Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kaji N-219 untuk Dijadikan Pesawat Amfibi, Kemenhub Gandeng ITB

Kompas.com - 22/05/2021, 15:50 WIB
Muhammad Choirul Anwar

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com – Kementerian Perhubungan (Kemenhub) menggandeng Institut Teknologi Bandung (ITB) untuk melakukan sejumlah riset, termasuk pemanfaatan pesawat N-219 sebagai sea plane alias pesawat amfibi.

Kerja sama dengan ITB dilakukan melalui Pusat Penelitian dan Pengembangan Transportasi Udara di bawah Badan Penelitian dan Pengembangan Perhubungan (Balitbanghub).

Hal ini merupakan salah satu tindak lanjut dari penandatangan MoU antara Menteri Perhubungan dengan Rektor ITB di tahun 2017.

Baca juga: Pesawat Amfibi untuk Pengembangan Wisata Nusantara

Menurut Kepala Balitbanghub, Umar Aris, kemajuan pelayanan transportasi membutuhkan adanya inovasi dan sinergi antar stakeholder terkait sehingga perlu adanya kolaborasi antara berbagai pihak. 

“Dalam penetapan kebijakan ini perlu didasarkan kepada kajian ilmiah yang melibatkan unsur-unsur tersebut,” kata Umar Aris, dalam keterangannya dikutip pada Sabtu (22/5/2021).

Lebih lanjut Umar menegaskan, saat ini yang menjadi fokus utama Menteri Perhubungan adalah pengoperasian drone dan seap lane yang mengikuti kemajuan zaman. Khususnya termasuk peluang pemanfaatan pesawat N-219 untuk penerbangan sea plane.

Tak hanya soal pengembangan pesawat amfibi, kedua pihak juga membahas mengenai isu strategis dan rencana riset transportasi terutama transportasi udara dengan mempertimbangkan potensi kedirgantaraan di Indonesia. Terdapat 15 judul penelitian yang dikerjasamakan pada tahun ini.

Baca juga: FAA Temukan Cacat, Keluarga Korban Pesawat Sriwijaya SJ 182 Gugat Boeing

“Tema-tema penelitian itu termasuk isu strategis di bidang transportasi, diantaranya keselamatan dan keamanan, konektivitas dan aksesibilitias, pelayanan transportasi, pengembangan transportasi di kawasan strategis pariwisata nasional,” ungkap Umar Aris.

Selain itu, ada pula riset bertema sistem transportasi ibukota negara, pengembangan transportasi di kawasan terluar, terdepan, tertinggal dan perbatasan, pengembangan sistem transportasi pendukung logistik, serta SDM dan kelembagaan.

“Dengan adanya kolaborasi ini, diharapkan dapat terjalin suatu kerjasama yang strategis dan implementatif untuk kedua belah pihak serta dapat menjadi landasan untuk menjawab tantangan yang ada saat ini maupun ke depannya," tandas Umar.

Baca juga: Garuda Buka Rental Simulator Pesawat, Berapa Tarifnya?

Sementara itu, Rektor ITB, Prof Reini Wirahadikusumah, mengatakan bahwa ITB mencoba untuk menjawab masalah yang sudah diidentifikasi oleh Kemenhub melalui penajaman studi serta membantu peneliti untuk bersama-sama menyelesaikannya.

Terkait sea plane sendiri, Ketua Lembaga Pengembangan Inovasi dan Kewirausahaan Sigit P. Santosa, peluang pengembangan sea plane di Indonesia cukup besar.

Fakultas Teknik Mesin dan Dirgantara (FTMD) ITB bersama PT. Dirgantara Indonesia dan Badan Litbang Perhubungan berencana melakukan kerjasama penelitian terkait pengembangan seaplane di Indonesia.

Saat ini pesawat N-219 sudah mendapat sertifikasi dari Kementerian Perhubungan, namun pesawat N-219 tipe amfibi masih dalam tahap pengembangan yang akan dilakukan beberapa peningkatan untuk kebutuhan desain dan juga perfoma. Pesawat N-219 dinilai paling optimum untuk pasar Indonesia.

Baca juga: Menhub Sebut Penumpang Pesawat di Bandara Soekarno-Hatta Turun 90 Persen

“Jadi yang dipakai di Indonesia ini kan kebanyakan pesawat tipe twin otter, head to head-nya adalah N-219. Namun jika kita menggunakan N-212 itu terlalu besar, cakupan load factor malah jadi rendah, jadi yang paling optimum untuk pasar Indonesia memang yang kapasitas 19 penumpang, supaya load factornya terjaga minimal di 80 persen,” ujar Sigit.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com