Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah di Balik Sandal Jepit Swallow, Alas Kaki Populer Asli Indonesia

Kompas.com - 18/05/2021, 12:55 WIB
Muhammad Choirul Anwar

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com – Siapa yang tak mengenal sandal jepit Swallow, produk alas kaki legendaris yang mudah dijumpai di berbagai daerah di Indonesia.

Sandal jepit Swallow seolah sudah jadi andalan sebagian besar orang Indonesia untuk dipakai sehari-hari, baik kota-kota besar maupun pelosok-pelosok desa.

Lantas siapa sebenarnya sosok di balik sepak terjang sandal jepit Swallow yang melegenda? Berikut ini adalah ulasan mengenai sejarah sandal jepit Swallow yang tak lain merupakan produk asli Indonesia.

Baca juga: Simak, Ini Sejarah Masuknya KFC ke Indonesia

Sandal jepit Swallow diproduksi oleh perusahaan bernama PT Sinar Jaya Prakarsa, sebuah pabrik yang kantor pusatnya beralamat di Jalan Kamal Raya No 1, RT 7/ RW 9, Tegal Alur, Kalideres, DKI Jakarta.

Swallow adalah salah satu merek sandal jepit yang paling populer dan tertua yang diproduksi di pabrik PT Sinar Jaya Prakarsa.

“Ini adalah merek yang hampir dikenal oleh setiap orang Indonesia karena dijual di hampir semua pasar tradisional dan modern,” demikian penjelasan PT Sinar Jaya Prakarsa, dikutip dari laman resmi perusahaan pada Selasa (18/5/2021).

“Nama dan logo Swallow melambangkan burung wallet, seekor burung yang mewakili kebebasan, pertumbuhan, dan kesetiaan,” sambungnya mengenai makna logo sandal japit Swallow.

Amir Djohan dan sejarah berdirinya pabrik Swallow

PT Sinar Jaya Prakarsa adalah perseroan terbatas swasta yang didirikan pada tanggal 28 Februari tahun 1987. Perusahaan tersebut memulai pabriknya dengan sekitar 500 karyawan.

Bermula dari hanya ratusan karyawan, selama bertahun-tahun pabrik sandal Swallow telah berkembang menjadi hampir 2000 karyawan. Selain itu, pabrik sandal Swallow juga berkembang dalam inovasi dengan mengadopsi permesinan dan teknologi terkini.

Baca juga: Sejarah TVRI, Stasiun TV Pertama di Indonesia

“Pabrik juga telah meningkatkan kapasitas maksimumnya menjadi hampir lima kali lipat dari kapasitas awalnya saat pertama kali dimulai,” tulis laman resmi perseroan.

Melalui pengalaman mereka, PT Sinar Jaya Prakarsa berhasil belajar memproduksi dan merakit mesin sendiri, seperti mesin pengaduk intensif karet, mesin pelubang sandal dan masih banyak lagi.

“Saat ini, upaya sedang dilakukan untuk penelitian dan pengembangan mesin otomatis untuk lebih meningkatkan produktivitas dan efisiensi perusahaan,” tandasnya.

Sejak awal, pabrik sandal Swallow memang didirikan sebagai perusahaan yang memproduksi sandal karet dengan menggunakan bahan dan teknologi berkualitas tinggi.

Dua bahan baku utama yang digunakan dalam proses produksi sandal jepit Swallow adalah karet alam kelas internasional dan EVA (Ethylene-Vinyl Acetate).

“Kami memproduksi sandal karet dengan harga terjangkau namun berkualitas untuk seluruh warga negara Indonesia, dan negara lain, dengan tujuan untuk meningkatkan gaya hidup mereka,” paparnya.

Baca juga: Sempat Terseok karena Salah Target Pasar, Kini Bisnis Slip Sandal Joshua Beromzet Ratusan Juta Rupiah

Adapun sosok di balik pabrik sandal Swallow ini adalah pria bernama Amir Djohan. Amir Djohan lah yang kini menjabat sebagai pemilik perusahaan sandal Swallow sekaligus komisaris perseroan.

Sejarah sandal jepit dan varian Swallow terbaru

PT Sinar Jaya Prakarsa menjelaskan bahwa sebelum sandal karet diperkenalkan dan diproduksi massal di dunia, zori Jepang atau sandal gaya Jepang adalah jenis sandal yang paling populer.

Hal ini terutama diperkenalkan oleh tentara Amerika yang pulang dengan sandal dari Jepang selama Perang Dunia II (1940). Zori Jepang adalah alas kaki tradisional Jepang yang terbuat dari jerami padi dan kayu berpernis dan sering digunakan bersama dengan pakaian tradisional Jepang, kimono.

