Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Denon Prawiraatmadja
Wakil Ketua Umum Kadin Indonesia Bidang Perhubungan

Kargo Udara, Masa Depan Bisnis Penerbangan Nasional

Kompas.com - 11/05/2021, 14:06 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Pandemi Covid-19 yang melanda dunia, termasuk di Indonesia, memporak-porandakan berbagai sendi bisnis dan perekonomian, termasuk di dalamnya adalah bisnis penerbangan nasional.

Sejak pandemi melanda Indonesia pada Maret 2020 lalu hingga sekarang, jumlah penumpang pesawat turun tajam hingga lebih dari 50 persen. Akibatnya, maskapai juga mengurangi jumlah penerbangan demi melakukan efisiensi biaya operasional.

Namun demikian, di balik ketidakberuntungan tersebut, terselip suatu sinar yang makin hari makin terlihat cerah bagi bisnis penerbangan nasional. Sinar tersebut adalah bisnis kargo udara yang ternyata tidak banyak terpengaruh oleh pandemi ini.

Baca juga: Penumpang Pesawat Diprediksi Terimbas Larangan Mudik, Kargo akan Tumbuh 10 Persen

 

Kargo udara adalah pengiriman berbagai macam barang dengan menggunakan moda transportasi udara seperti misalnya pesawat udara dan helikopter.

Kargo udara tidak terlalu berpengaruh oleh pandemi covid-19 karena yang diangkut adalah barang-barang kebutuhan masyarakat, bukan penumpang (manusia). Dengan demikian kargo udara dianggap tidak dapat ikut menyebarkan virus covid di masyarakat.

Bahkan, kargo udara justru harus terus diadakan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat yang dilarang untuk bepergian dan berkerumun. Untuk itu, kargo udara tidak dilarang, bahkan justru diharuskan tetap beroperasi.

Dengan demikian jumlahnya tidak banyak berkurang di saat pandemi jika dibanding dengan sebelum pandemi.

Jumlah kargo udara yang diangkut maskapai nasional pada tahun 2020 hanya turun sedikit dibanding penurunan jumlah penumpang. Misalnya data dari 15 bandara PT Angkasa Pura I, pada tahun 2020 lalu lalu lintas kargo udara yang dilayani adalah 436.049 ton. Hanya turun sedikit dari tahun 2019 yang tidak pandemi yaitu 481.180 ton.

Pada kuartal 1 tahun 2021 ini, Angkasa Pura I sudah melayani lalu lintas 105.411 ton kargo udara. Dan diprediksi pada akhir tahun 2021 jumlah kargo udara yang dilayani di 15 bandaranya mencapai 445.049 ton.

Berkah meningkatnya kargo udara juga didapat oleh maskapai Citilink. Selama masa pelarangan mudik lebaran tahun 2021, mereka memetik berkah dari pengiriman kargo udara.

Pada tanggal 6 Mei 2021, atau hari pertama larangan mudik, maskapai ini telah mengangkut sekitar 250 ton kargo udara ke beberapa kota seperti Jakarta, Medan, Surabaya, Makassar, Balikpapan, Pekanbaru, Pontianak, Batam dan kota-kota lainnya. Ada 36 penerbangan kargo ke 20 rute yang mereka laksanakan dengan pesawat Airbus A320, ATR 72-600 dan Boeing B735 freighter.

Citilink memanfaatkan peraturan yang telah dikeluarkan pemerintah pada April 2020 yaitu Surat Edaran Ditjen Perhubungan Udara No. 17/2020 tentang pesawat konfigurasi penumpang yang digunakan untuk mengangkut kargo di dalam kabin penumpang.

Baca juga: Dongkrak Bisnis Kargo, AP I Gandeng Asosiasi Logistik

 

Pesawat-pesawat Citilink yang biasanya digunakan untuk mengangkut penumpang, dipakai untuk mengangkut kargo, karena penumpangnya dilarang terbang.

Kondisi Geografis

Bisnis kargo udara Indonesia yang tahan banting dari pandemi juga dikarenakan beberapa hal. Yang pertama tentunya bahwa dalam kondisi apapun, setiap manusia pasti memerlukan barang untuk memenuhi kebutuhannya. Baik itu barang makanan, sandang, papan dan barang kebutuhan lain.

Barang-barang tersebut sebagian harus didapatkan dari luar daerah dan memerlukan transportasi untuk mengirimkannya, termasuk transportasi udara atau penerbangan.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com