Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

[TREN WORKLIFE KOMPASIANA] 4 Alasan Perempuan di Desa Memilih Tandur sebagai Profesi | "Power of Resilience" adalah Kunci

Kompas.com - 16/04/2021, 18:41 WIB
Harry Rhamdhani

Penulis

KOMPASIANA---Tidak sedikit mengapa perempuan di desa lebih memilih menanam padi atau tandur sebagai profesi.

Selain ekonomi, status sebagai perempuan turut menjadi faktornya. Pasalnya, ketika mereka terpaksa bercerai dari sang suami, terlebih tidak memiliki pekerjaan setelahnya, mereka lantas akan menyandang status baru yakni "beban hidup".

Tak heran, untuk mengatasinya mereka ikut bekerja di sawah hingga ada pula yang menjadi asisten rumah tangga di kota.

Kemudian faktor lainnya adalah pendidikan dan luas lahan di desa.

Selain mengenai alasan-alasan perempuan di desa lebih memilih menanam padi, ada juga tentang dunia kerja yang baru serta perempuan pengawin bunga.

Berikut konten-konten menarik dan populer kategori Worklife di Kompasiana:

1. 4 Alasan Mengapa Perempuan di Desa Memilih Tandur sebagai Profesi

Menurut Kompasianer Sri Rohmatiah bukan tanpa alasan mengapa banyak perempuan yang bekerja di desa.

Alasan pertama adalah ekonomi keluarga. Perempuan bekerja di sawah karena membantu perekonomian keluarga yang seharusnya tanggung jawab laki-laki sebagai kepala keluarga.

Jika musim tanam selesai, kaum laki-laki ada yang berkumpul di warung ada juga yang bekerja di kali ngeduk pasir atau kerja bangunan. Untuk itu mau tidak mau ibu rumah tangga harus ikut serta bekerja di sawah.

Kedua, adalah faktor pendidikan. (Baca selengkapnya)

2. Baru Banget di Dunia Kerja, "Power of Resilience" adalah Kuncinya!

Punya ketakutan yang berlebih saat pertama kali menginjakkan kaki di dunia kerja, menurut Kompasianer Sigit Eka Pribadi, kondisi demikian adalah hal wajar.

Hanya saja jangan sampai membuat terpikir dan rasa khawatir yang berlebih. Semua dapat teratasi asalkan memiliki bekal power of resilience.

Power of resilience sendiri adalah kekuatan ketabahan, atau dengan artian lain, kemampuan untuk tetap tenang dan tahan uji.

"Ya, kamu ke depan saat sudah harus bekerja, maka kamu memang harus menyadari, yang namanya bekerja itu konsekuensi logisnya adalah berhadapan dengan berbagai tantangan," tulis Kompasianer Sigit Eka Pribadi. (Baca selengkapnya)

3. Perempuan Pengawin Bunga

Dari sekian banyak profesi yang digeluti perempuan mungkin yang tak sering terdengar adalah pengawin bunga.

Pengawin atau orang yang berprofesi mengawinkan bunga atau mempertemukan serbuk sari dari bunga jantan dengan putik bunga betina. Bagian dari penyerbukan buatan dalam produksi benih.

Sebut saja namanya mbak Sari. Diceritakan Kompasianer Suprihati, perempuan ini dengan telaten menyibak mahkota bunga marigold tangkai demi tangkai. Berbekal penyedot laiknya suntikan besar, mbak Sari mengumpulkan serbuk sari alias polen.

Pada jenis tanaman bunga yang lain digunakan kuas mungil untuk mengumpulkan polen ini.

"Nah mahkota bunga marigold cukup besar dan penggunaan alat sedot ini mengefisienkan pekerjaan," tulisnya. (Baca selengkapnya) (IBS)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Gandeng Telkom Indonesia, LKPP Resmi Rilis E-Katalog Versi 6

Gandeng Telkom Indonesia, LKPP Resmi Rilis E-Katalog Versi 6

Whats New
Ekonomi China Diprediksi Menguat pada Maret 2024, tetapi...

Ekonomi China Diprediksi Menguat pada Maret 2024, tetapi...

Whats New
Berbagi Saat Ramadhan, Mandiri Group Berikan Santunan untuk 57.000 Anak Yatim dan Duafa

Berbagi Saat Ramadhan, Mandiri Group Berikan Santunan untuk 57.000 Anak Yatim dan Duafa

Whats New
Tarif Promo LRT Jabodebek Diperpanjang Sampai Mei, DJKA Ungkap Alasannya

Tarif Promo LRT Jabodebek Diperpanjang Sampai Mei, DJKA Ungkap Alasannya

Whats New
Bisnis Pakaian Bekas Impor Marak Lagi, Mendag Zulhas Mau Selidiki

Bisnis Pakaian Bekas Impor Marak Lagi, Mendag Zulhas Mau Selidiki

Whats New
Cara Reaktivasi Penerima Bantuan Iuran BPJS Kesehatan

Cara Reaktivasi Penerima Bantuan Iuran BPJS Kesehatan

Work Smart
Kehabisan Tiket Kereta Api? Coba Fitur Ini

Kehabisan Tiket Kereta Api? Coba Fitur Ini

Whats New
Badan Bank Tanah Siapkan Lahan 1.873 Hektar untuk Reforma Agraria

Badan Bank Tanah Siapkan Lahan 1.873 Hektar untuk Reforma Agraria

Whats New
Dukung Pembangunan Nasional, Pelindo Terminal Petikemas Setor Rp 1,51 Triliun kepada Negara

Dukung Pembangunan Nasional, Pelindo Terminal Petikemas Setor Rp 1,51 Triliun kepada Negara

Whats New
Komersialisasi Gas di Indonesia Lebih Menantang Ketimbang Minyak, Ini Penjelasan SKK Migas

Komersialisasi Gas di Indonesia Lebih Menantang Ketimbang Minyak, Ini Penjelasan SKK Migas

Whats New
Mulai Mei 2024, Dana Perkebunan Sawit Rakyat Naik Jadi Rp 60 Juta Per Hektar

Mulai Mei 2024, Dana Perkebunan Sawit Rakyat Naik Jadi Rp 60 Juta Per Hektar

Whats New
KA Argo Bromo Anggrek Pakai Kereta Eksekutif New Generation per 29 Maret

KA Argo Bromo Anggrek Pakai Kereta Eksekutif New Generation per 29 Maret

Whats New
Mudik Lebaran 2024, Bocoran BPJT: Ada Diskon Tarif Tol Maksimal 20 Persen

Mudik Lebaran 2024, Bocoran BPJT: Ada Diskon Tarif Tol Maksimal 20 Persen

Whats New
Jumlah Investor Kripto RI Capai 19 Juta, Pasar Kripto Nasional Dinilai Semakin Matang

Jumlah Investor Kripto RI Capai 19 Juta, Pasar Kripto Nasional Dinilai Semakin Matang

Whats New
Libur Lebaran, Injourney Proyeksi Jumlah Penumpang Pesawat Capai 7,9 Juta Orang

Libur Lebaran, Injourney Proyeksi Jumlah Penumpang Pesawat Capai 7,9 Juta Orang

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com