Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mahalnya Iron Dome, Teknologi Israel Penghalau Roket Hamas

Kompas.com - 17/05/2021, 20:34 WIB
Muhammad Idris

Penulis

KOMPAS.com - Konflik Palestina-Israel kembali memanas sejak beberapa hari terakhir. Israel terus menggempur wilayah yang dikuasai Hamas dengan serangan udara dan artileri.

Serangan-serangan Israel di Jalur Gaza yang wilayahnya relatif padat penduduk, membuat korban sipil banyak berjatuhan, tak terkecuali anak-anak.

Sementara Hamas yang memiliki keterbatasan sumber daya, hanya bisa melawan dengan meluncurkan roket ke wilayah Israel terdekat yang bisa dijangkau.

Kendati demikian, banyak roket yang dilepaskan Hamas bisa ditangkis oleh sistem pertahanan Iron Dome yang berarti kubah besi.

Baca juga: Mengapa Israel Begitu Kaya Raya?

Iron Dome adalah sistem pertahanan Israel atas serangan rudal dan ancaman di udara lainnya. Sistem pertahanan tersebut berbasis rudal darat ke udara untuk jarak dekat.

Iron Dome berfungsi melacak dan menghancurkan rudal atau sistem udara apa pun yang memasuki jangkauan sistem pertahanan. 

Mahalnya Iron Dome

Meski begitu, Israel juga harus mengeluarkan biaya tak sedikit untuk membangun dan mengoperasikan radar dan rudal pencegat Iron Dome.

Dikutip dari DW, satu rudal pencegat dilaporkan memiliki harga 80.000 dollar AS atau sekitar Rp 1,14 miliar (kurs Rp 14.300).

Baca juga: Hubungan Dagang Turki-Israel Semakin Mesra di Bawah Erdogan

Bahkan beberapa sumber lain melaporkan, harga rudal pencegat Iron Dome mencapai 150.000 dollar AS atau sekitar Rp 2,15 miliar per buah.

Saking mahalnya harga satu rudal tersebut, memaksa Israel juga harus berhemat. Caranya, mereka hanya akan meluncurkan rudal pencegat untuk setiap roket Hamas yang dianggap bisa mengarah ke area penduduk atau infrastruktur penting.

Roket yang diluncurkan dari Jalur Gaza, yang dikendalikan oleh gerakan Hamas Palestina, dicegat oleh sistem pertahanan udara Iron Dome Israel pada Rabu (12/5/2021).AFP PHOTO/MAHMUD HAMS Roket yang diluncurkan dari Jalur Gaza, yang dikendalikan oleh gerakan Hamas Palestina, dicegat oleh sistem pertahanan udara Iron Dome Israel pada Rabu (12/5/2021).

Dalam operasinya, Iron Dome memiliki sistem radar canggih pendeteksi arah roket yang diluncurkan musuh. Iron Dome akan mengabaikan roket yang diprediksi akan mendarat di tanah kosong.

Pencegat, yang ditembakkan secara vertikal baik dari unit bergerak maupun situs peluncuran statis, dirancang untuk meledakkan roket yang masuk di udara, menghasilkan ledakan di langit yang menyertai sirene peringatan selama konflik Israel-Palestina baru-baru ini.

Baca juga: RI Ekspor Tepung Kelapa ke Israel

Angkatan bersenjata Israel, IDF, melaporkan bahwa Hamas sudah menembakan lebih dari 1.000 roket sejak awal konflik. Namun hanya sedikit yang bisa menerobos pertahanan Iron Dome.

Israel sendiri mengklaim kalau tingkat keberhasilan Iron Dome dalam mencegat roket musuh mencapai 90 persen.

Kelemahan Iron Dome

Namun begitu, sistem pertahanan canggih ini juga tak luput dari kekurangan. Hamas juga tampaknya sudah mempelajari cara kerja Iron Dome, di mana mereka mulai menembakan roket secara salvo beruntun dan bersamaan untuk menguji batas maksimal pertahanan Iron Dome.

Iron Dome diduga memiliki titik jenuh. Sistem ini dinilai efektif mencegat serangan, tetapi tidak mampu menahan rentetan roket yang bertubi-tubi dalam satu waktu. Serangan simultan terbukti bisa menembus sistem dan menimbulkan kerusakan.

Baca juga: Turis Indonesia Tercatat Paling Boros saat Berkunjung ke Israel

Bahkan, tak jarang Hamas juga meluncurkan roket palsu untuk mengecoh Iron Dome. Roket-roket pengalih Iron Dome itu dibuat dengan harga murah dari bahan-bahan logam seadanya. 

Sementara itu dikutip dari Missile Threat, selain harga rudalnya yang juga sangat mahal, proyek infrastruktur Iron Dome memakan biaya sangat besar.

Iron Dome mulai dikembangkan sejak tahun 2007 atau setelah wilayah negara itu dihujani roket dari Hizbullah saat berkonflik dengan milisi asal Lebanon itu.