“Setelah kebangkitan zori Jepang, konsumen menyadari bahwa karena bahan yang digunakan dalam zori Jepang, sandal menjadi licin dan kaku. Dengan demikian, seiring dengan maraknya industri industri, karet ditemukan menjadi bahan yang tepat untuk digunakan sebagai sandal. Sandal karet lebih fleksibel, tahan lama, dan tidak licin,” jelasnya.

Kini, sandal jepit Swallow sendiri sudah mempoduksi beragam varian sandal karet dengan berbagai model bermotif atau corak.

Baca juga: Mengenal Bapak Koperasi Indonesia dan Sejarah Lengkapnya

Yang paling terkenal tentu saja adalah model sandal jepit Swallow original tanpa corak alias polos dengan alas berwarna putih dan karet japitan warna hijau, biru, kuning, atau beberapa warna lain.

Umumnya, harga sandal jepit Swallow model tersebut dibanderol dengan nominal sekitar Rp 10.000 hingga Rp 15.000 di pasar-pasar atau toko konvensional.

Sementara itu, ada pula model sandal japit Swallow dengan beragam motif dan corak seperti batik, atau gambar bertema kabinet Indonesia Maju. Terdapat pula model sandal yang dikhususkan bagi wanita.

Selanjutnya, pabrik sandal Swallow juga menyediakan beberapa edisi terbatas di antaranya Sandal Swallow x Heimlo "Fauna of Indonesia", Sandal Swallow x Heimlo "Food of Indonesia", dan Sandal Swallow x Heimlo "Flora of Indonesia", masing-masing seharga Rp 65.000.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Kemenhub Fasilitasi Pemulangan Jenazah ABK Indonesia yang Tenggelam di Perairan Jepang

Kemenhub Fasilitasi Pemulangan Jenazah ABK Indonesia yang Tenggelam di Perairan Jepang

Whats New
Apa Pengaruh Kebijakan The Fed terhadap Indonesia?

Apa Pengaruh Kebijakan The Fed terhadap Indonesia?

Whats New
Gandeng Telkom Indonesia, LKPP Resmi Rilis E-Katalog Versi 6

Gandeng Telkom Indonesia, LKPP Resmi Rilis E-Katalog Versi 6

Whats New
Ekonomi China Diprediksi Menguat pada Maret 2024, tetapi...

Ekonomi China Diprediksi Menguat pada Maret 2024, tetapi...

Whats New
Berbagi Saat Ramadhan, Mandiri Group Berikan Santunan untuk 57.000 Anak Yatim dan Duafa

Berbagi Saat Ramadhan, Mandiri Group Berikan Santunan untuk 57.000 Anak Yatim dan Duafa

Whats New
Tarif Promo LRT Jabodebek Diperpanjang Sampai Mei, DJKA Ungkap Alasannya

Tarif Promo LRT Jabodebek Diperpanjang Sampai Mei, DJKA Ungkap Alasannya

Whats New
Bisnis Pakaian Bekas Impor Marak Lagi, Mendag Zulhas Mau Selidiki

Bisnis Pakaian Bekas Impor Marak Lagi, Mendag Zulhas Mau Selidiki

Whats New
Cara Reaktivasi Penerima Bantuan Iuran BPJS Kesehatan

Cara Reaktivasi Penerima Bantuan Iuran BPJS Kesehatan

Work Smart
Kehabisan Tiket Kereta Api? Coba Fitur Ini

Kehabisan Tiket Kereta Api? Coba Fitur Ini

Whats New
Badan Bank Tanah Siapkan Lahan 1.873 Hektar untuk Reforma Agraria

Badan Bank Tanah Siapkan Lahan 1.873 Hektar untuk Reforma Agraria

Whats New
Dukung Pembangunan Nasional, Pelindo Terminal Petikemas Setor Rp 1,51 Triliun kepada Negara

Dukung Pembangunan Nasional, Pelindo Terminal Petikemas Setor Rp 1,51 Triliun kepada Negara

Whats New
Komersialisasi Gas di Indonesia Lebih Menantang Ketimbang Minyak, Ini Penjelasan SKK Migas

Komersialisasi Gas di Indonesia Lebih Menantang Ketimbang Minyak, Ini Penjelasan SKK Migas

Whats New
Mulai Mei 2024, Dana Perkebunan Sawit Rakyat Naik Jadi Rp 60 Juta Per Hektar

Mulai Mei 2024, Dana Perkebunan Sawit Rakyat Naik Jadi Rp 60 Juta Per Hektar

Whats New
KA Argo Bromo Anggrek Pakai Kereta Eksekutif New Generation per 29 Maret

KA Argo Bromo Anggrek Pakai Kereta Eksekutif New Generation per 29 Maret

Whats New
Mudik Lebaran 2024, Bocoran BPJT: Ada Diskon Tarif Tol Maksimal 20 Persen

Mudik Lebaran 2024, Bocoran BPJT: Ada Diskon Tarif Tol Maksimal 20 Persen

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com