Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

[TREN KESEHATAN KOMPASIANA] Belajar dari "Second Wave of Pandemic" India | Impfpass, Buku Vaksin di Jerman | Mengenal Penggolongan Obat

Kompas.com - 04/05/2021, 15:15 WIB
Harry Rhamdhani

Penulis

KOMPASIANA---Sejak Maret, seperti dikutip dari AFP, India sudah mencatatkan sekitar delapan juta kasus virus corona baru.

Akibat gelombang kedua di India ini telah melumpuhkan sistem kesehatan, membuat rumah sakit kehabisan ranjang perawatan maupun oksigen.

Dari beragam laporan, New Delhi pada akhir pekan mencatatkan rekor 400 kematian virus corona.

Pemimpin Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Eropa memperingatkan, krisis Covid-19 di India dapat terjadi di negara mana pun.

Semoga ini bisa jadi pelajaran bagi Indonesia agar tetap menjaga dan menerapkan protokol kesehatan.

1. Belajarlah dari India yang Lengah di "Second Wave of Pandemic"

Menurut Kompasianer Heri Bertus ada beberapa faktor yang menyebabkan India sekarang ini berada di gelombang kedua dalam kasus virus corona, seperti masih melakukan acara (social gathering) dalam jumlah yang besar tanpa mematuhi protokol kesehatan.

Walaupun India boleh dikatakan sudah berhasil dalam menurunkan angka kasus positif virus corona pada gelombang pertama (first wave) sebelumnya, tetapi ini malah memicu kasus baru lagi di gelombang kedua.

"Mereka tidak sadar dan terlena akan penyebaran virus corona yang begitu cepat, dan mereka juga sudah berasumsi bahwa mereka telah berhasil dalam menangani virus corona ini," tulis Kompasianer Heri Bertus.

Belajar dari situasi di India, semoga pemerintah Indonesia begitu ada gelombang kedua dari wabah virus corona bisa lebih siap dan mengantisipasinya. (Baca selengkapnya)

2. Impfpass, Buku Vaksin Wajib Dimiliki Semua Warga Jerman

Walaupun lazimnya semua warga Jerman tahu untuk membawa buku vaksin jika akan melakukan vaksinasi, tetapi petugas dari praktik dokter tidak jarang untuk mengingatkan.

Impfpass, nama buku tersebut seperti dituliskan Kompasianer Hennie Triana.

"Impfpass adalah buku mini berwarna kuning yang berlaku internasional, menyimpan catatan jenis vaksin yang telah diterima seseorang sejak lahir hingga dewasa," lanjutnya.

Jadi, Dokter di Jerman wajib menyimpan rekam medis pasiennya selama sepuluh tahun. Buku vaksin tersebut juga langsung didapatkan Kompasianer Hennie Triana saat baru pindah ke Jerman. (Baca selengkapnya)

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Jasa Marga: 109.445 Kendaraan Tinggalkan Jabotabek Selama Libur Panjang Paskah 2024

Jasa Marga: 109.445 Kendaraan Tinggalkan Jabotabek Selama Libur Panjang Paskah 2024

Whats New
Survei Prudential: 68 Persen Warga RI Pertimbangkan Proteksi dari Risiko Kesehatan

Survei Prudential: 68 Persen Warga RI Pertimbangkan Proteksi dari Risiko Kesehatan

Earn Smart
7 Contoh Kebijakan Fiskal di Indonesia, dari Subsidi hingga Pajak

7 Contoh Kebijakan Fiskal di Indonesia, dari Subsidi hingga Pajak

Whats New
'Regulatory Sandbox' Jadi Ruang untuk Perkembangan Industri Kripto

"Regulatory Sandbox" Jadi Ruang untuk Perkembangan Industri Kripto

Whats New
IHSG Melemah 0,83 Persen dalam Sepekan, Kapitalisasi Pasar Susut

IHSG Melemah 0,83 Persen dalam Sepekan, Kapitalisasi Pasar Susut

Whats New
Nasabah Bank DKI Bisa Tarik Tunai Tanpa Kartu di Seluruh ATM BRI

Nasabah Bank DKI Bisa Tarik Tunai Tanpa Kartu di Seluruh ATM BRI

Whats New
Genjot Layanan Kesehatan, Grup Siloam Tingkatkan Digitalisasi

Genjot Layanan Kesehatan, Grup Siloam Tingkatkan Digitalisasi

Whats New
Pelita Air Siapkan 273.000 Kursi Selama Periode Angkutan Lebaran 2024

Pelita Air Siapkan 273.000 Kursi Selama Periode Angkutan Lebaran 2024

Whats New
Puji Gebrakan Mentan Amran, Perpadi: Penambahan Alokasi Pupuk Prestasi Luar Biasa

Puji Gebrakan Mentan Amran, Perpadi: Penambahan Alokasi Pupuk Prestasi Luar Biasa

Whats New
Pengertian Kebijakan Fiskal, Instrumen, Fungsi, Tujuan, dan Contohnya

Pengertian Kebijakan Fiskal, Instrumen, Fungsi, Tujuan, dan Contohnya

Whats New
Ekspor CPO Naik 14,63 Persen pada Januari 2024, Tertinggi ke Uni Eropa

Ekspor CPO Naik 14,63 Persen pada Januari 2024, Tertinggi ke Uni Eropa

Whats New
Tebar Sukacita di Bulan Ramadhan, Sido Muncul Beri Santunan untuk 1.000 Anak Yatim di Jakarta

Tebar Sukacita di Bulan Ramadhan, Sido Muncul Beri Santunan untuk 1.000 Anak Yatim di Jakarta

BrandzView
Chandra Asri Bukukan Pendapatan Bersih 2,15 Miliar Dollar AS pada 2023

Chandra Asri Bukukan Pendapatan Bersih 2,15 Miliar Dollar AS pada 2023

Whats New
Tinjau Panen Raya, Mentan Pastikan Pemerintah Kawal Stok Pangan Nasional

Tinjau Panen Raya, Mentan Pastikan Pemerintah Kawal Stok Pangan Nasional

Whats New
Kenaikan Tarif Dinilai Jadi Pemicu Setoran Cukai Rokok Lesu

Kenaikan Tarif Dinilai Jadi Pemicu Setoran Cukai Rokok Lesu

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com