Kini, kita menyaksikan puncak kesuksesan teknologi informasi India, ada Sundar Pichai yang didapuk sebagai CEO Google, Satya Narayana Nadella CEO Microsoft, Shantanu Narayen CEO Adobe dan banyak lainnya.
Pun di Indonesia, tengok saja dari pusat bisnis Jakarta yang seringkali disebut segitiga emas (Sudirman, Thamrin, dan Kuningan) banyak ahli-ahli TI India. Mereka bertebaran diberbagai belahan dunia.
Bukit Algoritma dan ide-ide sejenis lainnya dalam puncak pencapaiannya adalah kemampuan mengaktivasi dan mengakomodasi anak negeri untuk mendapatkan akses terhadap pengembangan riset, teknologi, dan informasi yang memadai.
Bukan sekadar mengundang investasi padat modal. Karena terbukti banyak talenta luar biasa di Indonesia, justru tidak mampu menemukan ekosistem yang baik di dalam negeri.
Mereka lebih banyak mengembangkan diri di luar negeri. Salah satu ihwal alasan karena ada banyak keputusan politik yang kontraproduktif dalam pengembangan riset.
Anggaran riset Indonesia relative kecil. Rasio belanja penelitian dan pengembangan di Indonesia hanyalah 0,25 persen dari produk domestik bruto (PDB).
Banyak keputusan politik dapat mengakselerasi pengembangan riset, namun juga disisi lain ada lebih banyak yang kontraproduktif karena basisnya kepentingan sesaat. Semoga tidak.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.