KOMPASIANA---Meski sudah dianggap jadi bagian hidup manusia, tetapi media sosial mesti bisa digunakan sebaik dan sebijak mungkin oleh penggunananya.
Bukanlah sebuah kabar baru bahwa media sosial justru jadi sumber permasalahan stres hingga muncul bentuk kejahatan baru.
Barangkali hanya di media sosial bisa jadi "panggung" untuk setiap orang mengekspresikan diri. Sehingga apa yang tampak di sana kerap membuat cemburu --secara tidak langsung-- atas apa yang dicapai orang lain.
Tidak perlu terlalu jauh jika media sosial tidak pernah ada, tapi bisakah kita sebenarnya hidup bahagia tanpa media sosial?
Berikut ini 5 konten terpopuler dan menarik di Kompasiana dalam sepekan.
1. Bisakah Kita Hidup Lebih Bahagia Tanpa Media Sosial?
Jika ada ungkapan yang tepat atas perilaku pengguna media sosial, inilah yang paling tepat menurut Kompasianer Dani Ramdani: saat aku bermain media sosial, maka aku ada.
Keberadaan media sosial (medsos) bukan hanya memberi esensi, medsos pada saat ini seakan menjadikan seseorang eksis di dunia ini.
Ketika seseorang tidak aktif bermain medsos, maka bisa jadi seseorang dianggap tidak eksis. Justru dipertanyakan keberadaannya.
"Disadari atau tidak, hal tersebut hanya akan membuat kita membandingkan kehidupan kita dengan orang lain, atau biasa disebut dengan social comparison," lanjut Kompasianer Dani Ramdani.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.