JAKARTA, KOMPAS.com - Ketua Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI) Moeldoko membeberkan, ada berbagai masalah yang ditemukan dalam industri pangan Indonesia khususnya di industri pertanian.
Pertama, permasalahan luas tanah yang sempit.
Khususnya di pulau Jawa, ditemukan adanya paradoks antara luas lahan yang tidak sebanding dengan jumlah penduduk yang ada.
Baca juga: Jalin Kerja Sama Bidang Pertanian, Indonesia dan Rusia Lakukan Transfer Teknologi
"Tanah kita itu sempit khususnya di Jawa. Tanah sempit, penduduk banyak ini yang membuat adanya paradoks untuk pertanian kita. Sementara di luar Jawa itu penduduknya yang sedikit tapi ketersediaan tanahnya luas," ujar Moeldoko dalam Indonesia Food Summit 2021 yang diselenggarakan secara virtual, Selasa (25/5/2021).
Moeldoko menyebutkan berdasarkan hasil survei pertanian pada sensus 2018, kondisi lahan di Indonesia hanya memiliki luas 903 meter, sementara luas lahan non sawahnya hanya 5,5 meter persegi.
"Ini bisa dibayangkan kondisinya seperti apa, mau bagaimanapun petani pasti kesulitan," ungkap dia.
Bukan hanya dari sisi luas lahan, kata Moeldoko, tetapi kualitas tanah di Jawa juga sudah rusak.
Hal ini disebabkan karena banyaknya para petani yang lebih mementingkan kualitas dan kuantitas hasil padinya daripada kualitas tanahnya.
Baca juga: Ekspor Pertanian pada April 2021 Naik 18,98 Persen
"Mereka berpikir bagaimana caranya biar padinya banyak dan bagus jadi mereka pakai pestisida yang berlebihan, pupuk yang berlebihan, kurang dikontrol tanahnya," ungkap dia.
Dalam hal ini, pemerintah akan melakukan gebrakan yaitu reforma agraria yang sasarannya ditujukan untuk bagaimana meningkatkan distribusi lahan serta kepemilikan tanah untuk masyarakat.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanSegera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.