Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mau Investasi Reksa Dana? Simak Dulu Risiko dan Manfaatnya

Kompas.com - 18/04/2021, 08:01 WIB
Akhdi Martin Pratama,
Yoga Sukmana

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Reksa dana merupakan salah satu instrumen investasi yang dianggap cocok untuk para pemula. Sebab, dana yang kita keluarkan akan dikelola oleh manajer investasi.

Dengan begitu, reksa dana merupakan salah satu alternatif investasi bagi masyarakat pemodal, khususnya pemodal kecil dan pemodal yang tidak memiliki banyak waktu dan keahlian untuk menghitung risiko atas investasi mereka.

Kendati dianggap cocok sebagai instrumen investasi bagi pemula, reksa dana tetap memiliki resiko. 

Baca juga: Mengenal Apa Itu Reksa Dana: Definisi, Jenis, Keuntungan dan Risiko

Mengutip laman resmi Bursa Efek Indonesia (BEI), berikut ini merupakan manfaat dan resiko dari reksa dana:

Manfaat yang diperoleh pemodal jika melakukan investasi dalam reksa dana, antara lain:

  • Pemodal walaupun tidak memiliki dana yang cukup besar dapat melakukan diversifikasi investasi dalam Efek, sehingga dapat memperkecil risiko. Sebagai contoh, seorang pemodal dengan dana terbatas dapat memiliki portfolio obligasi, yang tidak mungkin dilakukan jika tidak tidak memiliki dana besar. Dengan reksa dana, maka akan terkumpul dana dalam jumlah yang besar sehingga akan memudahkan diversifikasi baik untuk instrumen di pasar modal maupun pasar uang, artinya investasi dilakukan pada berbagai jenis instrumen seperti deposito, saham, obligasi.
  • Reksa dana mempermudah pemodal untuk melakukan investasi di pasar modal. Menentukan saham-saham yang baik untuk dibeli bukanlah pekerjaan yang mudah, namun memerlukan pengetahuan dan keahlian tersendiri, dimana tidak semua pemodal memiliki pengetahuan tersebut.
  • Efisiensi waktu. Dengan melakukan investasi pada reksa dana dimana dana tersebut dikelola oleh manajer investasi profesional, maka pemodal tidak perlu repot-repot untuk memantau kinerja investasinya karena hal tersebut telah dialihkan kepada manajer investasi tersebut.

Seperti halnya wahana investasi lainnya, disamping mendatangkan berbagai peluang keuntungan, Reksa Dana pun mengandung berbagai peluang risiko, antara lain:

Baca juga: Ingin Berinvestasi? Simak Dulu Perbedaan Reksa Dana Syariah dan Konvensional

Risiko Berkurangnya Nilai Unit Penyertaan

Risiko ini dipengaruhi oleh turunnya harga dari Efek (saham, obligasi, dan surat berharga lainnya) yang masuk dalam portfolio reksa dana tersebut.

Risiko Likuiditas

Risiko ini menyangkut kesulitan yang dihadapi oleh Manajer Investasi jika sebagian besar pemegang unit melakukan penjualan kembali (redemption) atas unit-unit yang dipegangnya. Manajer Investasi kesulitan dalam menyediakan uang tunai atas redemption tersebut.

Risiko Wanprestasi

Risiko ini merupakan risiko terburuk, di mana risiko ini dapat timbul ketika perusahaan asuransi yang mengasuransikan kekayaan reksa dana tidak segera membayar ganti rugi atau membayar lebih rendah dari nilai pertanggungan saat terjadi hal-hal yang tidak diinginkan, seperti wanprestasi dari pihak-pihak yang terkait dengan reksa dana, pialang, bank kustodian, agen pembayaran, atau bencana alam, yang dapat menyebabkan penurunan NAB (Nilai Aktiva Bersih) reksa dana.

Berikut adalah tips untuk memilih reksa dana untuk pemula seperti dilansir dari Lifepal.

Kenali manajer investasi pengelola reksa dana dengan baik

Prospektus dalam sebuah produk reksadana adalah berisikan banyak hal terkait strategi pengelolaan reksa dana, pembatasan investasi, hingga orang-orang di balik perusahaan manajer investasi tersebut.

Mencari tahu soal rekam jejak manajer investasi (MI) adalah hal wajib yang harus dilakukan investor. Di era keterbukaan informasi seperti saat ini, sangat mudah untuk mengetahui apakah MI yang kita tuju pernah terlibat kasus, atau pelanggaran hukum lainnya.

Ketahui pula, jumlah dana kelolaan atau asset under management (AUM) perusahaan manajer investasi tersebut. Besarnya AUM menandakan tingginya kepercayaan investor terhadap MI. Sebab, tidak mungkin investor mempercayakan dana mereka dikelola oleh MI yang kinerjanya buruk.

Cari benchmark untuk mengukur performa reksa dana

Data historis seputar imbal hasil sebuah reksa dana artinya secara bulanan hingga tahunan tidak bisa dijadikan satu-satunya acuan untuk memilih produk reksadana. Anda bisa melakukan perbandingan dengan menggunakan beberapa acuan atau benchmark.

