JAKARTA, KOMPAS.com - PT Pertamina Rosneft Pengolahan dan Petrokimia (Pertamina Rosneft) mulai menggearap desain rinci (front end Engineering Design/FEED) pembangunan kilang Grass Root Refinery (GRR) Tuban.
Penggarapan desain dilakukan bersama perusahaan konsultan asal Spanyol, Spanish Tecnicas Reunidas SA (Tecnicas Reunidas). Hal ini dilakukan usai Pertamina menuntaskan ganti rugi lahan kepada warga.
Pembuatan FEED dilakukan dengan Tecnicas Reunidas yang akan mengembangkan desain open-art units, sistem off-site dan utilities, pengawasan dan integrasi desain secara keseluruhan, termasuk data desain dari licensor (pihak pemberi lisensi).
Baca juga: Tanker Raksasa Pertamina Tiba di RI, Erick Thohir: Harus Kembali ke Masa Kejayaan
Presiden Direktur Pertamina Rosneft Kadek Ambara Jaya mengatakan, dimulainya FEED merupakan salah satu milestone penting dalam proyek pembangunan kilang GRR Tuban.
"Momen ini telah kami tunggu selama ini. Dari FEED diharapkan didapatkan gambaran secara spesifik terhadap peralatan kilang dan infrastruktur yang akan dibangun di kilang GRR Tuban," ujar Kadek dalam keterangannya, Selasa (20/4/2021).
Secara ringkas, kajian FEED meliputi seluruh studi yang dilaksanakan sebelum pemesanan peralatan utama dalam sebuah proyek. Proses FEED proyek kilang GRR Tuban ini ditargetkan selesai dalam waktu 12 bulan.
Terpisah, Deputy CEO and Corporate General Director Tecnicas Reunidas Miguel Paradinas menyatakan, investasi Pertamina Rosneft di proyek kilang GRR Tuban merupakan wujud komitmen Pertamina dan Rosneft dalam menyediakan energi bersih yang terjangkau.
Menurutnya, integrasi antara industri pengolahan dan petrokimia merupakan sebuah tren industri yang tidak terhindarkan lagi. Industri ini akan melahirkan sistem yang dapat mengoptimalkan penggunaan bahan baku secara fleksibel.
Baca juga: Pertamina Targetkan Ada 10.000 Pertashop Baru di 2021
Kilang GRR Tuban nantinya dikembangkan dan dikelola oleh Pertamina Rosneft, sebagai perusahaan joint venture antara perusahaan minyak dan gas bumi Indonesia PT Pertamina (Persero) dengan Rosneft Singapore Pte Ltd yang merupakan afiliasi perusahaan migas Rosneft asal Rusia.
Proyek kilang ini diharapkan rampung pada tahun 2026 dan dapat berkontribusi besar dalam pemenuhan energi nasional, sehingga dapat menekan impor BBM.
Sebab bila tidak ada pembangunan kilang baru, maka impor BBM Indonesia diperkirakan akan meningkat dari 0,53 juta barel per hari (bph) menjadi 1 juta bph atau setara dengan 68 persen kebutuhan energi nasional.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.