Kompasianer Gobin Gd menuliskan bahwa kalau di-mute-kan atau tanpa suara, kesan pertandingan begitu hambar. Tontonan pertandingan pun menjadi kurang menarik.
Menurutnya, dengan suara komentator olahraga para penonton tahu alur pertandingan, diingatkan/disadarkan dengan apa yang terjadi, dan juga disuapi dengan pelbagai informasi yang berhubungan dengan pertandigan.
"Makanya, komentator olahraga bukanlah suara tanpa makna. Bukan penghibur untuk para penonton. Hemat saya, sangat salah kalau komentator olahraga harus menghibur para penonton," ungkapnya. (Baca selengkapnya)
3. #GerakanMuteMassal dan Valentino Simanjuntak yang "Dijebret" Penonton Sepak Bola
Terkait komentator olahraga yang "berisik", Kompasianer M. Hafizhuddin mengungkapkan bahwa kekesalannya dengan gaya penyampaian Valentino Simanjuntak saat menjadi komentator sepak bola sudah membuncah sejak jauh-jauh hari.
Ia menuliskan puncak kekesalannya adalah pada saat Valent menjadi komentator bulutangkis di Asian Games 2018.
"Sebagai orang yang senang dimanja dengan suara Gillian Clark atau duet lokal Mbak Yuni Kartika dan Bung Broto Happy, kehadiran Valent saat itu merusak suasana," ungkapnya. (Baca selengkapnya)
***
Silakan baca konten-konten menarik lainnya lewat Topik Pilihan Kompasiana: Komentator Olahraga. (FRM)
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.