Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
KILAS

Jokowi Senang Produktivitas Padi Tinggi dan Harga Gabah Naik

Kompas.com - 21/04/2021, 15:33 WIB
Inang Sh ,
Mikhael Gewati

Tim Redaksi

KOMPAS.com – Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengaku bangga dengan produksi padi masa panen raya awal 2021. Saat ini, produktivitas rata-rata padi mencapai 7 hingga 8 ton per hektar (ha).

"Ini hasilnya bagus, produktivitas rata-ratanya tinggi. Kemudian informasi dari petani soal panen kalau bersamaan, mengatur panennya susah sehingga butuh combine harvester. Pak Menteri Pertanian (Mentan) kirim 2 unit combine, pompa air dan traktor ke sini, minggu ini saya cek" katanya.

Dia mengatakan itu saat meninjau lokasi panen raya padi sekaligus berdialog dengan petani di Desa Wanasari, Kecamatan Bangodua, Kabupaten Indramayu, Rabu (21/4/2021).

Jokowi juga mengaku senang dengan harga gabah petani yang sudah tidak anjlok lagi dengan adanya gerakan serap gabah petani.

Baca juga: Wamentan Sebut Stok Padi Surplus dan Petani Berharap Tidak Impor

"Saya sangat senang, terutama harga gabah sudah bagus karena waktu itu saya dengar harganya jatuh, sedih juga kita karena alasannya mau impor,” ujarnya dalam keterangan tertulis yang diterima Kompas.com.

Kini, minimal penjualan gabah sudah sesuai Harga Pembelian Pemerintah (HPP) Rp 4.200 per kilogram (kg), sehingga menguntungkan petani.

Terkait impor, Jokowi menjelaskan hal tersebut dilakukan karena untuk mengantisipasi situasi pandemi dan berjaga-jaga.

“Memang ada rencana dari salah satu kementerian untuk antisipasi karena pandemi Covid-19 dan berbagai bencana, tapi situasi panen padi dalam negeri aman, sehingga tidak diperlukan impor," terangnya.

Jokowi menyebut, sekarang beras menjadi produk rebutan di seluruh dunia. Oleh karenanya, Indonesia beruntung tidak mengimpor pada 2021 dan pada 2022 karena stok beras di Badan Urusan Logistik (Bulog) cukup.

Baca juga: Ekspor Pertanian Naik, Kementan: Kami Siap Gelar Karpet Merah untuk Eksportir

“Untuk itu, irigasi terus kita bangun dan perbaiki sekaligus bisa mengatur air masuk dan stopnya kapan sehingga ketika panen airnya tidak melimpah," imbuhnya didampingi Direktur Utama Bulog Budi Waseso.

Pada kesempatan yang sama, Mentan Syahrul Yasin (SYL) menegaskan komitmennya bersama mitra, yakni Bulog, PT Pertani dan Komando Strategi Penggilingan (Kostraling) untuk menyerap semua gabah petani sesuai HPP, yakni Rp 4.200 per kg.

Bahkan, SYL juga akan menindak dengan keras pihak yang tak mau menyerap gabah petani karena alasan kadar air.

"Sesuai arahan Presiden Jokowi kami akan serap gabah petani di sini (Indramayu, red) tanpa terkecuali melihat kadar air. Ada keluhan kadar air jangan sampai ini hanya alasan,” tegasnya.

Dia pun menegaskan, bila pihaknya menemukan persoalan seperti ini, maka akan segera ditindak.

Baca juga: Bangun Ketahanan Pangan Masyarakat, BKP Kementan Bentuk Pertanian Keluarga

“Petani tadi mengatakan bahwa gabah sudah naik harga Rp 4.200, kemarin sempat turun tapi sekarang sudah naik, kami pertahankan ini," ucapnya.

Selain serap gabah, SYL berkomitmen untuk menjamin ketersediaan pupuk bersubsidi dan menindak tegas oknum-oknum yang mempermainkan pupuk bersubsidi.

Penyaluran pupuk bersubsidi harus tepat waktu dan sesuai tata kelola yang dikendalikan oleh sistem.

"Bupati dan kepala dinas kalau ada yang bermain-main dengan pupuk langsung lakukan tindakan. Tidak boleh menjual pupuk itu di atas Harga Eceran Tertinggi (HET) dan alhamdulillah di dusun ini pupuk tidak pernah bersoal begitu tadi disampaikan tapi kadang-kadang agak terlambat. Tapi ini terus kita perbaiki," tegasnya.

Baca juga: Mentan Jamin Stok Daging Aman Jelang Ramadhan dan Idul Fitri

Prioritas penanganan panen

Lebih lanjut SYL menuturkan, pihaknya terus memprioritas penanganan panen yang baik, sehingga produksi padi optimal atau tidak mengalami losses (kehilangan) yang besar.

Untuk itu, terkait luasan panen padi yang over, tetapi terkendala tenaga kerja, Kementan akan segera menyalurkan bantuan combine harvester, sehingga tidak terjadi penundaan panen dan gabah yang dihasilkan bernilai jual tinggi.

"Di sini panennya terlalu over dan maksimal tapi kadang-kadang tenaga kerjanya kurang akhirnya panen tertunda dan kadang-kadang berkendala. Sesuai perintah presiden, Kementerian Pertanian (Kementan) memberikan combine harvester," kata Mentan SYL.

Baca juga: Soal Proyek Upland, Mentan SYL: Penting untuk Tingkatkan Produktivitas Pertanian

“Kami juga salurkan bantuan pompa dan traktor. Minimal Jumat atau Minggu depan sudah sampai di sini," tambahnya.

Perlu diketahui, Indramayu merupakan produsen beras nomor satu di Indonesia dengan luas baku sawah 122.920 ha dan produktivitas padi saat ini 6,07 ton per ha.

Pada 2020, luas panen padi Indramayu seluas 226.626 ha dengan produksi mencapai 1,37 juta ton gabah kering giling (GKG), setara 783.233 ton beras dan mengalami surplus sebesar 578.547 ton beras.

Potensi luas panen padi se-Indramayu pada April 2021 sebesar 55.953 ha dengan estimasi produksi 346.158 ton GKG dan potensi luas panen padi Mei 14.109 ha dengan estimasi produksi 76.276 ton GKG. Harga rata-rata gabah kering panen Indramayu saat ini Rp 4.200 per kg.

Stok gabah/beras di Bulog 46.630 ton dari kapasitas gudang Indramayu sekitar 70.000 ton. Daya serap gabah Bulog sampai dengan 20 April 10.377 ton beras atau setara 18.088 ton GKG dari target 35 ribu ton GKG.

Baca juga: Kabupaten Bogor Timur dan Indramayu Barat Diproyeksikan Jadi Calon Daerah Otonom Baru

Sementara itu, stok pupuk bersubsidi Indramayu 19.737 ton. Alokasinya 92.095 ton dan sampai dengan 13 April sudah terealisasi sebanyak 37.465 ton atau 40,7 persen dari alokasi.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com