Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Denon Prawiraatmadja
Wakil Ketua Umum Kadin Indonesia Bidang Perhubungan

Penguatan Tupoksi Stakeholder untuk Kesuksesan "Travel Bubble" Indonesia

Kompas.com - 22/04/2021, 13:00 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

 

Saat ini pemerintah melalui Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) dan Kementerian Luar Negeri sedang menggagas pemberlakuan program travel bubble atau travel corridor arrangement.

Travel bubble secara garis besar adalah pembukaan hubungan antar dua negara yang sudah dapat mengontrol pandemi covid-19 di negaranya masing-masing.

Dua negara tersebut akan menciptakan gelembung atau koridor perjalanan yang aman dan sehat, yang akan memudahkan masyarakatnya saling berkunjung dengan meminimalisir kerumitan-kerumitan yang timbul dalam proses kunjungan tersebut.

Jadi titik beratnya tetap pada menjaga kesehatan masyarakat dua negara dari paparan Covid-19, namun juga membebaskan warga dua negara tersebut untuk saling berkunjung pada koridor-koridor tertentu dengan meminimalisir kerumitan-kerumitan yang tidak perlu.

Baca juga: INACA Prediksi Industri Penerbangan Mulai Pulih pada 2022

Travel bubble sudah dilakukan di beberapa negara seperti misalnya Australia dan Selandia Baru, serta negara Estonia, Latvia, dan Lithuania yang juga berencana melakukannya.

Menurut Menteri Parekraf Sandiaga Uno, Indonesia sedang menjajaki travel bubble dengan empat negara yaitu Belanda, China, Uni Emirat Arab (UEA) dan Singapura.

Rencananya program ini akan dilaksanakan pada bulan Juli 2021 dengan destinasi di Indonesia yang dipilih adalah Pulau Bali.

Program ini tentunya patut didukung, karena dalam suasana pandemi yang memporak-porandakan hampir semua segi kehidupan seperti sosial, ekonomi dan kesehatan masyarakat global (termasuk Indonesia), masyarakat tetap harus diberdayakan.

Salah satunya dengan mulai menggerakkan sektor-sektor perekonomian walaupun terbatas dengan tetap menerapkan protokol kesehatan yang ketat.

Hal ini juga sesuai dengan pernyataan Presiden Joko Widodo bahwa penanganan pandemi covid 19 dan kehidupan perekonomian masyarakat harus dilaksanakan selaras dengan memakai perumpamaan “gas dan rem”.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Rekomendasi untuk anda
28th

Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!

Syarat & Ketentuan
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Verifikasi akun KG Media ID
Verifikasi akun KG Media ID

Periksa kembali dan lengkapi data dirimu.

Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.

Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com