Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Dradjad H Wibowo
Ekonom

Ekonom, Lektor Kepala Perbanas Institute, Ketua Pembina Sustainable Development Indonesia (SDI), Ketua Pendiri IFCC, dan Ketua Dewan Pakar PAN.

Pemulihan Ekonomi di Tengah Pandemi dan Krisis Iklim

Kompas.com - 28/04/2021, 20:05 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Hal yang serupa juga terjadi di Israel, yang 62,11 persen penduduknya sudah divaksin. Kasus harian di Israel turun drastis dari puncak 11.394 menjadi hanya 82.

Tentu ada faktor lain yang juga berpengaruh. Namun, yang jelas, vaksinasi berhasil!

Itulah sebabnya vaksin COVID-19 menjadi komoditas strategis global. Inggris dan Uni Eropa sampai bersitegang karenanya.

Itu juga alasannya mengapa saya pernah mengapresiasi kerja sama pemerintah dengan Sinovac, Novavax, dan sebagainya sebagai langkah yang tepat. Karena, pasokan vaksin bagi Indonesia menjadi lebih terjamin lewat kerja sama itu, meski dunia dilanda nasionalisme vaksin.

Baca juga: Wawancara Khusus Menlu Retno Marsudi - Diplomasi Vaksin: Membuka Akses, Meratakan Jalan

Dengan terjaminnya pasokan, hingga 24 April 2021 Indonesia sudah menyuntikkan 18,48 juta dosis vaksin, yang terdiri dari 11,70 juta dosis pertama dan 6,78 juta dosis kedua. Angka ini jauh di atas Singapura (2,21 juta), Australia (1,91 juta), Filipina (1,61 juta), Malaysia (1,26 juta), Thailand (1,1 juta), dan Selandia Baru (0,18 juta).

Jumlah penduduk Indonesia yang sudah divaksin penuh mencapai 6,78 juta orang. Ini sekitar 6 juta di atas Singapura (850.000 orang) dan Malaysia (490.000 orang). Keempat negara yang lain jauh lebih rendah. Data negara tetangga di atas saya ambil dari ourworldindata.org.

Namun, karena besarnya populasi, baru 2,5 persen penduduk Indonesia yang divaksin penuh, di bawah Singapura (14,5 persen), di atas Malaysia (1,5 persen). Melihat pengalaman Inggris dan Israel, kita perlu memvaksin penduduk sebanyak dan sesegera mungkin.

Harus diakui, tidak sedikit yang menyangsikan efikasi CoronaVac (vaksin produksi Sinovac). Benar, efikasinya relatif pas-pasan.

Saya malah mengritik keras uji klinis fase 3 CoronaVac yang tidak transparan. Namun, dalam situasi bencana, jika hanya ada angkot untuk mengevakuasi korban, apa kita akan ngotot mencari bus mewah?

Yang penting, kita jangan tergantung pada satu jenis vaksin. Karena itu, riset untuk menemukan vaksin dan obat Covid-19 menjadi kepentingan strategis Indonesia, dengan memanfaatkan kekayaan biodiversitas kita.

Serokonversi

Di medsos banyak beredar cerita tentang orang yang sudah divaksin tapi tetap positif Covid-19. Cerita seperti ini jelas menimbulkan persepsi negatif terhadap vaksinasi.

Jika persepsi ini dibiarkan, cakupan vaksinasi berisiko jauh di bawah level herd immunity. Peluang ekonomi dan bisnis dari vaksinasi bisa redup atau bahkan hilang.

Baca juga: Klaster Perkantoran di Jakarta Meningkat karena Euforia Vaksinasi Covid-19

Karena itu, edukasi publik soal vaksin ini harus maksimal. Masyarakat perlu diedukasi sesering mungkin bahwa: (1) imunitas dari vaksin muncul paling cepat 14-28 hari setelah suntikan kedua, (2) akan ada sebagian kecil penerima vaksin yang sangat lambat/gagal memiliki imunitas, dan (3) imunitas itu tidak bertahan tahunan.

Rujukan saya untuk butir 1 dan 2 adalah data serokonversi CoronaVac yang dilaporkan oleh Profesor Yanjun Zhang et al dalam Safety, tolerability, and immunogenicity of an inactivated SARS-CoV-2 vaccine in healthy adults aged 18-59 years: a randomized, double-blind, placebo-controlled, phase 1/2 clinical trial (The Lancet Infectious Diseases, 17/11/2020).

Serokonversi adalah periode ketika badan kita mulai memproduksi antibodi pada level yang bisa dideteksi. Untuk butir ketiga, rujukannya dari konsensus ilmiah yang ada sekarang.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com