Para penyelundup juga kerap memilih pelabuhan tangkahan untuk pengeluaran, dan bekerja sama dengan oknum sehingga benur lebih mudah keluar.
"Kalau di bandara, mereka (masuk pemeriksaan) di menit-menit terakhir sehingga barang cepat naik, kita tidak bisa dengan cepat mengontrol. Kalau untuk produk perikanan memalsukan nomor registrasi dan lain-lain," ungkap Rina.
Dari 35 kasus tersebut, kasus terbanyak ditemukan di Jambi, kemudian diikuti Mataram, Makassar, Surabaya, Tahuna, Gorontalo, Tarakan, Jakarta, Merak, Pontianak, Cirebon, Aceh, Entikong, dan Tanjung Pinang.
Tercatat ada 8 kasus di Jambi; 3 kasus masing-masing di Mataram, Makassar, dan Surabaya; 2 kasus masing-masing di Tahuna, Gorontalo, Tarakan, Jakarta, Merak, dan Pontianak; serta 1 kasus masing-masing di Cirebon, Aceh, Jakarta, Entikong, dan Tanjung Pinang.
"KKP berkomitmen tidak lagi mengekspor benih bening lobster. Pak menteri (Sakti Wahyu Trenggono) mengatakan tidak akan mengizinkan lagi ekspor BBL. Harus bisa kita budidayakan untuk memperkaya negeri ini," pungkas dia.
Baca juga: Garuda Buka Rental Simulator Pesawat, Berapa Tarifnya?
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.