Kinerja reksa dana yang disertai benchmark bisa Anda temukan di fund fact sheet produk reksadana. Namun Anda pun bisa melakukan perbandingan secara mandiri dengan menggunakan benchmark sebagai berikut:

Reksa dana pasar uang vs bunga deposito
Reksa dana pasar uang merupakan reksa dana yang memiliki underlying asset atau aset dasar berupa instrumen pasar uang. Beberapa di antaranya adalah deposito dan surat utang jangka pendek yang jatuh temponya di bawah satu tahun. Kinerja reksa dana pasar uang memang tergolong lebih stabil ketimbang reksadana lainnya. Satu-satunya cara untuk mengukur performa reksadana adalah dengan membandingkannya dengan deposito bank umum.

Reksa dana campuran vs reksa dana saham dengan IHSG
Jika reksa dana yang Anda beli adalah reksa dana saham, maka Anda bisa menggunakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) untuk mengukur performanya.

Ketika kinerjanya bisa mengalahkan IHSG secara konsisten, maka hal itu bisa Anda pertimbangkan. IHSG pun bisa dijadikan benchmark untuk mengukur performa reksadana campuran, asalkan komposisi portofolio efek di reksa dana campuran tersebut, sebagian besarnya adalah saham.

Reksa dana pendapatan tetap vs indeks obligasi
Sementara itu, untuk reksadana pendapatan tetap, benchmark berupa Indonesian Indeks Obligasi Pemerintah, Indeks Obligasi Korporat, atau ICBI (Indonesia Composite Bond Index).

Semuanya tergantung isi dari underlying asset dari reksadana pendapatan tetap yang dipilih. Ketika sebagian besar underlying asset adalah obligasi pemerintah, maka Indeks obligasi pemerintah bisa menjadi benchmark. Namun ketika obligasi swasta yang lebih banyak, indeks obligasi korporat boleh dijadikan acuan.

Perhatikan Sharpe Ratio

Ketika seseorang memilih instrumen investasi yang memiliki volatilitas tinggi maka mereka juga mengharapkan imbal hasil yang tinggi. Sharpe ratio bisa digunakan untuk tingkat risiko dari reksa dana.

Tidak ada patokan berapa sharpe ratio yang terbaik. Sharpe ratio merupakan rasio yang mengukur kinerja reksa dana dengan perbandingan imbal hasil dan risiko (standar deviasi).

Makin tinggi sharpe ratio, makin baik kinerja reksa dana tersebut. Jika Anda menemukan nilai sharpe ratio negatif di produk reksa dana, maka akan lebih baik bagi kita untuk memilih reksa dana yang sharpe ratio negatifnya paling kecil. Sharpe ratio yang negatif menandakan tingkat risiko lebih besar dibanding dengan tingkat pengembalian (apa itu reksa dana).

Ketika Anda membeli reksa dana di platform milik agen penjual efek reksadana atau perusahaan sekuritas, maka nilai rasio ini akan tertera di daftar reksa dana. Nilai sharpe ratio juga bisa berubah, bisa saja satu reksadana saham memiliki nilai sharpe ratio yang tinggi dalam 3 bulan namun minus di periode 1 tahun.

Perhatikan nilai draw down

Draw down bisa dimaknai sebagai tingkat kerugian maksimal yang ada di produk reksa dana, atau bisa juga didefinisikan sebagai tingkat penurunan kinerja dari titik puncaknya ke titik terendah.

Apabila sebuah reksa dana artinya memiliki nilai draw down sebesar 30 persen setahun, berarti kinerja reksa dana tersebut pernah mengalami penurunan sebesar 30 persen. Sama seperti sharpe ratio, nilai draw down juga bisa dipengaruhi oleh time frame.

Draw down yang tinggi umumnya ditemukan di reksa dana campuran maupun saham. Untuk sebagian besar reksa dana pasar uang, nilai draw down ada di angka 0 koma sekian. Bahkan tidak sedikit pula yang nilainya 0,00 persen.

Waspadai expense ratio reksa dana

Expense ratio bisa juga disebut sebagai perbandingan beban operasional reksa dana adalah dengan rata-rata NAB dalam setahun. Pengelolaan sebuah reksa dana adalah tentu akan memunculkan biaya.

Biaya-biaya tersebut sebut saja, biaya kustodian, trading, marketing, dan lainnya. Semakin kecil expense ratio mencerminkan kehandalan Manajer Investasi dalam mengelola produknya.

Pilih reksa dana sesuai dengan jangka waktu investasi Anda

Semakin pendek jangka waktu investasi, maka pilihan reksa dana yang disarankan adalah yang volatilitas nilai aktiva bersih (NAB)-nya rendah.

Namun untuk jangka panjang, maka pilihan reksa dananya akan semakin fleksibel, boleh yang rendah volatilitasnya atau yang tinggi karena mengharap imbal hasil yang besar.

Untuk jangka waktu pendek (1-3 tahun), sangat disarankan untuk memilih reksa dana yang rendah fluktuasi seperti reksa dana pasar uang, atau pendapatan tetap. Untuk jangka menengah (3-5 tahun), disarankan untuk memilih reksa dana pasar uang, pendapatan tetap dan campuran. Sementara itu untuk kebutuhan dana pendidikan di atas 5 tahun, maka reksa dana saham boleh dicoba.

Pada intinya produk investasi ini memang cocok bagi investor pemula, yang belum pernah berinvestasi. Namun sebelum memilih produknya, kenalilah lebih dalam seputar produk investasi ini (apa itu reksa dana).

Baca juga: Dana Kelolaan Industri Reksa Dana Kembali Turun pada Maret 2021

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com