Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bahlil Lahadalia, Mantan Sopir Angkot yang Bakal Bawa 3 Investasi Baru ke Indonesia

Kompas.com - 29/04/2021, 10:00 WIB
Fika Nurul Ulya,
Bambang P. Jatmiko

Tim Redaksi

"Yakinlah, berangkat dari pengalaman saya 1,5 tahun ini, Insya Allah secercah harapan ke depan akan lebih baik, apalagi ditopang oleh BKPM yang luar biasa," ucap Bahlil.

Genjot investasi manufaktur

Bahlil berjanji akan menggenjot investasi di sektor manufaktur ke depan. Namun sekarang, dia menggenjot terlebih dahulu investasi di tingkat tersier dan sekunder, agar mampu menyerap tenaga kerja.

Tak bisa dimungkiri, pandemi Covid-19 membuat banyak pekerja terkena PHK, melonjaknya pengangguran, meningkatnya angka kemiskinan, dan melesatnya gini rasio.

Baca juga: Bahlil: Singapura Resesi, Tak Pengaruh ke Investasi Indonesia

Di kuartal I, sektor perumahan, kawasan industri, dan perkantoran berada dalam posisi realisasi investasi tertinggi mencapai Rp 29,4 triliun.

Kemudian, diikuti oleh industri logam dasar, barang logam bukan mesin dan peralatannya sebesar Rp 27,9 triliun, transportasi gudang dan telekomunikasi Rp 25,6 triliun, makanan dan minuman Rp 21,7 triliun, serta listrik, gas dan air Rp 20,2 triliun.

Adapun negara yang masuk dalam 5 besar antara lain, Singapura dengan nilai 2,6 miliar dollar AS, diikuti China 1 miliar dollar AS, Korea Selatan 900 juta dollar AS, Hong Kong 800 juta dollar AS, dan Swiss 500 juta dollar AS.

"Memang investasi sekarang ini berbasis teknologi, tapi kita juga dorong kepada padat karya. Karena kita sekarang ini berkejar-kejaran dengan bagaimana menciptakan lapangan pekerjaan. Teknologi terlalu dominan (di industri manufaktur), maka penciptaan lapangan pekerjaan juga tidak baik," papar Bahlil.

Mempermudah izin

Selain mengurus seluruh pengusaha tanpa pandang bulu, dia akan mendesain perizinan investasi semudah mungkin. Agar investor tak lari ke negara Asia lain yang dinilainya lebih mudah dan pro investor.

Menahan izin sama dengan menahan laju pertumbuhan ekonomi nasional dan menahan penciptaan lapangan pekerjaan.

Bagaimanapun, investasi berkontribusi sekitar 30 persen terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia. Kontributor pertama yang menyumbang sekitar 60 persen, datang dari konsumsi rumah tangga.

Baca juga: Kejar Target Investasi, Bahlil Sebut Libatkan "Tim Mawar"

Kendati demikian, konsumsi itu tidak tercipta bila investasi yang mampu menyerap tenaga kerja tidak lahir. Kepastian pendapatan hanya terwujud apabila ada lapangan pekerjaan.

"Jadi saya pikir ke depan tolong kami kasih waktu. Saya tahu tugas ini bukan tugas ringan, ini tugas berat. Karena itu kami mohon doa," harapnya.

Membawa 3 investasi baru

Guna menggenjot investasi Rp 900 triliun, Bahlil aktif melakukan komunikasi dari para investor berpotensi, salah satunya pabrikan mobil listrik asal AS, Tesla.

Tesla dikabarkan tertarik di bidang Energy Storage System (ESS). ESS merupakan bagian dari proyek rantai pasok ekosistem industri baterai di Indonesia.

Kerjanya seperti power bank dengan giga baterai skala besar yang mampu menyimpan tenaga listrik besar hingga ratusan megawatt (MW).

Selain Tesla, ada 3 investasi baru yang akan masuk ke RI tahun ini. Kendati demikian, Bahlil belum mau menyebutkan nama perusahaan dan industri di bidang apa tiga investasi baru tersebut.

"Tapi yakinlah bahwa tahun ini ada 2-3 barang baru yang saya akan sampaikan pada waktunya," tegas Bahlil.

Namun sebelum itu, Bahlil perlu membereskan "dapur"nya terlebih dahulu. Kementerian diberi waktu selama 100 hari ke depan untuk mengubah struktur kepengurusan, mempebarui sistem OSS, dan mengembangkan SDM yang sesuai dengan tugas dan fungsi kementerian.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com