Pada tahun 2005 Airbus menggulirkan produk barunya yang cukup spektakuler yaitu A-380 pesawat raksasa yang mampu membawa penumpang hampir mencapai angka 900 orang.
Sempat di produksi sebanyak 242 unit, A-380 menjadi sulit bersaing karena antara lain masih menggunakan 4 buah mesin. Di samping itu pasar penumpang ternyata tidak berorientasi kepada jumlah penumpang yang banyak.
Tanda tanda akan dihentikannya produksi A-380 sudah terlihat beberapa waktu sebelum Pandemi Covid 19 merebak. Ke depan dipastikan akan sulit untuk dapat mengembangkan pesawat terbang A-380 ini, karena pasar memang sudah bergeser pada pesawat bermesin 2 dan mesin yang irit BBM.
Baca juga: Menakar Masa Depan Bisnis Penerbangan RI, Kapan Kembali Normal?
Belakangan ini arena persaingan pesawat bermesin 2 irit BBM dikuasai oleh jenis pesawat B-737 versus Airbus A-320 dengan berbagai varian yang berkembang. Puncak dari persaingan ini adalah tersungkurnya jenis B-737 MAX 8 dengan kejadian kecelakaan Lion Air dan Ethiopian Airlines yang menelan ratusan korban jiwa.
Tragedi yang terlihat sebagai sebuah momentum dimana masyarakat penerbangan dunia kemudian mempertanyakan kredibilitas pabrik pesawat terbang Boeing sekaligus otoritas penerbangan paling terkemuka dan bergengsi FAA, Federal Aviation Adminstration.
Demikianlah kompetisi dalam industri penerbangan yang berjalan dengan dinamis dan penuh dengan persaingan ketat memperebutkan pasar global. Kemajuan teknologi telah merekayasa apa saja mulai dari ukuran pesawat, kecepatan pesawat hingga efisiensi penggunaan bahan bakar serta program pengurangan kebisingan berlangsung meriah dari waktu ke waktu.
Kesemua itu memang berada di tengah sebuah proses dari ujud pelayanan angkutan udara global yang tengah mencari bentuknya yang pas. Sayangnya , tanpa mampu diantisipasi tiba tiba saja datang tsunami pandemi Covid-19 yang langsung dengan seketika memporak porandakan industri penerbangan dunia.
Ke depan bagaimana corak dari pelayanan moda angkutan udara akan terbangun, masih menjadi tanda tanya besar. Ke mana arah industri penerbangan global akan menuju menjadi sulit untuk memperoleh jawabannya. Yang jelas arus penumpang yang selama ini bepergian dengan moda angkutan udara tiba tiba saja menurun drastis.
Walau tuntutan akan kebutuhan angkutan barang dan penerbangan charter kelihatannya tidak begitu terganggu namun tetap saja sebelum dunia mampu mengatasi pandemic Covid-19 dengan tuntas, maka arah dari industri penerbangan akan menuju kemana tidak ada seorang pun yang mampu meramalkannya dengan pasti kecuali sang “waktu” yang akan memberikan jawabannya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.