Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kartu Prakerja Dikritik, Sri Mulyani: Saya Bingung, Dikasih Ilmu Kok Enggak Mau...

Kompas.com - 22/04/2021, 08:37 WIB
Fika Nurul Ulya,
Bambang P. Jatmiko

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Kartu Prakerja mendapat kritikan. Beberapa pihak ingin Kartu Prakerja menjadi program bantuan sosial (bansos) saat pandemi Covid-19, bukan semi bansos seperti yang selama ini berlaku.

Mereka menilai, kewajiban mengikuti pelatihan sebelum mendapat uang saku Rp 600.000 per bulan tidak ada pengaruhnya dalam hidup. Pelatihan tak menjamin seseorang mendapat pekerjaan saat pandemi Covid-19.

Menanggapi hal itu, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan, Kartu Prakerja memang didesain sebagai program pelengkap kebijakan, yang berfokus pada pelatihan (training), upskilling, dan re-skilling.

Baca juga: Awas Hangus, Peserta Kartu Prakerja Gelombang 15 Segera Beli Pelatihan Sebelum 23 April

"Saya rasa waktu Indonesia merespons terhadap Covid-19 ini, semua instrumen, semua kebijakan, dan semua cara dilakukan untuk bisa membantu terutama menangani baik Covid-19 maupun dampaknya. Jadi ini adalah semacam pelengkap dari berbagai instrumen," kata Sri Mulyani dalam Talkshow: Kartini Pendobrak Perubahan secara daring, Rabu (21/4/2021).

Bendahara negara ini menyebut wajar bahwa Kartu Prakerja mendapat kritikan dari banyak pihak.

Mengingat, Kartu Prakerja saat ini menjadi arus yang paling besar, yang diminati masyarakat selama pandemi Covid-19. Hal itu terlihat ketika pelamar peserta Kartu Prakerja tembus puluhan juta orang.

Namun justru Sri Mulyani merasa bingung jika masyarakat merasa pelatihan yang diberi secara gratis itu dianggap tidak berguna.

"Kalau ada yang mengatakan, "Mbok ya jadi bansos aja,". Ya bisa saja jadi bansos, tapi malah saya bingung, wong Kartini yang 100 tahun lalu berjuang mendapat ilmu, ini dikasih ilmu kok enggak mau, gitu lho. Jadi saya malah bingung," seloroh Sri Mulyani.

Baca juga: Cara Membeli Pelatihan Kartu Prakerja di Kemnaker.go.id

Mantan Direktur Pelaksana Bank Dunia itu lantas menyebut, segala ilmu yang didapat sekecil apapun tetaplah penting. Kalau toh belum terpakai saat ini, ilmu tersebut bisa dipakai di masa yang akan datang.

Dengan catatan, ilmu harus terus dikembangkan dan dirawat agar tak hilang dalam ingatan.

"Kalau saya lihat testimoninya (ada yang mengatakan), belajar bahasa inggris (dengan Kqrtu Prakerja) dan kemudian dia menjadi pede, oke. Tapi kemudian sektor pariwisata belum dibuka, jadi enggak bisa pakai bahasa inggrisnya. Ya enggak apa-apa, tapi enggak hilang itu ilmu. Dipelihara aja. Sama kayak kita memiliki sesuatu didiamkan aja, tapi enggak dipake nanti malah hilang," saran Sri Mulyani.

Namun dia berjanji, segala kritik yang diberikan dan disampaikan untuk Program Kartu Prakerja akan diserap agar program menjadi lebih baik lagi ke depannya.

Untuk itu Project Management Office (PMO) Kartu Prakerja selalu mem-blast survei kepada para pesertanya. Isi survei berguna untuk evaluasi program.

