Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
KILAS

Seiring Naiknya Kebutuhan Gas, Archandra Optimis Kinerja PGN Meningkat

Kompas.com - 29/04/2021, 19:19 WIB
Inang Sh ,
Mikhael Gewati

Tim Redaksi

 

KOMPAS.com - Komisaris Utama PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGN) Arcandra Tahar optimistis kinerja PGN akan meningkat seiring perkembangan proyek dan kebutuhan gas di masa mendatang.

“Menurut Wood Mackenzie, benar bahwa kebutuhan gas pada 2020 turun. Tapi pada 2030, akan ada peningkatan sekitar 550 juta ton per tahun seiring dengan perkembangan proyek gas yang ada,” ujarnya saat menjadi narasumber dalam Gasfest Conference 2021, Rabu (28/4/2021).

Arcandra menilai, kebutuhan liquefied natural gas (LNG) dunia untuk 10 tahun mendatang masih menunjukkan tren positif.

Kebutuhan LNG dan gas tetap akan naik walaupun perkembangan energi terbarukan akan menggantikan sebagian permintaan dari energi.

Baca juga: Tingkatkan Efisiensi dan Efektivitas, PGN Terapkan Sipgas dan Utamakan Safety

“Ada risikonya kalau virus (Covid-19) belum mampu diatasi pada 2021, kebutuhan permintaan yang digambarkan tidak akan tercapai,” ungkapnya.

Namun demikian, lanjut Arcandra, pihaknya berharap perkembangan proyek, vaksin, dan sebagainya akan membuat kebutuhan LNG naik.

“Kemungkinan besar akan menyamai seperti sebelum Covid-19 terjadi, diiringi dengan menggeliatnya ekonomi pada 2021,” paparnya.

Arcandra juga mengatakan bahwa PGN berharap industri gas akan tetap tumbuh. Gas adalah salah satu bentuk energi yang dibutuhkan dalam masa transisi dari bahan bakar fosil menuju energi terbarukan.

Baca juga: Dukung RDMP Kilang Jangkah Menengah, PGN Bangun 2 Proyek Ini

“Kami tidak bisa langsung memenuhi kebutuhan energi dari fossil fuel ke renewable energy secara serta merta. Harus ada perantaranya, salah satunya adalah gas,” imbuhnya.

Dukungan untuk upaya eksplorasi

Adapun Ketua Komisi VII DPR RI Sugeng Suparwoto yang juga hadir dalam Gasfest Conference 202 mendukung upaya-upaya eksplorasi dan pemanfaatan gas bumi.

Hal itu harus dilakukan sebagai bentuk optimisme prospek yang positif pada permintaan gas di masa transisi energi.

Dia mengatakan, cadangan gas bumi kurang lebih ada 43,6 trillion cubic feet (TCF), sehingga diharapkan mampu mengatasi krisis energi fosil, yaitu minyak di masa depan.

Sepakat dengan Arcandra, Sugeng menilai gas bumi dapat menjadi perantara di masa transisi energi menuju energi terbarukan dan dapat menjadi peaker di saat-saat tertentu, khususnya untuk pembangkit listrik.

Baca juga: Meski Kinerja Keuangan Merugi Pada 2020, PGN Masih dalam Kondisi Baik

Selain itu, ada pertumbuhan LNG pada 2035 yang diperkirakan dari China, ASEAN, dan Asia Selatan (Bangladesh dan Pakistan).

Thailand sebagai salah satu negara dengan konsumsi gas cukup tinggi di Asia Tenggara, diperkirakan ke depan permintaan LNG-nya juga akan meningkat.

Menurut Manager International Business Strategy and Development Department PTT Public Company Limited Paramete Hoisungwan, produksi gas domestik dan tambahan suplai gas dari Myanmar di Thailand ke depan akan mengalami penurunan.

Dengan begitu, pasokan tambahan untuk LNG akan dibutuhkan. Tren permintaan LNG juga terus meningkat sekitar 4500-5000 million standard cubic feet (MSCF) per day sampai 2048.

