS atau naik 21,30 persen (mtm) dan 23,52 persen dibanding Maret 2020 (yoy).

Menurut penggunaan barang, impor barang konsumsi naik 15,51 persen (yoy), bahan baku/penolong naik 31,10 persen (yoy), dan barang modal naik 11,85 persen (yoy).

Kenaikan impor barang konsumsi terjadi di beberapa barang, yaitu vaksin Covid-19 dari China, melt cream and powder dari Selandia Baru, Jeruk Mandarin dari China, serta raw sugar dari India.

"Kita berharap geliat manufaktur dan investasi mulai pulih kembali di bulan ini dan diharapkan geliat terjaga di kurtal II dan kuartal berikutnya sehingga ekonomi bisa pulih di tahun 2021," harap Kecuk.

Berdasarkan golongan HS 2 digit, komoditas impor yang mengalami kenaikan, antara lain besi dan baja senilai 398,4 juta dollar AS, mesin dan peralatan mekanis 283,1 juta dollar AS, kapal perahu dan struktur terapung 205,5 juta dollar AS, sisa industri makanan 168 juta dollar AS, serta bahan bakar mineral 147,9 juta dollar AS.

"Sementara golongan (barang impor) yang turun tipis yaitu lemak dan minyak hewan nabati, disusul barang tekstil, logam tidak mulia, dan termasuk impor filamen buatan," papar Kecuk.

Baca juga: Untuk Ketiga Kalinya Berturut-turut, Neraca Perdagangan RI Kembali Surplus

Lebih lanjut Kecuk menginfokan, impor dari Korea Selatan meningkat 461,5 juta dollar AS, diikuti India 357,3 juta dollar AS, Jepang, Singapura dan Argentina. Di samping itu, beberapa negara yang mengalami penurunan impor antara lain Filipina, Swedia, Hong Kong, Uni Emirat Arab, serta Italia.

Pangsa pasarnya hanya berubah sedikit, dengan yang terbesar dari China (27,44 persen), Jepang (8,78 persen), dan Korea Selatan (7,24 persen) yang menggeser posisi Thailand di bulan Februari 2021.

Secara kumulatif, impor kuartal I 2021 sebesar 43,38 dollar AS, meningkat 10,76 persen (year to date/ytd). Peran golongan bahan baku/penolong mencapai 75,62 persen dari total impor sepanjang kuartal I 2021.

"Tentunya ini mengindikasikan bahwa peningkatan impor bahan baku menunjukkan geliat manufaktur yang mulai bergerak," pungkas Kecuk.

Baca juga: Mengenal Ekspor Impor: Pengertian, Jenis, Manfaat, dan Contohnya

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Kemenhub Fasilitasi Pemulangan Jenazah ABK Indonesia yang Tenggelam di Perairan Jepang

Kemenhub Fasilitasi Pemulangan Jenazah ABK Indonesia yang Tenggelam di Perairan Jepang

Whats New
Apa Pengaruh Kebijakan The Fed terhadap Indonesia?

Apa Pengaruh Kebijakan The Fed terhadap Indonesia?

Whats New
Gandeng Telkom Indonesia, LKPP Resmi Rilis E-Katalog Versi 6

Gandeng Telkom Indonesia, LKPP Resmi Rilis E-Katalog Versi 6

Whats New
Ekonomi China Diprediksi Menguat pada Maret 2024, tetapi...

Ekonomi China Diprediksi Menguat pada Maret 2024, tetapi...

Whats New
Berbagi Saat Ramadhan, Mandiri Group Berikan Santunan untuk 57.000 Anak Yatim dan Duafa

Berbagi Saat Ramadhan, Mandiri Group Berikan Santunan untuk 57.000 Anak Yatim dan Duafa

Whats New
Tarif Promo LRT Jabodebek Diperpanjang Sampai Mei, DJKA Ungkap Alasannya

Tarif Promo LRT Jabodebek Diperpanjang Sampai Mei, DJKA Ungkap Alasannya

Whats New
Bisnis Pakaian Bekas Impor Marak Lagi, Mendag Zulhas Mau Selidiki

Bisnis Pakaian Bekas Impor Marak Lagi, Mendag Zulhas Mau Selidiki

Whats New
Cara Reaktivasi Penerima Bantuan Iuran BPJS Kesehatan

Cara Reaktivasi Penerima Bantuan Iuran BPJS Kesehatan

Work Smart
Kehabisan Tiket Kereta Api? Coba Fitur Ini

Kehabisan Tiket Kereta Api? Coba Fitur Ini

Whats New
Badan Bank Tanah Siapkan Lahan 1.873 Hektar untuk Reforma Agraria

Badan Bank Tanah Siapkan Lahan 1.873 Hektar untuk Reforma Agraria

Whats New
Dukung Pembangunan Nasional, Pelindo Terminal Petikemas Setor Rp 1,51 Triliun kepada Negara

Dukung Pembangunan Nasional, Pelindo Terminal Petikemas Setor Rp 1,51 Triliun kepada Negara

Whats New
Komersialisasi Gas di Indonesia Lebih Menantang Ketimbang Minyak, Ini Penjelasan SKK Migas

Komersialisasi Gas di Indonesia Lebih Menantang Ketimbang Minyak, Ini Penjelasan SKK Migas

Whats New
Mulai Mei 2024, Dana Perkebunan Sawit Rakyat Naik Jadi Rp 60 Juta Per Hektar

Mulai Mei 2024, Dana Perkebunan Sawit Rakyat Naik Jadi Rp 60 Juta Per Hektar

Whats New
KA Argo Bromo Anggrek Pakai Kereta Eksekutif New Generation per 29 Maret

KA Argo Bromo Anggrek Pakai Kereta Eksekutif New Generation per 29 Maret

Whats New
Mudik Lebaran 2024, Bocoran BPJT: Ada Diskon Tarif Tol Maksimal 20 Persen

Mudik Lebaran 2024, Bocoran BPJT: Ada Diskon Tarif Tol Maksimal 20 Persen

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com