JAKARTA, KOMPAS.com - Minyak goreng bekas pakai atau minyak jelantah biasanya dibuang oleh penggunanya setelah digunakan.
Namun, hal tersebut tidak dilakukan oleh pemuda berusia 21 tahun, Andi Hilmi.
Pria asal Makasar, Sulawesi Selatan itu justru melihat minyak jelantah sebagai peluang bisnis.
Baca juga: Bisnis Kebutuhan Muslim di Indonesia Tak Gentar Lawan Pandemi
Minyak goreng bekas pakai digunakan sebagai bahan baku pengembangan biodiesel. Setiap bulannya, ia mampu menerima omzet sebesar Rp 200 juta.
Berawal dari kelangkaan bahan bakar minyak (BBM) sehingga mengakibatkan para nelayan di Makasar tak bisa melaut, Andi pun mulai mencari solusi untuk menggantikan BBM dengan biodiesel dari minyak jelantah.
"Saya berusaha mencari pengganti energi terbarukan agar bisa digunakan oleh para nelayan. Prinsip saya, karya yang kita buat harus sesuai dengan kebutuhan pada saat itu," katanya, dikutip dari website Kementerian ESDM, Sabtu (17/4/2021).
Tidak berhenti ke para nelayan saja, Andi terus berusaha untuk memperluas jaring usahanya.
Ia pun memutuskan untuk mengikuti organisasi seperti Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (HIPMI).
Baca juga: Perusahaan Ini Kembangkan Biodiesel dari Tanaman Jarak Pagar
Jejaring ini dimanfaatakan betul oleh Andi setelah mengikuti kompetisi berbagai forum di tingkat nasional dan internasional.
Bahkan tak sedikit yang menawarkan berbagai bentuk kerja sama dari jejaring tersebut.
Menurutnya, bisnis pengolahan jelantah jadi biodiesel masih memiliki banyak tantangan, antara lain dalam teknologi pengolahan dan proses pengumpulan minyak jelantah.
Untuk mengumpulkan pasokan minyak, Andi membuat bank minyak jelantah RT/RW dengan fasilitas seperti check point dan jerigen.
Dengan ini dia dapat mengintegrasi satu kota.
Baca juga: Berkat Biodiesel, Pertamina Sudah Tak Lagi Impor Solar
Namun, untuk membuat bank minyak jelantah yang ideal, diperlukan biaya tidak sedikit.
Oleh karena itu Andi mengajak perusahaan besar untuk bekerja sama membuat bank minyak jelantah melalui program CSR.
Hingga saat ini, Andi sudah membuat bank sampah di sekitar 20 sekolah, menyasar 500 siswa yang berarti membidik 500 rumah tangga.
Tantangan lain dari sisi teknis biodiesel adalah karakteristik bawaan dari minyak jelantah yang akan sulit memenuhi tuntutan tinggi kualitas biodiesel untuk B30.
Untuk meningkatkan jumlah pasokan minyak jelantah, Andi sering melakukan edukasi kepada masyarakat sekitar. Ia mengajak masyarakat menabung minyak jelantah.
Nantinya, tabungan minyak jelantah ini ditukar dengan minyak goreng baru dan nantinya terbiasa mengonsumsi minyak goreng yang sehat.
Andi juga mengedukasi nelayan yang awalnya enggan menggunakan biodiesel karena warnanya berbeda dari solar, sehingga mereka khawatir kapal jadi rusak.
Andi memastikan, selain harganya lebih murah daripada solar, biodiesel juga tidak akan merusak mesin kapal.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.