Paramete mengatakan, pemerintah mendorong peningkatan suplai gas dengan mengimpor LNG dan memberikan mandat kepada PTT untuk mengembangkan infrastruktur LNG Receiving Terminal dengan kapasitas sekitar 7,5 Million Tonnes Per Annum yang akan selesai pada 2022.

Baca juga: Di Tengah Pandemi, PGN Sukses Tuntaskan Penugasan dari Pemerintah

“Dengan begitu, diharapkan dapat memenuhi demand gas yang tinggi dan mendorong pengelolaan gas dan LNG yang baik untuk mendukung ekonomi,” ujarnya.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Pegadaian Bukukan Laba Bersih Rp 1,4 Triliun pada Kuartal I 2024

Pegadaian Bukukan Laba Bersih Rp 1,4 Triliun pada Kuartal I 2024

Whats New
Program Makan Siang Gratis Butuh 6,7 Ton Beras Per Tahun, Bulog Tunggu Arahan Pemerintah

Program Makan Siang Gratis Butuh 6,7 Ton Beras Per Tahun, Bulog Tunggu Arahan Pemerintah

Whats New
BTN Cetak Laba Bersih Rp 860 Miliar pada Kuartal I 2024

BTN Cetak Laba Bersih Rp 860 Miliar pada Kuartal I 2024

Whats New
Bulog Siap Jadi Pembeli Gabah dari Sawah Hasil Teknologi Padi China

Bulog Siap Jadi Pembeli Gabah dari Sawah Hasil Teknologi Padi China

Whats New
Bulog Baru Serap 633.000 Ton Gabah dari Petani, Dirut: Periode Panennya Pendek

Bulog Baru Serap 633.000 Ton Gabah dari Petani, Dirut: Periode Panennya Pendek

Whats New
Dari Perayaan HUT hingga Bagi-bagi THR, Intip Kemeriahan Agenda PUBG Mobile Sepanjang Ramadhan

Dari Perayaan HUT hingga Bagi-bagi THR, Intip Kemeriahan Agenda PUBG Mobile Sepanjang Ramadhan

Rilis
INACA: Iuran Pariwisata Tambah Beban Penumpang dan Maskapai

INACA: Iuran Pariwisata Tambah Beban Penumpang dan Maskapai

Whats New
Bank DKI Sumbang Dividen Rp 326,44 Miliar ke Pemprov DKI Jakarta

Bank DKI Sumbang Dividen Rp 326,44 Miliar ke Pemprov DKI Jakarta

Whats New
OASA Bangun Pabrik Biomasa di Blora

OASA Bangun Pabrik Biomasa di Blora

Rilis
Pengumpulan Data Tersendat, BTN Belum Ambil Keputusan Akuisisi Bank Muamalat

Pengumpulan Data Tersendat, BTN Belum Ambil Keputusan Akuisisi Bank Muamalat

Whats New
Cara Hapus Daftar Transfer di Aplikasi myBCA

Cara Hapus Daftar Transfer di Aplikasi myBCA

Work Smart
INA Digital Bakal Diluncurkan, Urus KTP hingga Bayar BPJS Jadi Lebih Mudah

INA Digital Bakal Diluncurkan, Urus KTP hingga Bayar BPJS Jadi Lebih Mudah

Whats New
Suku Bunga Acuan BI Naik, Anak Buah Sri Mulyani: Memang Kondisi Global Harus Diantisipasi

Suku Bunga Acuan BI Naik, Anak Buah Sri Mulyani: Memang Kondisi Global Harus Diantisipasi

Whats New
Ekonom: Kenaikan BI Rate Bakal 'Jangkar' Inflasi di Tengah Pelemahan Rupiah

Ekonom: Kenaikan BI Rate Bakal "Jangkar" Inflasi di Tengah Pelemahan Rupiah

Whats New
Menpan-RB: ASN yang Pindah ke IKN Bakal Diseleksi Ketat

Menpan-RB: ASN yang Pindah ke IKN Bakal Diseleksi Ketat

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com