Baca juga: Alumni Kartu Prakerja Bisa Dapat Pinjaman Rp 10 Juta, Segera Cek SMS

"Kalau kemudian kritiknya adalah apakah training betul bermutu, sesuai kebutuhan pasar, seluruh upaya itu akan berikhtiar diperbaiki terus. Jadi saya rasa itu sebuah public policy yang diperbaiki saja. Saya sih tetap berpendapat, ini tujuannya untuk memberikan training, upskilling, reskilling jadi (tujuan itu) tetap dipertahankan," pungkas Sri Mulyani.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Jasa Marga: 109.445 Kendaraan Tinggalkan Jabotabek Selama Libur Panjang Paskah 2024

Jasa Marga: 109.445 Kendaraan Tinggalkan Jabotabek Selama Libur Panjang Paskah 2024

Whats New
Survei Prudential: 68 Persen Warga RI Pertimbangkan Proteksi dari Risiko Kesehatan

Survei Prudential: 68 Persen Warga RI Pertimbangkan Proteksi dari Risiko Kesehatan

Earn Smart
7 Contoh Kebijakan Fiskal di Indonesia, dari Subsidi hingga Pajak

7 Contoh Kebijakan Fiskal di Indonesia, dari Subsidi hingga Pajak

Whats New
'Regulatory Sandbox' Jadi Ruang untuk Perkembangan Industri Kripto

"Regulatory Sandbox" Jadi Ruang untuk Perkembangan Industri Kripto

Whats New
IHSG Melemah 0,83 Persen dalam Sepekan, Kapitalisasi Pasar Susut

IHSG Melemah 0,83 Persen dalam Sepekan, Kapitalisasi Pasar Susut

Whats New
Nasabah Bank DKI Bisa Tarik Tunai Tanpa Kartu di Seluruh ATM BRI

Nasabah Bank DKI Bisa Tarik Tunai Tanpa Kartu di Seluruh ATM BRI

Whats New
Genjot Layanan Kesehatan, Grup Siloam Tingkatkan Digitalisasi

Genjot Layanan Kesehatan, Grup Siloam Tingkatkan Digitalisasi

Whats New
Pelita Air Siapkan 273.000 Kursi Selama Periode Angkutan Lebaran 2024

Pelita Air Siapkan 273.000 Kursi Selama Periode Angkutan Lebaran 2024

Whats New
Puji Gebrakan Mentan Amran, Perpadi: Penambahan Alokasi Pupuk Prestasi Luar Biasa

Puji Gebrakan Mentan Amran, Perpadi: Penambahan Alokasi Pupuk Prestasi Luar Biasa

Whats New
Pengertian Kebijakan Fiskal, Instrumen, Fungsi, Tujuan, dan Contohnya

Pengertian Kebijakan Fiskal, Instrumen, Fungsi, Tujuan, dan Contohnya

Whats New
Ekspor CPO Naik 14,63 Persen pada Januari 2024, Tertinggi ke Uni Eropa

Ekspor CPO Naik 14,63 Persen pada Januari 2024, Tertinggi ke Uni Eropa

Whats New
Tebar Sukacita di Bulan Ramadhan, Sido Muncul Beri Santunan untuk 1.000 Anak Yatim di Jakarta

Tebar Sukacita di Bulan Ramadhan, Sido Muncul Beri Santunan untuk 1.000 Anak Yatim di Jakarta

BrandzView
Chandra Asri Bukukan Pendapatan Bersih 2,15 Miliar Dollar AS pada 2023

Chandra Asri Bukukan Pendapatan Bersih 2,15 Miliar Dollar AS pada 2023

Whats New
Tinjau Panen Raya, Mentan Pastikan Pemerintah Kawal Stok Pangan Nasional

Tinjau Panen Raya, Mentan Pastikan Pemerintah Kawal Stok Pangan Nasional

Whats New
Kenaikan Tarif Dinilai Jadi Pemicu Setoran Cukai Rokok Lesu

Kenaikan Tarif Dinilai Jadi Pemicu Setoran Cukai Rokok Lesu

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com