Proyek pengembangan Iron Dome dilakukan oleh perusahaan senjata yang berbasis di Haifa, Rafael Advance Defence System. Sekutu Israel, Amerika Serikat, ikut patungan dengan menyumbang dana sekitar 200 juta dollar AS.

Sejumlah tentara Israel berlindung saat Iron Dome menembakan sebuah rudal terhadap rudal Grad yang diluncurkan dari Jalur Gaza.Daily Mail Sejumlah tentara Israel berlindung saat Iron Dome menembakan sebuah rudal terhadap rudal Grad yang diluncurkan dari Jalur Gaza.

Baca juga: Apa Itu Leasing dan Contohnya?

Iron Dome terdiri dari tiga elemen fundamental, yaitu radar pendeteksi dan pelacakan, manajemen pertempuran dan sistem kendali senjata (BMC), dan unit penembakan rudal (MFU).

Sistem radar telah dikembangkan oleh perusahaan pertahanan Israel, Elta. Setelah mendeteksi dan mengidentifikasi roket tersebut, radar Iron Dome memantau jalurnya.

Berdasarkan informasi radar, BMC sistem menganalisis jalur ancaman dan menghitung titik dampak yang akan diantisipasi.

Dikutip dari Washington Post, AS bahkan masih terus menggelontorkan dana untuk Iron Dome hingga saat ini. Dana itu merupakan bagian dari komitmen bantuan sebesar 5 miliar dollar AS untuk Israel sejak 2016.

Sekalipun partai maupun Presiden AS silih berganti, dana bantuan militer dari Gedung Putih ke negara Yahudi itu tetap terus mengalir.

Baca juga: Memahami Cara Kerja Bank Syariah yang Diklaim Bebas Riba dan Halal

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Reksadana Saham adalah Apa? Ini Pengertiannya

Reksadana Saham adalah Apa? Ini Pengertiannya

Work Smart
Menhub Imbau Maskapai Tak Jual Tiket Pesawat di Atas Tarif Batas Atas

Menhub Imbau Maskapai Tak Jual Tiket Pesawat di Atas Tarif Batas Atas

Whats New
Anak Usaha Kimia Farma Jadi Distributor Produk Cairan Infus Suryavena

Anak Usaha Kimia Farma Jadi Distributor Produk Cairan Infus Suryavena

Whats New
Cara Cek Formasi CPNS dan PPPK 2024 di SSCASN

Cara Cek Formasi CPNS dan PPPK 2024 di SSCASN

Whats New
Pertamina Patra Niaga Apresiasi Polisi Ungkap Kasus BBM Dicampur Air di SPBU

Pertamina Patra Niaga Apresiasi Polisi Ungkap Kasus BBM Dicampur Air di SPBU

Whats New
HMSP Tambah Kemitraan dengan Pengusaha Daerah di Karanganyar untuk Produksi SKT

HMSP Tambah Kemitraan dengan Pengusaha Daerah di Karanganyar untuk Produksi SKT

Whats New
BCA Finance Buka Lowongan Kerja untuk D3-S1 Semua Jurusan, Cek Syaratnya

BCA Finance Buka Lowongan Kerja untuk D3-S1 Semua Jurusan, Cek Syaratnya

Work Smart
Pemerintah Sebut Tarif Listrik Seharusnya Naik pada April hingga Juni 2024

Pemerintah Sebut Tarif Listrik Seharusnya Naik pada April hingga Juni 2024

Whats New
Jasa Marga: 109.445 Kendaraan Tinggalkan Jabotabek Selama Libur Panjang Paskah 2024

Jasa Marga: 109.445 Kendaraan Tinggalkan Jabotabek Selama Libur Panjang Paskah 2024

Whats New
Survei Prudential: 68 Persen Warga RI Pertimbangkan Proteksi dari Risiko Kesehatan

Survei Prudential: 68 Persen Warga RI Pertimbangkan Proteksi dari Risiko Kesehatan

Earn Smart
7 Contoh Kebijakan Fiskal di Indonesia, dari Subsidi hingga Pajak

7 Contoh Kebijakan Fiskal di Indonesia, dari Subsidi hingga Pajak

Whats New
'Regulatory Sandbox' Jadi Ruang untuk Perkembangan Industri Kripto

"Regulatory Sandbox" Jadi Ruang untuk Perkembangan Industri Kripto

Whats New
IHSG Melemah 0,83 Persen dalam Sepekan, Kapitalisasi Pasar Susut

IHSG Melemah 0,83 Persen dalam Sepekan, Kapitalisasi Pasar Susut

Whats New
Nasabah Bank DKI Bisa Tarik Tunai Tanpa Kartu di Seluruh ATM BRI

Nasabah Bank DKI Bisa Tarik Tunai Tanpa Kartu di Seluruh ATM BRI

Whats New
Genjot Layanan Kesehatan, Grup Siloam Tingkatkan Digitalisasi

Genjot Layanan Kesehatan, Grup Siloam Tingkatkan Digitalisasi

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com