Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Luhut Dorong Penerapan Teknologi STAL dalam Pengolahan Nikel

Kompas.com - 30/04/2021, 09:42 WIB
Yohana Artha Uly,
Ambaranie Nadia Kemala Movanita

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan mengapresiasi inovasi pengembangan teknologi Step Temperature Acid Leaching (STAL).

Teknologi pengolahan mineral secara hidrometalurgi tersebut dikembangkan oleh PT Trinitan Metal and Minerals Tbk.

"Ini ada pengembangan teknologi baru dari anak bangsa, kita dukunglah. Saya ingin produk-produk dalam negeri terus maju,” ujar Luhut dalam keterangan tertulis, Jumat (30/4/2021).

Baca juga: Direktur IWIP Nilai Indonesia Berperan Penting dalam Produksi Nikel Dunia

Pengembangan teknologi STAL pada nickel ore (bijih nikel) yang diproses dengan tekanan atmosfir (atmospheric pressure), mampu menghasilkan recovery nikel di atas 90 persen.

Teknologi STAL juga menghasilkan limbah yang lebih ramah lingkungan dan dapat dikelola kembali menjadi produk yang bernilai dibandingkan teknologi High Pressure Acid Leach (HPAL), pemurnian nikel yang saat ini banyak digunakan oleh para penambang.

Limbah STAL menghasilkan residu Fe (besi) dan Al (aluminium) yang bisa diolah menjadi iron ore dan produk lainnya.

Selain itu, STAL juga dinilai akan menghasilkan emisi karbon yang lebih rendah dibandingkan teknologi pengolahan nikel lainnya.

Luhut pun meminta agar teknologi STAL dapat terus dikembangkan dan diharapkan semua pemangku kepentingan dapat bekerja sama dengan baik untuk mendukung penerapan teknologi ini.

Baca juga: Macet di Terusan Suez Sebabkan Ekspor Kayu hingga Nikel RI Terhambat

Terkait dengan investasi teknologi STAL, ia berharap Indonesia dapat menarik investor yang sesuai untuk pengembangan teknologi ini.

Ia bilang, perlu penyampaian data yang jelas terkait teknologi STAL agar menarik para investor.

"Kita tidak mau main-main. Jadi makanya sekarang orang bicara soal green (ramah lingkungan), jadi jangan ditipu lagi dengan data-data yang tidak benar,” kata Luhut.

Pengembangan teknologi STAL yang menggunakan metode hidrometalurgi ini, dipandang sebagai terobosan untuk aplikasi teknologi pengolahan nikel dalam skala lebih kecil, dibandingkan dengan jenis-jenis teknologi yang digunakan pada industri pengolahan logam dasar.

Teknologi tersebut dapat berbentuk secara modular dan dipandang cocok untuk diterapkan pada lokasi-lokasi yang dekat dengan wilayah pertambangan nikel (mine mouth).

Baca juga: 5 Langkah Pemerintah Menghadapi Gugatan Uni Eropa soal Ekspor Nikel

Dengan teknologi modular ini, dinilai besaran yang dibutuhkan akan bisa dijangkau oleh industri pertambangan pada skala yang lebih kecil dan yang banyak terdapat di Indonesia.

Desain teknologi STAL yang dikembangkan ini akan membutuhkan 170.000 ton bijih nikel per tahun atau 600 ton per hari untuk setiap modular STAL.

STAL dapat mengolah Nickel Ore dengan kadar rendah sampai 1.1 persen.

Kemudian listrik yang dibutuhkan dalam menggunakan teknologi ini, yakni 1,3 mega watt hour untuk menghasilkan 1.800 ton nikel.

Teknologi STAL akan mengembangkan aplikasi cloud monitoring dan sistem kontrol untuk semua proses manufaktur dan dapat memberikan informasi yang dapat dipercaya kepada semua pihak.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com