JAKARTA, KOMPAS.com - Badai Siklon Tropis Seroja telah menghantam Nusa Tenggara Timur (NTT) pada awal April lalu. Hal ini membuat 90 persen sistem kelistrikan di wilayah tersebut rusak.
Adapun wilayah yang terdampak meliputi Rote, Ndao, Sabu, Pulau Semau, Kota Kupang, Kabupaten Kupang, Adonara, Larantuka, Lembata dan Sumba Timor.
Curah hujan yang tinggi selama tiga hari yang diikuti badai Seroja, mengakibatkan dua menara Saluran Udara Tegangan Tinggi (SUTT) bertegangan 70 kilo Volt (kV) milik PLN patah dan roboh.
Baca juga: Dirut PLN: 97 Persen Listrik di NTT Pulih Usai Diterjang Badai Siklon Tropis Seroja
Kerusakan tower transmisi berdampak pada padamnya sistem kelistrikan di empat kabupaten, yaitu Kabupaten Kupang, Timor Tengah Selatan, Timor Tengah Utara, dan Belu.
Dalam upaya memulihkan jaringan listrik di NTT, maka PLN pun membangun menara darurat (tower emergency) setinggi 61 meter yang pengerjaannya rampung pada 18 April 2021 lalu.
Pembangunan tower emergency berhasil dilakukan dalam waktu 10 hari saja dari estimasi waktu perbaikan selama 1 bulan. Ini tak lepas dari keterlibatan 1.316 personel dari berbagai wilayah di luar NTT yang dikerahkan PLN.
Diantara personel itu ada Rosalia Widya Astuti Chandra (23) dan Putri Ramadani (23), dua Srikandi PLN yang terjun langsung menjadi tim relawan.
Keduanya merupakan putri daerah asal NTT yang bertugas di Unit Layanan Transmisi, dan Gardu Induk Mamuju, Sulawesi Barat. Mereka terbang dari Mamuju menuju kampung halaman untuk terlibat dalam perbaikan listrik di NTT.
Baca juga: Diskon Tarif Listrik Dipangkas, Ini Langkah PLN Agar Pelanggan Tidak Kaget
"Menjelang badai hari itu, saya sudah mulai cemas melihat stories di media sosial teman-teman. Saya melihat hujan begitu besar dan cuaca sangat buruk," kisah Rosalia, wanita yang akrab disapa Widi itu, dalam keterangannya, Rabu (21/4/2021).
Widi sendiri merupakan lulusan Politeknik Negeri Kupang dan bergabung menjadi bagian PLN dengan jabatan Junior Engineer Pemeliharaan Transmisi sejak tahun lalu.
Ia mengaku, merasa sedih karena dampak bencana alam itu membuat banyak daerah hancur, hingga banyak korban yang meninggal dunia dan hilang.
Saat atasannya memberi tahu informasi mengenai pembukaan relawan untuk pemulihan kelistrikan NTT, tanpa pikir panjang Widi pun langsung mendaftarkan diri.
"Ternyata disetujui. Saya langsung berangkat ke Kupang untuk bergabung dengan relawan lain di lokasi," katanya.
Tak hanya Widi, panggilan untuk menjadi relawan juga dirasakan oleh Putri, yang bekerja di bagian Operasi dan Pemeliharaan Transmisi.
Sebagai tim relawan PLN, Widi dan Putri utamanya bertugas mengurus masalah persediaan logistik. Keduanya memastikan semua kebutuhan personel yang berkerja di lokasi bisa terpenuhi dengan baik.
Baca juga: Mulai 2022, Ada 15,2 Juta Pelanggan PLN 450 VA Tak Lagi Terima Subsidi
“Meski saya dan Widi perempuan, kami tak hanya mengerjakan pekerjaan yang ringan-ringan. Kami juga ikut membantu mengangkat material dan menarik konduktor listrik untuk mendirikan tower," ungkap Putri.
Keduanya mengaku sangat termotivasi untuk membuat listrik kembali menyala di NTT. Sebab, kehadiran listrik akan sangat membantu warga untuk beraktivitas kembali dengan normal.
“Ada hal yang selalu menghangatkan hati kami. Saat cahaya listrik kembali hadir di antara rumah warga korban dan ketika melihat wajah-wajah tersenyum,” ungkap Widi.
Wajah bahagia dan senyum para korban saat rumahnya terhubung listrik merupakan hadiah dari jerih payah para relawan. Menurut keduanya, hal itu merupakan penghargaan tertinggi dari pekerjaan yang telah mereka lakukan.
"Saya senang sekali ketika harapan saya terwujud dan bisa berkontribusi untuk kampung halaman saya," kata Putri.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.