KOMPASIANA---Salah satu momen paling dinanti-nanti oleh anak-anak pada umumnya saat lebaran adalah salam tempel.
Tradisi tersebut adalah ketika anak-anak ini mendapat sedikit 'bingkisan' dari para sanak saudara berupa uang.
Namun kini tradisi salam tempel mendapat pertentangan dari orangtua. Sebab tradisi ini dapat membuat anak-anak salah mengerti mengenai momentum lebaran.
Akan tetapi, tanpa perlu menghilangkan tradisinya, kebiasaan salam tempel dalam wujud uang kini bisa kita ganti dalam bentuk lain, seperti mainan atau parcel.
Berikut ini konten-konten menarik dan populer di Kompasiana terkait budaya salam tempel:
1. Mengapa Saya Kurang Setuju dengan Tradisi Salam Tempel untuk Anak-anak
Kompasianer Irmina Gultom menilai tradisi salam tempel ini sedikit banyak memberikan efek yang tidak baik terhadap pemahaman anak-anak. Apa saja itu?
Pertama, katanya, anak-anak tidak menghayati makna sebenarnya dari suatu acara. Ketika ada tradisi salam tempel, yang diingat anak-anak ya bisa jadi hanya salam tempelnya. Mereka tidak fokus pada silaturahmi dengan keluarganya. Padahal anak-anak juga perlu membangun bonding dengan kerabatnya yang lain.
Kedua, berpotensi menimbulkan watak materialistis. (Baca selengkapnya)
2. Jangan Sampai Tradisi Salam Tempel Jadi Budaya Meminta-minta
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.