Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

[KURASI KOMPASIANA] Disepelekan dalam Dunia Kerja, Lakukan Cara Ini untuk Pembuktian Diri | Tes Kebohongan Semakin Penting dalam Seleksi Karyawan

Kompas.com - 20/05/2021, 15:11 WIB
Harry Rhamdhani

Penulis

KOMPASIANA---Tidak jarang kita sebagai pekerja disepelekan oleh rekan kerja atau atasan. Tapi jangan khawatir, ada berbagai cara untuk membuktikan kalau mereka salah menilai kita.

Disepelekan dalam dunia kerja sebenarnya adalah hal wajar. Pasalnya mereka mungkin memang belum mengakui kemampuan kita.

Ketika dalam kondisi demikian, kita sebaiknya jangan buru-buru sebal kepada mereka. Alangkah baiknya kita membuktikan kemampuan.

Ada sedikit cara yang bisa dilakukan untuk mengatasi kondisi tersebut. Misalnya, mempelajari kesalahan para pendahulu kita. Cara ini dinilai ampuh untuk membuktikan kalau kita memang kompeten di bidang pekerjaan yang kita tekuni.

Selain pembahasan disepelekan dalam dunia kerja, ada juga topik mengenai bagaimana cara menyikapi ketika seorang pegawai harus menalangi keperluan perusahaan serta pentingnya tes kebohongan saat seleksi karwayan.

Berikut konten-konten menarik dan populer di Kompasiana seputar dunia kerja:

1. Disepelekan dalam Dunia Kerja, Lakukan Cara Ini untuk Pembuktian Diri

Cara lain untuk membuktikan diri kita kompeten dalam bidang pekerjaan adalah dengan membuat deadline kapan waktu pembuktian diri dan memperbanyak sharing.

Kompasianer Indra Mahardika mengatakan, orang bijak dan memiliki semangat perubahan yang tinggi biasanya akan membuat target tersendiri kapan dirinya membuktikan bahwa apa yang diragukan oleh pihak lain bisa dibantahkan dengan hasil maksimal.

Adanya target ini dapat memicu otak kita untuk mencari hal-hal apa saja yang harusdilakukan untuk memenuhi target tersebut.

"Ketika ada target berupa deadline, otak dan jiwa saya bekerja lebih maksimal," tulisnya. (Baca selengkapnya)

2. Saat Pegawai Harus Menalangi Keperluan Perusahaan, Bagaimana Cara Menyikapinya?

Kadang kala kita mesti menanggung biaya keperluan perusahaan. Kondisi ini umumnya dialami oleh para pekerja di lapangan.

Dalam beberapa kasus, situasi semacam ini sebenarnya sering dianggap lumrah. Akan tetapi, jika kondisi tersebut terus berulang maka tentunya akan cukup membebani pegawai.

Kalau sudah begitu, harus bagaimana?

Kompasianer Agil Habib berpendapat, cara terbaik adalah berbicara langsung kepada atasan yang memberi perintah. Jika memang sang atasan memahami situasinya tentu akan memaklumi.

Namun bukan tidak mungkin sang atasan justru bersikap masa bodoh dan tidak mau tahu dengan kesulitan anak buahnya.

"Hal itu tentu harus dibicarakan lebih lanjut kepada tataran yang lebih luas untuk mencari solusi yang lebih fair dalam menuntaskan masalah tersebut," tulisnya. (Baca selengkapnya)

3. Tes Kebohongan Semakin Penting dalam Seleksi Karyawan

Kompasianer Yupiter Gulo berpendapat bahwa para pelamar kerja saat ini semakin lihai berbohong. Misalkan saja dalam urusan CV atau portofolio.

Apabila si pewawancara dan penilai tidak super hati-hati, bisa saja merekrut orang yang memiliki latar belakang yang membahayakan perusahaan setelah mereka diterima.

Karenanya, menurut dia, menjadi penting dan mendesak untuk memiliki beragam metode untuk menyaring dan memilih calon pegawai yang dibutuhkan, baik karena memiliki pengetahuan dan keterampilan yang dibutuhkan, tetapi juga bebas dari latar belakang yang "kelam dan hitam".

"Sehingga dibutuhkan alat tes kejujuran dan kebohongan yang tepat," tulisnya. (Baca selengkapnya) (IBS)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com