Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Seperti Apa Kehidupan Ekonomi Warga Palestina?

Kompas.com - 13/05/2021, 00:07 WIB
Muhammad Idris

Penulis

KOMPAS.com - Sebagai negara yang selama puluhan tahun dilanda konflik dengan Israel, Palestina bisa dibilang memiliki perekonomian yang hampir tak pernah stabil. Negara ini praktis banyak mengandalkan bantuan internasional untuk menggerakkan roda ekonominya.

Selain itu, dengan banyaknya wilayah yang diduduki Israel, warga Palestina juga sangat bergantung pada Israel.

Wilayah Palestina kini hanya menyisakan Jalur Gaza dan Tepi Barat, itu sebagian wilayahnya juga dikuasai Israel.

Selain dari donasi asing, warga Palestina menggantungkan hidup dengan bekerja di sejumlah lahan industri, pertanian, dan perkebunan, serta sektor konstruksi. Banyak di antaranya merupakan perusahaan milik Israel.

Baca juga: Mengapa Kapal Berbendera Panama Menguasai Lautan Dunia?

 

Di Jalur Gaza, sebagian kecil penduduknya juga berprofesi sebagai nelayan. Namun berbagai blokade Angkatan Laut Israel juga membuat kawasan perairan tangkap nelayan kecil Palestina  semakin menyempit. 

Kurangnya sumbangan dari negara donatur juga semakin mencekik perekonomian Palestina. Keadaannya bertambah parah karena Israel melarang impor barang-barang ke Gaza yang dianggapnya bisa digunakan untuk keperluan militer.

Selain itu, dalam perdagangan ekspor impor, Israel juga sangat mendominasi ekonomi Palestina. Tel Aviv adalah partner dagang utama Palestina yang menyumbang 80 persen dari ekspor Palestina.

Seekor unta melintasi menara Al Nada, yang rusak ketika konflik antara Hamas dan Israel di Jalur Gaza pada 2014, di kota Belt Lahiya, utara Jalur Gaza pada 27 April 2015.EPA/MOHAMMED SABER Seekor unta melintasi menara Al Nada, yang rusak ketika konflik antara Hamas dan Israel di Jalur Gaza pada 2014, di kota Belt Lahiya, utara Jalur Gaza pada 27 April 2015.

Lalu, bagaimana kondisi ekonomi di Palestina setelah pandemi virus corona (Covid-19)?

Mengutip laporan dari Bank Dunia seperti dikutip pada Kamis (13/5/2021), pandemi Covid-19 membuat ekonomi Palestina sangat terpukul. Tahun 2019 saja atau sebelum pandemi mulai merebak secara global, pertumbuhan ekonomi di negara itu hanya 1 persen.

Baca juga: Tentang Terusan Kra, Ambisi Thailand yang Mengancam Singapura

Lalu, pada tahun 2020, ekonomi Palestina diprediksi terkontraksi setidaknya 7,6 persen. Palestina bisa mengalami dampak lebih buruk lagi seandainya Israel terus mencaplok wilayahnya di Tepi Barat.

"Dengan adanya pandemi Covid-19 di bulan ketiga, ini akan memengaruhi kehidupan dan mata pencarian orang Palestina. Otoritas Palestina sendiri telah berupaya keras untuk menanggulangi pandemi," jelas Direktur Bank Dunia untuk Tepi Barat dan Gaza, Kanthan Shankar.

"Namun, di sisi lain, donasi dari luar juga terus menyusut dan terbatasnya instrumen ekonomi. Kondisi ini membuat pemerintah dalam kondisi sulit untuk melindungi ekonomi warganya," kata dia lagi.

Bahkan, menurut laporan Bank Dunia, lebih dari seperempat warga Palestina hidup di bawah garis kemiskinan sebelum datangnya virus corona.

Baca juga: Bagaimana Ekonomi Timor Leste Setelah 18 Tahun Merdeka dari Indonesia?

Pasca-pandemi, jumlah warga miskin diperkirakan meningkat tajam, antara lain sebesar 30 persen di Tepi Barat dan 64 persen di Jalur Gaza.

Yang lebih mencolok adalah tingkat pengangguran kaum muda Palestina yang berada di level 38 persen. Angka pengangguran ini sangat mengkhawatirkan, jauh di bawah rata-rata negara kawasan Timur Tengah dan Afrika Utara.

Warga Palestina memilih hewan di pasar hewan kurban di Jalur Gaza, pada Senin (5/8/2019), menjelang perayaan Hari Raya Idul Adha yang jatuh pada Minggu (11/8/2019).REUTERS / IBRAHEEM ABU MUSTAFA Warga Palestina memilih hewan di pasar hewan kurban di Jalur Gaza, pada Senin (5/8/2019), menjelang perayaan Hari Raya Idul Adha yang jatuh pada Minggu (11/8/2019).

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com