Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Chappy Hakim
KSAU 2002-2005

Penulis buku "Tanah Air Udaraku Indonesia"

Pandemi yang Mengubah Arah Industri Penerbangan Global

Kompas.com - 03/05/2021, 07:07 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

SEJAK Wright Brothers berhasil menerbangkan pesawat terbangnya untuk pertama kali di Kill Devil Hill North Carolina pada tahun 1903, moda transportasi udara bergerak maju dengan cepat.

Sejak usainya perang dunia ke 2, penerbangan sipil komersial bergerak pesat merajut jejaring rute penerbangan internasional antara lain dibawah koordinasi ICAO, International Civil Aviation Organization dan IATA, International Air Transport Association.

Industri penerbangan berkembang dengan laju percepatan yang sangat mengagumkan dan pabrik pesawat terbang bersaing ketat dalam memperebutkan pasar angkutan udara. Karena membutuhkan modal besar dan tenaga ahli spesialis di bidang penerbangan serta sangat memerlukan perencanaan strategis jangka panjang, maka tidak banyak pabrik pesawat terbang yang dapat meraih sukses.

Di permukaan terlihat dua pabrik pesawat terbang raksasa yang berlomba dari waktu ke waktu dalam memperebutkan pasar angkutan udara antar bangsa. Boeing yang mewakili Amerika Serikat dan Airbus yang merupakan representasi benua Eropa bersaing dalam kompetisi yang penuh romantika.

Baca juga: Penerbangan Reguler dari India ke Indonesia Dihentikan

Persaingan kedua pabrik pesawat terbang ini masuk dalam kurva yang terus menanjak seolah tanpa jeda sampai pada titik kedatangan pandemic yang seolah menghentikannya secara paksa, setidaknya untuk sementara.

Bermula pada tahun 1957 yang berarti hanya selang 54 tahun saja sejak pesawat terbang pertama berhasil diterbangkan, Boeing telah berhasil memproduksi pesawat terbang sipil komersial B-707 yang terkenal itu.

Pesawat yang mampu membawa penumpang sekitar 140 orang tersebut telah sukses memasuki pasar dunia yang ditandai dengan Boeing memproduksi lebih dari 1.000 pesawat untuk melayani permintaan dari segenap penjuru dunia.

Pabrik Boeing menghentikan produksinya pada tahun 1979 setelah menurun drastisnya permintaan pasar terhadap B-707.

Terbang pertama kalinya di tahun 1969, Boeing meluncurkan pesawat barunya yang segera saja merajai angkasa. B-747 yang bergelar Jumbo karena kemampuannya yang dapat membawa penumpang hingga 600 orang. Pesawat terbang raksasa ini bermesin jet 4 buah dengan kabin bertingkat telah menjadi simbol status “kebanggaan” dari semua Maskapai Penerbangan.

Walaupun harus mengakhiri laju produksinya pada tahun 2020 nanti, B-747 telah sukses menembus angka lebih dari 1500 pesawat terbang yang dihasilkan untuk memenuhi permintaan pasar dunia. B-747 tidak saja dikenal sebagai “Jumbo Jet” akan tetapi juga di juluki “Queen of the Skies”, karena bentuknya yang cantik. B-747 dengan berbagai varian nya telah menjadi legenda dunia penerbangan dengan kemampuan bertahan di pasar global selama lebih dari 50 tahun.

Pada tahun yang sama 1969 Eropa merespons kompetisi perebutan pasar global dengan meluncurkan Concorde, produk pesawat terbang yang sangat fenomenal. Concorde menjadi pesawat terbang sipil komersial pertama yang dapat terbang lebih dari 2 X kecepatan suara dengan ketinggian 60.000 ft dan mampu membawa sebanyak 100 penumpang.

Baca juga: Maskapai Penerbangan Dilarang Angkut Penumpang pada 6-17 Mei 2021

Sebuah terobosan yang fantastis terutama bagi pelayanan jasa perhubungan udara internasional. Concorde tidak bernasib baik dalam bersaing dengan pesawat lainnya, dan hanya mampu diproduksi sebanyak 20 pesawat saja.

Concorde juga hanya sempat melayani penumpang kelas “Jet-set” selama 7 tahun yaitu sejak 1976 sampai dengan 2003. Kurangnya minat penumpang pesawat terbang untuk bepergian menggunakan Concorde menyebabkan hanya dua maskapai penerbangan yang meng-operasikannya yaitu British Airways dan Air France.

Perkembangan selanjutnya dari produksi pesawat terbang adalah dalam hal menghasilkan pesawat terbang yang irit bahan bakar dan ramah lingkungan antara lain menurunkan tingkat kebisingan. Pada versi ini kemudian dikenal jenis Boeing B-777 dan Airbus A-330.

Kedua pesawat terbang tersebut mewakili era pesawat berbadan lebar untuk penerbangan jarak jauh dengan tenaga 2 mesin saja. Mesin yang tidak hanya irit dalam penggunaan bahan bakar, apalagi dibanding dengan pesawat sebelumnya yang bermesin 4 buah, juga di disain dengan tingkat kebisingan yang lebih rendah. Untuk diketahui, ICAO telah mempromosikan industri penerbangan yang juga memperhatikan trend global yang “go green”.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com