JAKARTA, KOMPAS.com - Reksa dana adalah salah satu alternatif pilihan investasi di pasar modal. Investasi jenis ini sangat direkomendasikan bagi orang yang belum memiliki keahlian dan pengalaman berinvestasi langsung di pasar modal.
Lalu, apa itu reksa dana?
Merujuk pada Undang-Undang Pasar Modal Nomor 8 Tahun 1995 Pasal 1 ayat (27), reksa dana adalah wadah yang dipergunakan untuk menghimpun dana dari masyarakat pemodal untuk selanjutnya diinvestasikan dalam portofolio efek oleh manajer investasi.
Sementara itu, dikutip dari laman resmi Bursa Efek Indonesia (BEI), ada tiga hal yang terkait dari reksa dana.
Pertama, adanya dana dari masyarakat pemodal. Kedua, dana tersebut diinvestasikan dalam portofolio efek. Ketiga, dana tersebut dikelola oleh manajer investasi.
Baca juga: Mengenal Apa Itu Giro, Cek, dan Bilyet Giro
Dengan demikian, dana yang ada dalam reksa dana adalah dana bersama para pemodal, sedangkan manajer investasi adalah pihak yang dipercaya untuk mengelola dana tersebut.
Berikut keuntungan reksa dana:
Baca juga: Cara Membeli Saham bagi Pemula, Tahapan dan Modal yang Diperlukan
Perencana Keuangan dari OneShield Budi Rahardjo mengatakan, prospek reksa dana adalah saat ini sangat menjanjikan. Namun, dalam kondisi yang tidak pasti, reksa dana pasar uang bisa menjadi pilihan karena risikonya rendah.
Budi mengatakan, reksa dana pasar uang cukup menarik bagi investor yang menginginkan keuntungan dengan risiko dan volatilitas yang rendah. Hal ini karena underlying dari reksa dana pasar uang adalah deposito dan obligasi yang jatuh tempo di bawah satu tahun.
“Secara prospek, karena penempatannya di deposito dan obligasi yang jatuh tempo di bawah satu tahun, dengan era bunga rendah saat ini masih menarik bagi investor yang ingin mendapat keuntungan lebih tinggi daripada deposito,” kata Budi kepada Kompas.com.
Menurut Budi, reksa dana pasar uang juga sesuai dengan investor yang membutuhkan dana liquid. Di sisi lain, saat kondisi tidak pasti ini, volatilitas reksa dana pasar uang masih rendah meskipun return yang diperoleh tidak setinggi tahun lalu.
Baca juga: Apa itu UMKM dan Kriterianya?
“Tapi untuk kestabilan, yang lebih stabil dibandingkan dengan instrumen lainnya adalah reksa dana pasar uang, dan ini cocok buat investor baru,” ujarnya.
Sementara itu, reksa dana saham tahun ini dinilai masih bergerak cukup berfluktuasi. Namun, dengan gelontoran stimulus dan juga distribusi vaksin, diharapkan mampu mempercepat pemulihan ekonomi sehingga pasar saham menjadi lebih menarik.
“Reksa dana saham, diharapkan dengan stimulus dan vaksin bisa meningkatkan pertumbuhan ekonomi yang mendorong pertumbuhan pasar saham juga. Jika semuanya lancar, return pasar saham diprediksi akan tetap tinggi tahun ini. Hanya saja, yang perlu diwaspadai adalah volatilitas yang tinggi,” ucap Budi.
Untuk reksa dana pendapatan tetap dinilai juga masih menguntungkan tahun ini. Menurut dia, imbal hasil reksa dana pendapatan tetap masih berpeluang naik, meskipun terbatas.