Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

[TREN FOODIE KOMPASIANA] Ramai-ramai Jadi Kritikus Makanan | Kue Tempel Legendaris Khas Tegal | Resep Kurma Cheesecake Maroko

Kompas.com - 30/04/2021, 17:17 WIB
Harry Rhamdhani

Penulis

KOMPASIANA---Konten makan-makan kini semakin sering kita temui, tidak hanya di televisi tapi media sosial seperti YouTube, Instagram, hingga Twitter.

Akan tetapi, tahukah kamu, selain sekadar membuat review makanan, ternyata ada juga profesi khusus untuk itu: kritikus makanan.

Biasanya kritikus makanan ini diminta mencicipi dan menilai rasa makanan secara akurat, bukan sekadar enak dan tidak enak.

Selain itu, kritikus makanan juga mesti paham bagaimana sebuah bisnis makanan ini bekerja. Sehingga tahu kepada siapa makanan ini akan disajikan dengan tepat.

1. Sebelum Jadi Kritikus Makanan, Perhatikan 5 (Lima) Hal Penting Ini

Sebagian ada yang berpendapat kritikus ya kritik. Ulasannya ya kritik tok, tidak ada pujian, puja-puji hanya diberikan oleh para reviewer atau tepatnya para endorser.

Jika demikian pembagiannya, Kompasianer Elly Suryani kurang sepakat.

Meskipun penilaian yang diberi embel-embel bertanggung jawab itu bisa saja subjektif, tulisnya, kritikus makanan sesungguhnya melakukan kritikannya dengan melihat fakta yang ada.

"Pada saat tempat yang diulasnya mengalami kemajuan, dia memberikan ulasan kemajuan tersebut. Dan ketika makanan yang dicicip memang the best, gak ada cela, ya tidak maksa dikritik melainkan dipuji," tulis Kompasianer Elly Suryani. (Baca selengkapnya)

2. Kue Tempel Legendaris Khas Tegal yang Masih Eksis dan Laris Manis

Selain terkenal dengan warung makannya, ternyata Tegal mempunyai berbagai makanan khas yang siap menggoyang lidah: Kue Tempel, misalnya.

Kue Tempel ini amat legendaris karena sudah ada sejak tahun 1940-an. Bahkan, menurut Kompasianer Siti Shofia setelah menemui penjualnya, kue tempel begitu disukai "pendatang".

Kompasianer Siti Shofia berhasil menemui Tante Ay Tjoen atau Mamah Cun (76) yang berjualan di Jalan Raya HOS Cokroaminoto, Pekauman, Kecamatan Tegal Barat.

"Hanya dengan sebuah meja kecil, etalase, "jengkok" kecil, dan kompor tentunya untuk memasak," tulisnya.

Alih-alih dilupakan dan tertinggal karena sudah jarang dijumpai, lanjutnya, kue tempel Mamah Cun sangat laris manis dan selalu ramai oleh pembeli. (Baca selengkapnya)

3. Kurma Cheesecake Maroko Si Pemanis Ramadan

Buah kurma ini menjadi amat populer setiap kali bulan ramadan tiba. Tapi, di Jerman kurma justru bisa ditemui setiap hari, khususnya supermarket khas Turki.

Bedanya, seperti yang Kompasianer Hennie Triana amat di dekat tempat tinggalnya, jumlah kurma di pasaran relatif meningkat saat Ramadan tiba.

"Kurma yang ada di pasaran Jerman kebanyakan berasal dari Tunisia," tulisnya.

Namun, ada satu camilan yang selalu mengingatkan Kompasianer Hennie Triana setiap kali bulan ramdhan ini tiba: Kurma Cheesecake Maroko, namanya.

Oleh karena itu, setipa kali bulan ramdhan, meski tinggal di Jerman, maka Kompasianer Hennie Triana akan membuatnya sendiri di rumah.

"Bahan crust saya gunakan biskuit jadi. Selain tidak mahir, juga repot jika harus membuat sendiri. Loyang yang saya gunakan adalah ukuran 20 x 20, sedangkan di resep 30 x 40," tulis Kompasianer Hennie Triana.

Untuk bahan dan cara membuatnya, silakan simak selengkapnya di sini.

***

Tertarik dengan konten-konten makanan yang tengah hits saat ini? Kunjungi subkategori Lyfe di Kompasiana: Foodie.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com