Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

[POPULER DI KOMPASIANA] Tren Hampers Lebaran | Resep Opor Ayam dan Rendang Daging Sapi | Hidangan Kue Lebaran

Kompas.com - 15/05/2021, 15:23 WIB
Harry Rhamdhani

Penulis

KOMPASIANA---Hamper Lebaran adalah sarana silaturahmi baru di hari raya di masa pandemi Covid-19.

Bahkan sampai banyaknya orang yang berkirim hamper, kini sudah jadi tren dalam memberi hadiah kepada seseorang --apapun momentumnya.

Akan tetapi seakan jadi beban tersendiri bagi kita sebelum mengirim adalah terkadang mesti lebih baik atau minimal sama dengan hampers yang pernah diberikan.

Hal tersebut jadi permasalahan baru: ajang saling memberi hampers justru jadi transaksi moral timbal balik.

Berikut ini 5 konten terpopuler dan menarik di Kompasiana dalam sepekan.

1. Tren Hampers Kala Lebaran, Tradisi Memberi atau Transaksi Moral Timbal Balik?

Jelang lebaran kini bukan lagi sekadar pesan teks atau kartu ucapan yang dikirimkan kepada oranglain, tapi ungkapan-ungkapan berbahagia menyambut lebaran yang disematkan di dalam sebuah bingkisan aesthetic bersebut hampers.

Kompasianer Putri Ananda Saka melihat kini hampers mulai dikembangkan dan dimodifikasi, tidak seperti dulu.

Kini sudah banyak ditemui hampers dalam bentuk kotak, paper bag atau bungkusan-bungkusan unik lainnya yang dihias dengan pernak-pernik khas yang menunjukkan momen ketika hampers tersebut diberikan.

"Orang-orang mulai memamerkan apa yang mereka peroleh dari kenalan, mulai dari hampers berisi kue lebaran, snack, cokelat, peralatan makan, pakaian, jilbab, skincare hingga barang pecah belah," tulis Kompasianer Putri Ananda Saka.

Namun, benarkah tren memberikan hampers di saat lebaran adalah tradisi baru yang dilandasi rasa suka rela tanpa harapan mendapatkan timbal balik? (Baca selengkapnya)

2. Supaya Saling Memaafkan Tidak Menjadi Ajang Basa-Basi

Perayaan lebaran dan saling memaafkan. Biasanya kegiatan itu dilakukan setelah sholat ied. Seluruh anggota berkumpul dan saling meminta maaf satu sama lainnya.

Hal itu terus berkembang hingga kini di media sosial.

Meminta maaf di media sosial cukup kopas sana-sini, tulis Kompasianer Indah Novita, seolah tak ada effort berarti untuk mengucapkan maaf secara lebih pribadi.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com